Lintas Generasi Mebarung Gong Kebyar
Pementasan dua generasi ini agar kreatifitas lansia tetap bisa produktif, sekaligus ajang pengenalan seni budaya sejak dini bagi anak-anak.
DENPASAR, NusaBali
Selalu ada canda tawa di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019. Kali ini, keceriaan itu dibawakan oleh dua generasi yakni generasi lanjut usia (lansia) dan generasi anak Taman Kanak-kanak (TK) yang merupakan duta Kota Denpasar. Adapun yang di ajang PKB ke-41 tahun 2019 adalah Sekaa Gong Kebyar Taman Kanak-kanak Kumara Swara Pascima IGTKI Kecamatan Denpasar Barat dan Sekaa Gong Kebyar Lansia Werdha Merdangga Sandhi, Yayasan Pembangunan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan. Keduanya tampil mebarung di Kalangan Ratna Kanda, Taman Budaya Provinsi Bali, Rabu (10/7).
Keduanya seolah saling melengkapi. Lansia yang rindu bermain dengan sang cucu, begitu juga cucu rindu belajar seni bersama kakek-nenek. Gelak tawa pun hadir di antara mereka, lantaran tingkah anak-anak yang menggemaskan. Begitu juga tingkah para lansia yang mungkin mulai menderita penyakit lupa.
Dimulai dari penampilan Sekaa Taman Kanak-kanak Kumara Swara Pascima IGTKI Kecamatan Denpasar Barat Tabuh Ambek Cita Kumara, Tari Kreasi Kumara Wana Giri, serta Dolanan Majukungan. Ketiga garapan itu, tabuh ‘Ambek Cita Kumara’ yang menunjukkan tingkah laku anak-anak yang lucu dan terkadang tidak memperhitungkan apapun. Ada juga garapan tari kreasi ‘Kumara Wana Giri’ yang menceritakan sekelompok anak yang menari dengan menggerakan jemarinya mengikuti gerakan pohon yang tertiup angina. Garapan ketiga berupa dolanan anak-anak dengan lakon ‘Majukungan’. Permainan tradisional ini mengunakan kelopak pinang yang dimainkan dengan cara seorang anak duduk di atas kelopak pinang, kemudian seorang lagi menariknya.
“Untuk garapan tarinya dibimbing langsung sama guru-guru TK sendiri. Untuk tabuhnya baru ada pembinaan dari provinsi (Dinas Kebudayaan provinsi Bali, red),” terang Sundri, pembina tari. Dia tidak sendiri, ada beberapa guru yang terlibat sebagai penata tari seperti Putu Lasmini SPd bersama Ni Putu Puspa Puspitawati SPd dan Ni Ketut Alit SPd “Guru-guru TK yang membina tari ini memang dengan sabar membimbing anak-anak sehingga bisa tampil seperti ini. Tantangan yang utama soal dana. Untungnya orang tua setia mendukung anak-anak dengan mengantarkan saat latihan. Mereka ini anak-anak yang menang-memang lomba di kota yang tampil,” katanya.
Sementara itu Sekaa Gong Lansia Werdha Merdangga Sandhi, Yayasan Pembangunan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan menampilkan dua garapan yaitu tabuh Pat Gari. “Tabuh Pat Gari ini merupakan barungan gamelan Gambuh atau Semarapagulingan yang ditranfer dalan sebuah komposisi,” terang Kordinator Sekaa Gong Lansia Werdha Merdangga Sandhi, Yayasan Pembangunan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, I Made Kara.
Garapan kedua adalah sendratari Ramayana yang menceritakan perjalanan kehidupan sang Rama dan Sinta. Ceritanya diangkat dari kitab Ramayana tentang kisah Sinta diculik dan dibawa ke Alengka oleh Rahwana. Ada adegan lucu yang membuat penonton tersenyum. Adegan ketika Hanoman masih bertarung dengan para raksasa dari Alengka. Ketika Hanoman masih bertarung dengan seorang raksasa tiba-tiba muncul sang Rama. Tetapi kemudian langsung balik lagi ke belakang panggung ketika melihat Hanoman masih bertarung dengan seorang raksasa.
Kadis Kebudayaan Kota Denpasar, IGN Bagus Mataram didampingi kedua Kordinator Sekaa mengatakan, pementasan kali ini merupakan satu-satunya yang menampilkan dua generasi dalam satu panggung, yakni lansia dan siswa TK. “Hanya kami di Denpasar yang menampilkan lansia dan siswa TK dalam satu panggung,” ujar Bagus Mataram.
