Dirancang Jadi Wisata Edukasi Kedirgantaraan
Potongan pesawat jenis boeing 737-400 PK-LII di Jalan Bypass Prof DR Ida Bagus Mantra, tepatnya pada lahan persawahan di sebelah timur Hotel Komune Selukat, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Rabu (15/6), mengagetkan warga di jalan setempoat.
Potongan Pesawat Boeing Kagetkan Warga di Keramas, Gianyar
GIANYAR, NusaBali
Kebanyakan warga sempat memperkirakan pesawat itu terjatuh di lokasi. Karena tubuh pesawat terlihat rusak dan terpotong. Kekagetan menjadi heboh di kalangan netizen. Karena banyak warga mengabadika potongan pesawat dengan komposisi gambar yang seolah-olah ada pesawat jatuh di tengah persawahan. Pantauan NusaBali di lokasi, potongan pesawat diangkut dengan trailer dari Bandara Juanda Surabaya, Jawa Timur. Kedatangan pesawat ini menarik perhatian masyarakat sekitar maupun pengendara yang melewati jalur itu. Pesawat dengan panjang 38,6 meter, lebar 4 meter, bentang sayap 36 meter, tinggi 1,8 meter itu tiba di lokasi. Pesawat ‘dipesan’ khusus oleh pengusaha jasa wisata Keramas Park asal Desa Keramas, Budi Gautama, dan Made Abdi Negara.
Ditemui di lokasi, Made Abdi Negara menjelaskan potongan pesawat ini diangkut dari Bandara Juanda, Surabaya dan sampai di Desa Keramas dengan waktu tempuh sekitar empat hari tiga malam. Pesawat yang tidak lagi difungsikan ini akan dimanfaatkan sebagai wahana wisata edukasi kedirgantaraan. Ide awalnya, tidak semua orang bisa menaiki pesawat terbang, maka dari itu muncul ide untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pesawat. "Yang sudah pernah naik pesawat pun belum tentu bisa masuk di tempat pengendalinya," ujar Abdi Negara.
Kata Abdi, di Bali sudah ada wisata edukasi kedirgantaraan ini yakni di Negara, Jembrana dan Singaraja, Buleleng. Kemudian muncul ide untuk mengembangkan di Desa Keramas. "Kita ingin mengembangkan sesuatu yang unik di wilayah ini (Desa Keramas, atau sekitar Jalan Bypass Mantra, Red)," ujarnya.
Abdi mengatakan, harga baru pesawat ini kisaran Rp 950 miliar, dan harganya setelah tak terpakai, Rp 3 miliar. Tubuh pesawat ini akan diparkir secara utuh diatas lahan 60 are di Selukat. Proses ini membutuhkan waktu tiga bulan, karena harus menyatukan badan pesawat yang sudah dipotong tiga bagian itu. ‘’Kami berharap kedepanwisata edukasi ini bisa memberikan informasi serta pengetahuan kepadamasyarakat,’’ ujar Abdi Negara.
Kata dia, pesawat ini akan dipajang tanpa mesin. Namun untuk edukasi, semua lampu dan isyarat penerbangannya akan diaktifkan. Dengan itu, seolah-olah pesawat dengan 250 seat (tempat duduk) ini aktif normal. Hingga saat ini belum ada rencana kabin pesawat itu akan dijadikan restauran karena masih fokus untuk wisata edukasi. "Kedepan belum tahu seperti apa," ungkapnya. 7 cr62
Komentar