Penularan Hepatitis A di Pacitan Diduga Lewat Air
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono menduga air minum tercemar jadi sumber penularan penyakit hepatitis A di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
JAKARTA, NusaBali
Lebih dari 900 orang terjangkit hepatitis A sehingga membuat Pemerintah Kabupaten Pacitan menetapkan kejadian luar biasa (KLB).
"Sementara media [penularan virus] yang digunakan berupa air diduga, menggunakan air yang tidak dimasak, tetapi perlu dilakukan analisis epidemiologi lebih lanjut," kata Anung melalui keterangan tertulisnya seperti dilansir cnnindonesia, Selasa (2/7).
Menurutnya, dugaan sementara penularan virus itu adalah sumber air yang masih digunakan masyarakat berasal dari Sungai Sukorejo. Sementara ini, katanya, sungai tersebut tercemar limbah.
"Ada banyak limbah rumah tangga yang mengalir ke sungai. Air sungai tersebut didistribusikan melalui mobil tangki untuk di jual ke masyarakat sebagai sumber air bersih," ujarnya.
Berdasarkan hasil penelitian, ia menyebut air sungai tersebut terbukti mengandung bakteri e-coli.
Sayangnya, kata dia, air yang tak bersih itu diduga digunakan dalam sejumlah panganan. Misalnya, panganan saat bulan puasa dan di acara syukuran pada periode sebelum, saat, dan sesudah lebaran.
"Pada bulan Ramadan masyarakat sekitar kasus banyak mengkonsumsi jangelan atau cincau yang dibawa oleh pedagang keliling," tutur dia.
Buktinya, tim menemukan depo air minum isi ulang yang tidak bermerek. Meskipun, tidak semua masyarakat mengonsumsi air tersebut.
Anung juga menyebut daerah yang mengalami KLB hepatitis A secara geografis sedang mengalami musim kemarau. Kekeringan, katanya, bisa menjadi pemicu pencemaran air.
"Pada saat kekeringan konsentrasi air sedikit, jumlah kuman banyak. Sehingga mudah menginfeksi," tutur Anung.
Sebelumnya diberitakan Pemerintah Kabupaten Pacitan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) pada wabah hepatitis A. Status tersebut muncul setelah ratusan warga Pacitan, Jawa Tengah, terjangkit penyakit yang menyerang organ hati tersebut.
Pada 30 Juni 2019, Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Kohar Hari Santoso, mengatakan jumlah pasien mencapai 957 orang.
Jumlah tersebut tersebar di sejumlah kecamatan di Pacitan, yakni di Sudimoro dengan 527 orang, Ngadirojo 176 orang, Sukorejo 82 orang, Tulakan 69 orang, Wonokarto 54 orang, Arjosari 33 orang, Bubakan 25 orang, Tegalombo 5 orang dan Ketrowonojoyo 4 orang.
"Peningkatannya mulai melandai. Mudah-mudahan betul di lapangan jumlah orang yang sakit hepatitis A di Pacitan tidak semakin bertambah," ujar Kohar di Kantor Dinkes Jatim, Surabaya. *
"Sementara media [penularan virus] yang digunakan berupa air diduga, menggunakan air yang tidak dimasak, tetapi perlu dilakukan analisis epidemiologi lebih lanjut," kata Anung melalui keterangan tertulisnya seperti dilansir cnnindonesia, Selasa (2/7).
Menurutnya, dugaan sementara penularan virus itu adalah sumber air yang masih digunakan masyarakat berasal dari Sungai Sukorejo. Sementara ini, katanya, sungai tersebut tercemar limbah.
"Ada banyak limbah rumah tangga yang mengalir ke sungai. Air sungai tersebut didistribusikan melalui mobil tangki untuk di jual ke masyarakat sebagai sumber air bersih," ujarnya.
Berdasarkan hasil penelitian, ia menyebut air sungai tersebut terbukti mengandung bakteri e-coli.
Sayangnya, kata dia, air yang tak bersih itu diduga digunakan dalam sejumlah panganan. Misalnya, panganan saat bulan puasa dan di acara syukuran pada periode sebelum, saat, dan sesudah lebaran.
"Pada bulan Ramadan masyarakat sekitar kasus banyak mengkonsumsi jangelan atau cincau yang dibawa oleh pedagang keliling," tutur dia.
Buktinya, tim menemukan depo air minum isi ulang yang tidak bermerek. Meskipun, tidak semua masyarakat mengonsumsi air tersebut.
Anung juga menyebut daerah yang mengalami KLB hepatitis A secara geografis sedang mengalami musim kemarau. Kekeringan, katanya, bisa menjadi pemicu pencemaran air.
"Pada saat kekeringan konsentrasi air sedikit, jumlah kuman banyak. Sehingga mudah menginfeksi," tutur Anung.
Sebelumnya diberitakan Pemerintah Kabupaten Pacitan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) pada wabah hepatitis A. Status tersebut muncul setelah ratusan warga Pacitan, Jawa Tengah, terjangkit penyakit yang menyerang organ hati tersebut.
Pada 30 Juni 2019, Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Kohar Hari Santoso, mengatakan jumlah pasien mencapai 957 orang.
Jumlah tersebut tersebar di sejumlah kecamatan di Pacitan, yakni di Sudimoro dengan 527 orang, Ngadirojo 176 orang, Sukorejo 82 orang, Tulakan 69 orang, Wonokarto 54 orang, Arjosari 33 orang, Bubakan 25 orang, Tegalombo 5 orang dan Ketrowonojoyo 4 orang.
"Peningkatannya mulai melandai. Mudah-mudahan betul di lapangan jumlah orang yang sakit hepatitis A di Pacitan tidak semakin bertambah," ujar Kohar di Kantor Dinkes Jatim, Surabaya. *
Komentar