Pementasan dua generasi ini agar kreatifitas lansia tetap bisa produktif, sekaligus ajang pengenalan seni budaya sejak dini bagi anak-anak. “Dengan menabuh dan menari, maka lansia akan semakin aktif beraktifitas, sedangkan anak-anak semakin mengenali seni sejak usia dini,” imbuhnya. *ind
Keduanya seolah saling melengkapi. Lansia yang rindu bermain dengan sang cucu, begitu juga cucu rindu belajar seni bersama kakek-nenek. Gelak tawa pun hadir di antara mereka, lantaran tingkah anak-anak yang menggemaskan. Begitu juga tingkah para lansia yang mungkin mulai menderita penyakit lupa.
Dimulai dari penampilan Sekaa Taman Kanak-kanak Kumara Swara Pascima IGTKI Kecamatan Denpasar Barat Tabuh Ambek Cita Kumara, Tari Kreasi Kumara Wana Giri, serta Dolanan Majukungan. Ketiga garapan itu, tabuh ‘Ambek Cita Kumara’ yang menunjukkan tingkah laku anak-anak yang lucu dan terkadang tidak memperhitungkan apapun. Ada juga garapan tari kreasi ‘Kumara Wana Giri’ yang menceritakan sekelompok anak yang menari dengan menggerakan jemarinya mengikuti gerakan pohon yang tertiup angina. Garapan ketiga berupa dolanan anak-anak dengan lakon ‘Majukungan’. Permainan tradisional ini mengunakan kelopak pinang yang dimainkan dengan cara seorang anak duduk di atas kelopak pinang, kemudian seorang lagi menariknya.
“Untuk garapan tarinya dibimbing langsung sama guru-guru TK sendiri. Untuk tabuhnya baru ada pembinaan dari provinsi (Dinas Kebudayaan provinsi Bali, red),” terang Sundri, pembina tari. Dia tidak sendiri, ada beberapa guru yang terlibat sebagai penata tari seperti Putu Lasmini SPd bersama Ni Putu Puspa Puspitawati SPd dan Ni Ketut Alit SPd “Guru-guru TK yang membina tari ini memang dengan sabar membimbing anak-anak sehingga bisa tampil seperti ini. Tantangan yang utama soal dana. Untungnya orang tua setia mendukung anak-anak dengan mengantarkan saat latihan. Mereka ini anak-anak yang menang-memang lomba di kota yang tampil,” katanya.
Sementara itu Sekaa Gong Lansia Werdha Merdangga Sandhi, Yayasan Pembangunan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan menampilkan dua garapan yaitu tabuh Pat Gari. “Tabuh Pat Gari ini merupakan barungan gamelan Gambuh atau Semarapagulingan yang ditranfer dalan sebuah komposisi,” terang Kordinator Sekaa Gong Lansia Werdha Merdangga Sandhi, Yayasan Pembangunan Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, I Made Kara.
Garapan kedua adalah sendratari Ramayana yang menceritakan perjalanan kehidupan sang Rama dan Sinta. Ceritanya diangkat dari kitab Ramayana tentang kisah Sinta diculik dan dibawa ke Alengka oleh Rahwana. Ada adegan lucu yang membuat penonton tersenyum. Adegan ketika Hanoman masih bertarung dengan para raksasa dari Alengka. Ketika Hanoman masih bertarung dengan seorang raksasa tiba-tiba muncul sang Rama. Tetapi kemudian langsung balik lagi ke belakang panggung ketika melihat Hanoman masih bertarung dengan seorang raksasa.
Kadis Kebudayaan Kota Denpasar, IGN Bagus Mataram didampingi kedua Kordinator Sekaa mengatakan, pementasan kali ini merupakan satu-satunya yang menampilkan dua generasi dalam satu panggung, yakni lansia dan siswa TK. “Hanya kami di Denpasar yang menampilkan lansia dan siswa TK dalam satu panggung,” ujar Bagus Mataram.
Pementasan dua generasi ini agar kreatifitas lansia tetap bisa produktif, sekaligus ajang pengenalan seni budaya sejak dini bagi anak-anak. “Dengan menabuh dan menari, maka lansia akan semakin aktif beraktifitas, sedangkan anak-anak semakin mengenali seni sejak usia dini,” imbuhnya. *ind
Komentar