Rasionalisasi Anggaran, 7 Event Pariwisata di Badung Dibatalkan
Nilai Bantuan Dana Upakara Dikurangi
MANGUPURA, NusaBali
Hampir semua program di Organiasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemkab Badung terkena rasionaliasi, akibat pendapatan yang tidak sesuai target. Bahkan, program promosi dan 7 event pariwisata di Kabupaten Badung pun dibatalkan. Namun, program-program di Dinas Kebudayaan Badung tetap berjalan, seperti bantuan dana untuk upa-kara.
Kadis Kebudayaan Badung, IB Anom Bhasma, mengatakan sejumlah program di OPD yang dipimpinnya juga terdampak rasionalisasi anggaran, namun tidak sampai dihentikan. “Programnya terus berjalan, seperti bantuan dana untuk upakara, sesuai dengan komitmen Bupati. Hanya nilainya saja yang dikurangi,” ungkap Anom Bhasma, Sabtu (13/7).
Anom Bhasma menyebutkan, bantuan dana upakara yang awalnya sebesar Rp 1,5 miliar, kini nilainya dikurangi menjadi hanya Rp 1 miliar. Anom Bhasma pun berharap krama penerima bantuan dana upakara dapat memaklumi kondisi ini.
“Kami harapkan masyarakat tidak mengeluh jika bantuan yang dijanjikan belum cair. Kami sudah beritahukan sebelumnya hal ini, karena sekarang anggaran dirasionalisasi. Namun, untuk kepentingan masyarakat tetap diutamakan,” tandas birokrat asal Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Badung ini.
Tidak maksimalnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Badung telah membuat anggaran di semua OPD dipangkas. Semula, pendapatan ditarget mencapai Rp 6,7 triliun, namun terealisasi hanya sekitar Rp 5 triliun. Pemangkasan anggaran didominasi program pembangunan fisik.
Sementara itu, Pemkab Badung terpaksa membatalkan sejumlah agenda promosi dan event penting penting pariwisata yang telah terjadwal dalam kalender kegiatan tahun 2019, sebagai buntut dari rasionaliasi anggaran. Hal ini diakui Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Badung, IGN Rai Suryawijaya, beberapa hari lalu.
“Kita memaklumi adanya rasionalisasi anggaran dari Pemkab Badung karena terkait pencapaian target pendapatan. Jadi, segala bentuk biaya langsung apa namanya ditiadakan/distop. Salah salah satunya, program promosi yang dilakukan Dinas Pariwisata dan BPPD Badung sebagai eksekutornya,” jelas Suryawijaya.
Menurut Suryawijaya, sebetulnya anggaran promosi itu adalah bagian dari empat pilar kepariwisataan: destinasi, industri, pemasaran (promosi), dan kelembagaan. Seharusnya, keempat pilar kepariwisataan itu berjalan bersama-sama. Apalagi, core bisnis di Badung dan Bali umumnya adalah dari sektor pariwisata.
“Kita harus konsisten melakukan promosi, apalagi targetnya mendatangkan 6,8 juta wisatawan. Kalau tidak, kepercayaan patner kita akan menurun. Selain itu, kita bisa disalip negara pesaing yang lebih gencar melakukan promosi wisata, seperti Filipina, Vietnam, dan Kamboja,” katanya.
Suryawijaya menyebutkan, sebetunya BPPD Kabupaten Badung bersama Dinas Pariwisata Badung sudah merancang promosi ke sejumlah negara, seperti ke Rusia (Agustus 2019), Amerika Serikat (September 2019), Jepang (Oktober 2019), dan Inggris (November 2019). Dengan adanya rasionalisasi anggaran, kata dia, kegiatan promosi tersebut terpaksa dibatalkan.
