Festival BYB Tahun Ini Kritisi Kebijakan di Bidang Energi
Festival seni Bali Yang Binal (BYB) diselenggarakan lagi tahun ini. Festival dua tahunan ini eksis hingga memasuki edisi ke-8 tahun 2019. Sebagai sebuah festival dua tahunan yang terlahir dari kritik, BYB selalu membawa tema spesifik yang terbungkus dengan baik secara estetik. Tahun ini festival BYB mengetengahkan tema ‘Energi Esok Hari’.
DENPASAR, NusaBali
Tema ini dirasa penting untuk diketengahkan. Tema ini dipilih sebagai intisari dari semua permasalahan yang sedang atau berpotensi menjadi masalah di masa depan. Bali mempunyai investasi tinggi yang selalu menjadi obyek menggiurkan untuk dieksploitasi karena peran pentingnya dalam industri pariwisata. Banyak kebutuhan yang kemudian diadakan atas nama menjaga Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia.
Namun sangat disayangkan keputusan-keputusan instan yang dipilih pemangku kebijakan dan investor dalam menentukan arah pembangunan pariwisata. Keinginan pemerintah dan investor untuk membangun sarana-sarana penunjang pariwisata seperti rencana reklamasi Teluk Benoa, rencana pembangunan tol lintas utara, rencana pembangunan bandara badu di Bali Utara, dan lain sebagainya tentu membutuhkan energi yang besar.
Lantas, kebutuhan energi ini hendak dijawab dengan cepat oleh para pemangku kebijakan tadi dengan membangun sebuat PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) batubara baru di Celukan Bawang, Buleleng. Langkah ini dirasa tergesa-gesa dan keliru, karena Bali mempunyai potensi energi serta waktu yang cukup untuk beralih pada penggunaan energi terbaru dan ramah lingkungan.
Dalam perhelatan BYB yang mengangkat tema ‘Energi Esok Hari, diawali dengan Sawer Nite, yakni sebuah proses penggalangan dana secara swadaya yang telah dilakukan tanggal 19 – 21 April di Cushcush Gallery. Sawer Nite juga menjadi pintu gerbang rangkaian acara selanjutnya yaitu Pra-BYB (pemantapan materi bagi seniman) yang dilakukan pada tanggal 16 Mei di Taman Baca Kesiman. Pada Pra-BYB selain pemantapan materi juga dilangsungkan pameran baliho oleh beberapa seniman pendukung Bali Yang Binal.
Baliho-baliho yang sama juga akan dipamerkan di jalan desa Celukan Bawang ,ulai tanggal 28 Juni sampai 7 Juli 2019 untuk kemudian dibawa lagi ke Denpasar untuk dipamerkan pada saat pesta penutupan. Selain pameran baliho, Komunitas Pojok juga akan mengadakan mural jamming di daerah terdampak PLTU pada tanggal 6-7 Juli 2019.
Main event BYB juga diikuti oleh 24 seniman dalam dan luar pulau Bali yang akan memural tembok kota Denpasar, yakni Peanutdog (Bali), Slinat (Bali), 735art (Bali), Anna Bronza (Russia), Realino (Bali), Awshitt (Bali), Bob Trinity (Bali), dan DXGO (Bali). Ada juga Easy Tiger (Bali), Fandi Peyik (Malang), Gindring Wasted (Magelang), Media Legal (Jakarta), Mein Liber Prost (Bali).
Ditambah lagi Pansaka (Bali), Rio Krisma (Batu), WAP (Bali), SwoofOne (Bali), XGo & SMS (Surabaya), Yan Yan (Bandung, Lezart Original (Jakarta), WD_WildDrawing (Yunani), Ape Motion (Bali), Jonatan Rumion (Bali), dan Djamur Komunitas (Bali). Sedangkan Pesta penutupan BYB ke-8 akan digelar di Taman Kota Lumintang pada tanggal 14 Juli 2019 mendatang. *
Komentar