Buah Unggulan Kontes di Twin Lake Festival
Pisang Super Ukuran Jumbo Bikin Melongo
SINGARAJA, NusaBali
Twin Lake Festival yang dirancang untuk pengembangan sektor pertanian di Buleleng, menghadirkan berbagai ragam produksi pertanian di Buleleng. Delapan tandan buah pisang super pun berjejer di wantilan Danau Buyan, Desa Pancasari, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, untuk mengikuti kontes buah pada Kamis (4/7) siang.
Peserta yang merupakan petani perwakilan kecamatan di Buleleng membawa hasil perkebunan pisang mereka dengan kualitas super. Hal itu terlihat dari bentuk dan ukurannya yang lebih besar dari pisang yang dijual di pasaran. Selain juga warna buah yang sudah menguning asli merupakan proses pematangan langsung di pohonnya.
Petani pisang dari sejumlah daerah di Buleleng juga membawa pisang terbaiknya pada kontes tersebut. Seperti pisang yang terpukau adalah pisang milik Made Arya Bakti, petani pisang asal Desa Les, Tejakula. Satu tandan pisang kapok yang dibawanya dilihat dari ukuran sangat super. Selain ukurannya yang jauh ebih besar dari pisang kapok di pasaran, jumlah buah dalam satu tanda mencapai 200 biji. “Ini sudah dihilangkan setengahnya, karena berat dibawa ke sini, kalau yang dibiarkan sampai bawah panjang tandan bisa 1,5 meter isinya sampai 400 buah pisang,” ujar dia.
Begitu pula pisang raja yang dibawa kelompok petani asal Desa/Kecamatan Banjar. Tak kalah besar dari buah pisang milik Arya Bakti, pisang raja itu juga ungulan, karena menggunakan pupuk organik.
Sementara itu Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Gede Subudi ditemui di lokasi lomba menjelaskan dalam kontes buah memang dipilih komoditas pisang lokal. Hal tersebut merupakan salah satu upaya pelestarian buah lokal yang memang sangat diperlukan di Bali dalam kehidupan sehari-hari maupun keperluan keagamaan. Kali ini petani pisang yang membawa hasil pertanian terbaiknya melombakan pisang untuk hidangan di meja yang siap santap. Tentu selain akan dinilai bentuk, ukuran dan tampilannya juga dicicipi langsung oleh dewan juri.
Dirinya pun mengatakan pemetaan dari pisang lokal Bali yang teridentifikasi Universitas Udayana (Unud) ada 42 jenis, namun hanya tiga jenis yang menjadi primadona di pasaran. Yakni pisang kapok, pisang raja dan pisang ketip. Tiga pisang lokal Bali itu disebut paling laris, karena selain enak dimakan langsung juga enak dibuat olahan.
Subudi juga menjelaskan peluang petani pisang lokal Bali sejauh ini masih aman, meskipun banyak pisang yang didatangkan dari Jawa. Hal itu disebutnya karena hasil produksi pertanian pisang oleh petani lokal kualitasnya jauh diatas pisang yang didatangkan dari luar pulau. Pisang lokal Bali yang dibudidayakan rata-rata dengan organik, memiliki ukuran, rasa dan tekstur lebih padat. “Kalau pisang luar paling harganya yang lebih murah, tetapi petani lokal tidak pernah takut dengan persaingan itu karena mereka punya kualitas. Pembeli lokal biasanya juga membeli yang tak hanya enak dimakan langsung tetapi untuk olahan juga, sehingga pasti milih yang kualitas lebih bagus,” jelasnya.