Meski demikian, BPPD dan Pariwisata Badung tetap akan melakukan upaya agar pariwisata bertahan hidup. Ada beberapa strategi baru yang dirancang dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan. “Pertama, promosi melalui online/website, sehingga pariwisata kita masih eksis. Kedua, bloger dan star movie maupun selebrity yang ada kita undang ke Badung. Dengan cara begitu, mudah-mudahan bisa meningkatkan geliat pariwisata kita,” tegas Suryawijaya yang notabene Ketua BPC PHRI Badung.
Secara terpisah, Kadis Pariwisata Badung, I Made Badra, mengatakan ada 7 event priwisata di Gumi Keris tahun 2019 yang dibatalkan, karena rasionalisasi anggaran ini. Pertama, Internasional Beach Soccer Competition di Pantai Kuta, yang semula direncanakan berlangsung Juli 2019 dengan anggaran Rp 163,4 juta.
Kedua, Surfing International Competition di Pantai Kuta yang semula direncana berlangsung Agustus 2019, dengan anggaran Rp 541,3 juta. Ketiga, Kuta Sea Sand Land di Pantai Kuta yang semula direncanakan berlangsung Agustus 2019, dengan anggaran Rp 912,5 juta. Keempat, Legian Food Festival yang semula direncanakan pada September 2019, dengan anggaran Rp 784,5 juta.
Kelima, Uluwatu Art Festival di desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung yang semula direncanakan berlangsung Oktober 2019, dengan anggaran Rp 622,7 juta. Keenam, Fishing Tournament di Pantai Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung yang sedianya dihelat November 2019, dengan anggaran sebesar Rp 322 juta. Ketujuh, Petitenget Art and Culture Festival di Desa Petitenget, Kecamatan Kluta Utara, Badung yang semula direncanakan berlangsung November 2019, dengan anggaran Rp 1,2 miliar.
Sedangkan event Barong Festival tetap akan dilaksanakan sesuai agenda pada September 2019, dengan anggaran Rp 513,2 juta. “Kalau ditotal, anggaran di Dinas Pariwisata Badung yang kena rasionalisasi mencapai rp 12,6 miliar,” ungkap Made Badra. Birokrat asal kawasan wisata Kuta, Badung ini berharap tahun depan anggaran promosi, kegiatan festival, serta prasarana dan pembinaan kepada stakeholder bisa tersedia kembali. *asa
Kadis Kebudayaan Badung, IB Anom Bhasma, mengatakan sejumlah program di OPD yang dipimpinnya juga terdampak rasionalisasi anggaran, namun tidak sampai dihentikan. “Programnya terus berjalan, seperti bantuan dana untuk upakara, sesuai dengan komitmen Bupati. Hanya nilainya saja yang dikurangi,” ungkap Anom Bhasma, Sabtu (13/7).
Anom Bhasma menyebutkan, bantuan dana upakara yang awalnya sebesar Rp 1,5 miliar, kini nilainya dikurangi menjadi hanya Rp 1 miliar. Anom Bhasma pun berharap krama penerima bantuan dana upakara dapat memaklumi kondisi ini.
“Kami harapkan masyarakat tidak mengeluh jika bantuan yang dijanjikan belum cair. Kami sudah beritahukan sebelumnya hal ini, karena sekarang anggaran dirasionalisasi. Namun, untuk kepentingan masyarakat tetap diutamakan,” tandas birokrat asal Desa Taman, Kecamatan Abiansemal, Badung ini.
Tidak maksimalnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Badung telah membuat anggaran di semua OPD dipangkas. Semula, pendapatan ditarget mencapai Rp 6,7 triliun, namun terealisasi hanya sekitar Rp 5 triliun. Pemangkasan anggaran didominasi program pembangunan fisik.
Sementara itu, Pemkab Badung terpaksa membatalkan sejumlah agenda promosi dan event penting penting pariwisata yang telah terjadwal dalam kalender kegiatan tahun 2019, sebagai buntut dari rasionaliasi anggaran. Hal ini diakui Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Badung, IGN Rai Suryawijaya, beberapa hari lalu.
