Wayang Kulit Calonarang 'Mencekam'
“Agar tiyang tidak rugi ngayah ke Art Centre. Leak barak, leak hitam, leak petak, leak brumbun silahkan datang kemari….”
DENPASAR, NusaBali
Pementasan Wayang Kulit Calonarang meramaikan pekan ketiga gelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019 pada Senin (8/7) malam. Ratusan pengunjung PKB pun menyesaki areal depan kelir wayang di depan Gedung Kriya, Taman Budaya, Denpasar. Mereka bertahan hingga pertunjukan berakhir tengah malam.
Pementasan Wayang Calonarang menampilkan dalang I Gusti Agung Wisnawa. Dalang dari Sanggar Genta Wisesa, Desa Tegal Harum, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar ini menampilkan lakon ‘Niscaya Lingga Kapandung’.
Lakon ini mengisahkan tentang kerajaan Kediri Raja dipimpin raja Airlangga. Rakyat Kediri Raja resah dan khawatir dengan keberadaan Nini Walunateng dari jagad Dirah. Adapun Nini Walunateng sendiri sedih karena anaknya Diah Ratna Manggali tidak mendapat jodoh. Sementara Raja Airlangga memiliki pinandita yaitu Mpu Baradah. Airlangga meminta Mpu Baradah untuk menanggulangi keresahan dan kekhawatiran rakyatnya. Mpu Baradah kemudian mengutus anaknya Mpu Bahula untuk berpura-pura akan melamar dan menikahi Ratna Manggali. Mendengar anaknya akan mendapat jodoh, Nini Walunateng dan pengikutnya gembira. Mereka menerima calon menantu yakni Mpu Bahula dengan suka cita, sehingga mereka lengah. Hal itu dimanfaatkan oleh Mpu Bahula untuk mencuri Lontar pengurip-urip atau lontar kesaktian dari Nini Walunateng yaitu lontar Niscaya Lingga. Mengetahui lontar kesaktianya dicuri, maka murkalah Nini Walunateng. Ia dan pengikutnya menggempur kerajaaan Kediri Raja. Maka terjadilah pertempuran dahsyat antara Mpu Bahula dan Nini Walunateng.
Pementasan Wayang Kulit Calonarang ini mendapat perhatian besar pengujung PKB di Taman Budaya, Denpasar. Depan Gedung Kriya disesaki penonton hingga ke jembatan dan di sebelah selatan sungai. Mereka menanti adegan puncak wayang kulit Calonarang. Menjelang tengah malam sang dalang Wisnawa dalam ceritanya mengundang siapapun yang mempelajari ilmu pengleakan dan yang memiliki sesabukan untuk ‘tanding’. “Agar tiyang tidak rugi ngayah ke Art Centre. Leak barak, leak hitam, leak petak, leak brumbun silahkan datang kemari….,” undang dalang Wisnawa membawakan lakon wayang kulitnya. Pertunjukan Wayang Kulit berakhir tepat tengah malam, menginjak pukul 24.00 Wita. Penonton pun puas dengan pertunjukkan Wayang Kulit Calonarang. Hal menarik lainnya adalah sentir pementasan tidak hanya menggunakan sentir tetapi juga menggunakan lampu listrik putih dan merah untuk memperkuat suasana. Tak jauh berbeda dengan Wayang yang sering ditampilkan Dalang Cenk Blonk. Tidak hanya itu backsound suara-suara malam seperti jangkrik, kodok dan sayup-sayup anjing melolong menambah mencekam pertunjukkan Wayang Kulit Calonarang saat mendekati puncak pertunjukan. *ind
Pementasan Wayang Calonarang menampilkan dalang I Gusti Agung Wisnawa. Dalang dari Sanggar Genta Wisesa, Desa Tegal Harum, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar ini menampilkan lakon ‘Niscaya Lingga Kapandung’.
Lakon ini mengisahkan tentang kerajaan Kediri Raja dipimpin raja Airlangga. Rakyat Kediri Raja resah dan khawatir dengan keberadaan Nini Walunateng dari jagad Dirah. Adapun Nini Walunateng sendiri sedih karena anaknya Diah Ratna Manggali tidak mendapat jodoh. Sementara Raja Airlangga memiliki pinandita yaitu Mpu Baradah. Airlangga meminta Mpu Baradah untuk menanggulangi keresahan dan kekhawatiran rakyatnya. Mpu Baradah kemudian mengutus anaknya Mpu Bahula untuk berpura-pura akan melamar dan menikahi Ratna Manggali. Mendengar anaknya akan mendapat jodoh, Nini Walunateng dan pengikutnya gembira. Mereka menerima calon menantu yakni Mpu Bahula dengan suka cita, sehingga mereka lengah. Hal itu dimanfaatkan oleh Mpu Bahula untuk mencuri Lontar pengurip-urip atau lontar kesaktian dari Nini Walunateng yaitu lontar Niscaya Lingga. Mengetahui lontar kesaktianya dicuri, maka murkalah Nini Walunateng. Ia dan pengikutnya menggempur kerajaaan Kediri Raja. Maka terjadilah pertempuran dahsyat antara Mpu Bahula dan Nini Walunateng.
Pementasan Wayang Kulit Calonarang ini mendapat perhatian besar pengujung PKB di Taman Budaya, Denpasar. Depan Gedung Kriya disesaki penonton hingga ke jembatan dan di sebelah selatan sungai. Mereka menanti adegan puncak wayang kulit Calonarang. Menjelang tengah malam sang dalang Wisnawa dalam ceritanya mengundang siapapun yang mempelajari ilmu pengleakan dan yang memiliki sesabukan untuk ‘tanding’. “Agar tiyang tidak rugi ngayah ke Art Centre. Leak barak, leak hitam, leak petak, leak brumbun silahkan datang kemari….,” undang dalang Wisnawa membawakan lakon wayang kulitnya. Pertunjukan Wayang Kulit berakhir tepat tengah malam, menginjak pukul 24.00 Wita. Penonton pun puas dengan pertunjukkan Wayang Kulit Calonarang. Hal menarik lainnya adalah sentir pementasan tidak hanya menggunakan sentir tetapi juga menggunakan lampu listrik putih dan merah untuk memperkuat suasana. Tak jauh berbeda dengan Wayang yang sering ditampilkan Dalang Cenk Blonk. Tidak hanya itu backsound suara-suara malam seperti jangkrik, kodok dan sayup-sayup anjing melolong menambah mencekam pertunjukkan Wayang Kulit Calonarang saat mendekati puncak pertunjukan. *ind
Komentar