Diserang Hama, Petani Mengulang Tanam Jagung
Tanaman jagung petani di Subak Sungsang, Desa Tibu Biu, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, sempat diserang hama yang disebut kepining (kumbang). Hama tersebut menyerang biji yang baru ditanam.
TABANAN, NusaBali
Akibatnya petani terpaksa harus mengulang menanam bibit jagung. Salah seorang petani I Nyoman Darmadi, 51, mengatakan sudah dua kali menanam bibit. Bibit yang ditanam sekitar sebulan lalu dimakan hama. Dengan kondisi itu tanaman jagung yang ditanam di lahan seluas 1 hektare sempat mati. “Saya ulang tanam bibit lagi,” ujarnya, Kamis (11/7).
Dikatakannya, hama yang menyerang jagung di Subak Sungsang tersebut baru pertama kali terjadi. Biasanya hama tidak sampai menyerang hingga petani harus menanam ulang. “Kemarin itu rugi 5 kilogram bibit. Satu kilogram bibit seharga Rp 75 ribu,” imbuhnya.
Beruntung saat tanam ulang yang kedua kalinya, hama kepining tidak membuat bibit mati total. Ada beberapa yang hilang sehingga tumbuhnya pohon jagung tidak merata. “Itu ada tanaman yang hilang karena hama kepining ini satu hari saja menyerang, bibit tidak mau tumbuh,” tambah Darmadi sambil menunjuk pohon jagung yang tidak tumbuh.
Kini jagung yang sudah berumur sekitar 1 bulan tersebut kondisinya bagus. Meskipun ada hama yang menyerang di bagian daun yang mengakibatkan daun robek, dikatakan tidak mempengaruhi buang jagung. “Jagung yang kami tanam jenis NK212 yakni jagung yang akan dijadikan pakan ternak, bukan jagung manis,” ucap Darmadi.
Menurut Darmadi, Subak Sungsang memang setiap tahun menanam palawija. Bukan karena tidak ada air, melainkan sudah ada jadwal. Karena setiap tahun Subak Sungsang mengalami panen sebanyak tiga kali, dua kali panen padi, dan satu kali tanam palawija. “Sawah kami asupan airnya maksimal, karena berasal dari Bendungan Telaga Tunjung yang ada di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan,” tandasnya. *des
Dikatakannya, hama yang menyerang jagung di Subak Sungsang tersebut baru pertama kali terjadi. Biasanya hama tidak sampai menyerang hingga petani harus menanam ulang. “Kemarin itu rugi 5 kilogram bibit. Satu kilogram bibit seharga Rp 75 ribu,” imbuhnya.
Beruntung saat tanam ulang yang kedua kalinya, hama kepining tidak membuat bibit mati total. Ada beberapa yang hilang sehingga tumbuhnya pohon jagung tidak merata. “Itu ada tanaman yang hilang karena hama kepining ini satu hari saja menyerang, bibit tidak mau tumbuh,” tambah Darmadi sambil menunjuk pohon jagung yang tidak tumbuh.
Kini jagung yang sudah berumur sekitar 1 bulan tersebut kondisinya bagus. Meskipun ada hama yang menyerang di bagian daun yang mengakibatkan daun robek, dikatakan tidak mempengaruhi buang jagung. “Jagung yang kami tanam jenis NK212 yakni jagung yang akan dijadikan pakan ternak, bukan jagung manis,” ucap Darmadi.
Menurut Darmadi, Subak Sungsang memang setiap tahun menanam palawija. Bukan karena tidak ada air, melainkan sudah ada jadwal. Karena setiap tahun Subak Sungsang mengalami panen sebanyak tiga kali, dua kali panen padi, dan satu kali tanam palawija. “Sawah kami asupan airnya maksimal, karena berasal dari Bendungan Telaga Tunjung yang ada di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan,” tandasnya. *des
Komentar