Posko DO Siaga Pantau SIswa Putus Sekolah
Menjelang tahun ajaran baru, diantisipasi siswa-siswa yang tak melanjutkan sekolah. Melalui Posko DO, siswa putus sekolah akan ditarik kembali.
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pemuda dan Olahraga mulai mengambil ancang-ancang untuk membuka kembali Posko Drop Out (DO). Program penarikan kembali anak didik putus sekolah di sejumlah wilayah di Buleleng itu akan mulai didata dan disisir oleh masing-masing koordinator kecamatan usai proses pendaftaran kembali di jenjang SD dan SMP berakhir.
Kepala Disdikpora Buleleng, Gde Dharmaja, Kmais (4/7) kemarin menjelaskan program Posko DO yang dmulai sejak tahun 2016 lalu untuk menfasilitasi anak-anak putus sekolah untuk kembali melanjutkan sekolahnya. Dalam tiga tahun terakhir, Disdikpora Buleleng berhasil mengembalikan 358 orang siswa untuk kembali ke bangku sekolah.
Dari pengalaman tahun sebelumnya, anak-anak putus sekolah yang terjaring Posko DO, rata-rata karena terkendala faktor ekonomi dan jarak tempuh ke sekolah. Namun tak sedikit juga dari mereka yang memutuskan berhenti sekolah dan menjejal dunia kerja untuk mendapatkan penghasilan sendiri.
Meski wajib belajar sembilan tahun dengan bantuan pendidikan gratis mealui dana BOS hingga jenjang SMP, masih saja ada anak-anak yang putus sekolah, baik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi maupun yang berhenti di tengah perjalanan.
“Posko DO tahun ini kembali akan dibuka setelah pendaftaran kembali PPDB di SMP. Nanti penyisiran akan dilakukan oleh masing-masing koordinator kecamatan,” ujar Dharmaja.
Mantan Kepala Bappeda Buleleng ini juga tak menampik jika saat ini masih ada anak-anak putus sekolah di Buleleng, walaupun saat analisis tamatan siswa SD dengan yang mendaftar di SMP, jumlahnya sangat tipis.
“Saya kira masih ada, karena kemarin kan ada yang tidak lulus, kemudian letak geografis Buleleng yang berbukit juga sangat mempengaruhi. Biasanya anak-anak putus sekolah ini ditemukan di daerah pinggiran,” imbuh dia.
Proses pendataan dan penyisiran anak-anak putus sekolah ini juga akan dilakukan segera. Sehingga mereka yang terjaring nantinya sudah dapat bergabung dengan teman-temannya yang lain saat orientasi pengenalan sekolah atau paling lambat saat proses pembelajaran di hari pertama tahun ajaran baru dimulai.
Sementara itu Disdikpora Buleleng juga masih tetap akan menanggung seragam sekolah hingga uang saku dan transportasi bila diperlukan. Selama tiga tahun berjalan Disdikpora juga bekerjasama dengan sejumlah perusahaan BUMD maupun swasta untuk memberikan CSR kepada siswa DO.
Sekadar diketahui di tahun 2018 lalu. Disdikpora Buleleng menangani 358 orang siswa DO yang direkrut tiga tahun terakhir. Tahun ini jumlahnya dipastikan akan berkurang karena sudah ada yang tamat SMP dan akan bertambah kembali saat tim penyisiran siswa DO tahun ini menemukan anak-anak putus sekolah.*k23
Kepala Disdikpora Buleleng, Gde Dharmaja, Kmais (4/7) kemarin menjelaskan program Posko DO yang dmulai sejak tahun 2016 lalu untuk menfasilitasi anak-anak putus sekolah untuk kembali melanjutkan sekolahnya. Dalam tiga tahun terakhir, Disdikpora Buleleng berhasil mengembalikan 358 orang siswa untuk kembali ke bangku sekolah.
Dari pengalaman tahun sebelumnya, anak-anak putus sekolah yang terjaring Posko DO, rata-rata karena terkendala faktor ekonomi dan jarak tempuh ke sekolah. Namun tak sedikit juga dari mereka yang memutuskan berhenti sekolah dan menjejal dunia kerja untuk mendapatkan penghasilan sendiri.
Meski wajib belajar sembilan tahun dengan bantuan pendidikan gratis mealui dana BOS hingga jenjang SMP, masih saja ada anak-anak yang putus sekolah, baik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi maupun yang berhenti di tengah perjalanan.
“Posko DO tahun ini kembali akan dibuka setelah pendaftaran kembali PPDB di SMP. Nanti penyisiran akan dilakukan oleh masing-masing koordinator kecamatan,” ujar Dharmaja.
Mantan Kepala Bappeda Buleleng ini juga tak menampik jika saat ini masih ada anak-anak putus sekolah di Buleleng, walaupun saat analisis tamatan siswa SD dengan yang mendaftar di SMP, jumlahnya sangat tipis.
“Saya kira masih ada, karena kemarin kan ada yang tidak lulus, kemudian letak geografis Buleleng yang berbukit juga sangat mempengaruhi. Biasanya anak-anak putus sekolah ini ditemukan di daerah pinggiran,” imbuh dia.
Proses pendataan dan penyisiran anak-anak putus sekolah ini juga akan dilakukan segera. Sehingga mereka yang terjaring nantinya sudah dapat bergabung dengan teman-temannya yang lain saat orientasi pengenalan sekolah atau paling lambat saat proses pembelajaran di hari pertama tahun ajaran baru dimulai.
Sementara itu Disdikpora Buleleng juga masih tetap akan menanggung seragam sekolah hingga uang saku dan transportasi bila diperlukan. Selama tiga tahun berjalan Disdikpora juga bekerjasama dengan sejumlah perusahaan BUMD maupun swasta untuk memberikan CSR kepada siswa DO.
Sekadar diketahui di tahun 2018 lalu. Disdikpora Buleleng menangani 358 orang siswa DO yang direkrut tiga tahun terakhir. Tahun ini jumlahnya dipastikan akan berkurang karena sudah ada yang tamat SMP dan akan bertambah kembali saat tim penyisiran siswa DO tahun ini menemukan anak-anak putus sekolah.*k23
Komentar