Bupati Eka: Masak Sih?
Tangani gizi buruk, Dinas Kesehatan Tabanan diminta meningkatkan PMT dan menggelar lomba antar posyandu.
Ada 22 Kasus Gizi Buruk di Tabanan
TABANAN, NusaBali
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti belum mengetahui jika di Kabupaten Tabanan terdapat 22 kasus gizi buruk. Terbukti saat dimintai komentarnya terkait kasus itu, Bupati Eka Wiryastuti malah bertanya balik. “Masa sih?” jawabnya singkat, Selasa (14/6).
Sementara Wakil Ketua DPRD Tabanan dari Fraksi Gerindra, Ni Nengah Sri Labantari menyebut kasus gizi buruk di Tabanan bukan dipicu kekurangan makanan, melainkan akibat penyakit bawaan. “Dinas Kesehatan mengklaim bukan karena kekurangan makanan. Untuk itu saya minta Dinas Kesehatan menggalakkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lewat Posyandu,” ungkap Sri Labantari. Srikandi Gerindra ini menyarankan Dinas Kesehatan Tabanan menggelar lomba posyandu terbaik.
Selain PMT lewat posyandu, Dinas Kesehatan diminta melakukan upaya terhadap ibu hamil yang berpotensi punya penyakit bawaan. “Penyakit bawaan mungkin disebabkan kurangnya asupan gizi saat ibu hamil atau kelainan gen. Saat ibu hamil itulah paling penting asupan gizinya,” ungkap Ketua Iwapi Tabanan ini. Dia pun memuji langkah Dinas Kesehatan Tabanan yang telah melakukan konseling hingga ke rumah tangga. Tanggap kasus itu diminta lebih ditingkatkan lagi. “Jangan sampai baru ada kasus, Dinas Kesehatan baru ngeh,” pesannya.
Sebelumnya diberitakan, jumlah penderita gizi buruk di Tabanan mengalami peningkatan pada rentang bulan Januari hingga April tahun 2015 dan tahun 2016. Pada bulan Januari hingga April 2015 sebanyak 12 kasus. Jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2016 terjadi peningkatan dengan 22 kasus.
Kepala Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, I Wayan Sudiartana mengatakan, kasus gizi buruk terhadap balita bukan karena kurangnya asupan gizi. Melainkan adanya penyakit bawaan yang dialami bayi. Ada pula penyakit karena faktor kelainan congenital seperti jantung bocor, infeksi paru-paru, anemia, mikrocepalli (kondisi dimama kepala lebih kecil dari normal) karena disebabkan kelainan genetic, down syndrome (keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental), dan gangguan tumbuh kembang. Sehingga makanan apa pun yang diberikan tidak masuk. “Jadi di Tabanan tidak ada kasus gizi buruk maupun gizi kurang akibat kekurangan asupan makanan,” jelas Sudiartana, Senin (13/6).
Pihaknya gencar melakukan pencegahan agar tak ada lagi kasus gizi kurang apalagi gizi buruk. Pencegahan dilakukan dengan konseling gizi di seluruh Puskesmas, Posyandu, dan rumah tangga. Konseling gizi berupa penyuluhan, mengajarkan cara membeli makanan hingga memasak. “Kami sudah lakukan secara rutin untuk mengurangi gizi buruk,” ujarya. Dikatakan, tidak hanya melakukan konseling, PMT juga dilakukan untuk mengatasi gizi buruk. Sudiartana berharap segera bisa menuntaskan kasus gizi buruk di Tabanan. 7 k21
Komentar