Subudi juga mengatakan tahun ini sebagai pelestarian pisang lokal Bali, Dinas Pertanian Buleleng aka membuka perkebunan pisang yang akan diisi dengan 42 jenis pisang lokal Bali. Kebun pisang yang akan dibuka di Balai Benih, Gerokgak itu disebut Subudi untuk koleksi. “Kami sudah memesan dengan Unud nanti akan buat juga sebagai koleksi dan percontohan,” imbuhnya. Subudi juga tak meungkiri jika memungkinkan jenis pisang yang dikoleksi itu dikembangkan untuk dipasarkan lebih luas.*k23
Peserta yang merupakan petani perwakilan kecamatan di Buleleng membawa hasil perkebunan pisang mereka dengan kualitas super. Hal itu terlihat dari bentuk dan ukurannya yang lebih besar dari pisang yang dijual di pasaran. Selain juga warna buah yang sudah menguning asli merupakan proses pematangan langsung di pohonnya.
Petani pisang dari sejumlah daerah di Buleleng juga membawa pisang terbaiknya pada kontes tersebut. Seperti pisang yang terpukau adalah pisang milik Made Arya Bakti, petani pisang asal Desa Les, Tejakula. Satu tandan pisang kapok yang dibawanya dilihat dari ukuran sangat super. Selain ukurannya yang jauh ebih besar dari pisang kapok di pasaran, jumlah buah dalam satu tanda mencapai 200 biji. “Ini sudah dihilangkan setengahnya, karena berat dibawa ke sini, kalau yang dibiarkan sampai bawah panjang tandan bisa 1,5 meter isinya sampai 400 buah pisang,” ujar dia.
Begitu pula pisang raja yang dibawa kelompok petani asal Desa/Kecamatan Banjar. Tak kalah besar dari buah pisang milik Arya Bakti, pisang raja itu juga ungulan, karena menggunakan pupuk organik.
Sementara itu Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Gede Subudi ditemui di lokasi lomba menjelaskan dalam kontes buah memang dipilih komoditas pisang lokal. Hal tersebut merupakan salah satu upaya pelestarian buah lokal yang memang sangat diperlukan di Bali dalam kehidupan sehari-hari maupun keperluan keagamaan. Kali ini petani pisang yang membawa hasil pertanian terbaiknya melombakan pisang untuk hidangan di meja yang siap santap. Tentu selain akan dinilai bentuk, ukuran dan tampilannya juga dicicipi langsung oleh dewan juri.
Dirinya pun mengatakan pemetaan dari pisang lokal Bali yang teridentifikasi Universitas Udayana (Unud) ada 42 jenis, namun hanya tiga jenis yang menjadi primadona di pasaran. Yakni pisang kapok, pisang raja dan pisang ketip. Tiga pisang lokal Bali itu disebut paling laris, karena selain enak dimakan langsung juga enak dibuat olahan.
Subudi juga menjelaskan peluang petani pisang lokal Bali sejauh ini masih aman, meskipun banyak pisang yang didatangkan dari Jawa. Hal itu disebutnya karena hasil produksi pertanian pisang oleh petani lokal kualitasnya jauh diatas pisang yang didatangkan dari luar pulau. Pisang lokal Bali yang dibudidayakan rata-rata dengan organik, memiliki ukuran, rasa dan tekstur lebih padat. “Kalau pisang luar paling harganya yang lebih murah, tetapi petani lokal tidak pernah takut dengan persaingan itu karena mereka punya kualitas. Pembeli lokal biasanya juga membeli yang tak hanya enak dimakan langsung tetapi untuk olahan juga, sehingga pasti milih yang kualitas lebih bagus,” jelasnya.
Subudi juga mengatakan tahun ini sebagai pelestarian pisang lokal Bali, Dinas Pertanian Buleleng aka membuka perkebunan pisang yang akan diisi dengan 42 jenis pisang lokal Bali. Kebun pisang yang akan dibuka di Balai Benih, Gerokgak itu disebut Subudi untuk koleksi. “Kami sudah memesan dengan Unud nanti akan buat juga sebagai koleksi dan percontohan,” imbuhnya. Subudi juga tak meungkiri jika memungkinkan jenis pisang yang dikoleksi itu dikembangkan untuk dipasarkan lebih luas.*k23
Komentar