“Kita memaklumi adanya rasionalisasi anggaran dari Pemkab Badung karena terkait pencapaian target pendapatan. Jadi, segala bentuk biaya langsung apa namanya ditiadakan/distop. Salah salah satunya, program promosi yang dilakukan Dinas Pariwisata dan BPPD Badung sebagai eksekutornya,” jelas Suryawijaya.
Menurut Suryawijaya, sebetulnya anggaran promosi itu adalah bagian dari empat pilar kepariwisataan: destinasi, industri, pemasaran (promosi), dan kelembagaan. Seharusnya, keempat pilar kepariwisataan itu berjalan bersama-sama. Apalagi, core bisnis di Badung dan Bali umumnya adalah dari sektor pariwisata.
“Kita harus konsisten melakukan promosi, apalagi targetnya mendatangkan 6,8 juta wisatawan. Kalau tidak, kepercayaan patner kita akan menurun. Selain itu, kita bisa disalip negara pesaing yang lebih gencar melakukan promosi wisata, seperti Filipina, Vietnam, dan Kamboja,” katanya.
Suryawijaya menyebutkan, sebetunya BPPD Kabupaten Badung bersama Dinas Pariwisata Badung sudah merancang promosi ke sejumlah negara, seperti ke Rusia (Agustus 2019), Amerika Serikat (September 2019), Jepang (Oktober 2019), dan Inggris (November 2019). Dengan adanya rasionalisasi anggaran, kata dia, kegiatan promosi tersebut terpaksa dibatalkan.
Meski demikian, BPPD dan Pariwisata Badung tetap akan melakukan upaya agar pariwisata bertahan hidup. Ada beberapa strategi baru yang dirancang dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan. “Pertama, promosi melalui online/website, sehingga pariwisata kita masih eksis. Kedua, bloger dan star movie maupun selebrity yang ada kita undang ke Badung. Dengan cara begitu, mudah-mudahan bisa meningkatkan geliat pariwisata kita,” tegas Suryawijaya yang notabene Ketua BPC PHRI Badung.
Secara terpisah, Kadis Pariwisata Badung, I Made Badra, mengatakan ada 7 event priwisata di Gumi Keris tahun 2019 yang dibatalkan, karena rasionalisasi anggaran ini. Pertama, Internasional Beach Soccer Competition di Pantai Kuta, yang semula direncanakan berlangsung Juli 2019 dengan anggaran Rp 163,4 juta.
Kedua, Surfing International Competition di Pantai Kuta yang semula direncana berlangsung Agustus 2019, dengan anggaran Rp 541,3 juta. Ketiga, Kuta Sea Sand Land di Pantai Kuta yang semula direncanakan berlangsung Agustus 2019, dengan anggaran Rp 912,5 juta. Keempat, Legian Food Festival yang semula direncanakan pada September 2019, dengan anggaran Rp 784,5 juta.
Kelima, Uluwatu Art Festival di desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung yang semula direncanakan berlangsung Oktober 2019, dengan anggaran Rp 622,7 juta. Keenam, Fishing Tournament di Pantai Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung yang sedianya dihelat November 2019, dengan anggaran sebesar Rp 322 juta. Ketujuh, Petitenget Art and Culture Festival di Desa Petitenget, Kecamatan Kluta Utara, Badung yang semula direncanakan berlangsung November 2019, dengan anggaran Rp 1,2 miliar.
Sedangkan event Barong Festival tetap akan dilaksanakan sesuai agenda pada September 2019, dengan anggaran Rp 513,2 juta. “Kalau ditotal, anggaran di Dinas Pariwisata Badung yang kena rasionalisasi mencapai rp 12,6 miliar,” ungkap Made Badra. Birokrat asal kawasan wisata Kuta, Badung ini berharap tahun depan anggaran promosi, kegiatan festival, serta prasarana dan pembinaan kepada stakeholder bisa tersedia kembali. *asa
1
Komentar