Dari Amerika Melestarikan Kesenian Jawa
Merantau di negeri Paman Sam, Amerika Serikat, tak menyurutkan semangat orang Indonesia untuk melestarikan seni tradisi dan kembali menampilkannya di tanah air.
DENPASAR, NusaBali
Inilah yang ditampilkan oleh para seniman orang Indonesia asli yang tergabung dalam sebuah lembaga kesenian The Art and Culture of Indonesia (Arcinda) bermarkas di Colorado, Amerika Serikat. Para penampil ini menyajikan kesenian khas Jawa di hari terakhir Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41, di Kalangan Madya Mandala, Taman Budaya Provinsi Bali, Sabtu (13/7).
Pengunjung yang lalu lalang dihentikan langkahnya oleh suara gamelan khas Jawa yang memanjakan telinga. Pengunjung pun betah berdiam lama menikmati alunan gamelan Kebo Giro yang dituangkan sebagai penyambutan untuk tamu. Sedangkan Gugur Gunung adalah instrumen gamelan yang bertemakan gotong royong untuk menyelesaikan pekejaaan, dan gamelan Udan Mas bermakna sebagai pemberian rejeki melalui istilah hujan emas. Tak hanya itu, Arcinda turut memadukan seni tradisi dan modernisasi dengan mengemas lagu Gambang Suling dan Jali-Jali yang dengan apik.
Arcinda yang kini telah berusia sepuluh tahun adalah lembaga kesenian non-profit yang dikelola oleh Arni Purwaningsih Pelletier. Turut serta memeriahkan PKB ke-41 adalah anugerah tersendiri bagi Arni sebagai peringatan sepuluh tahun usia ARCINDA dan perayaan 70 tahun kerjasama Indonesia dengan Amerika. “Misi kami mengenalkan kebudayaan Indonesia khususnya Jawa di Amerika dan siapa saja boleh bergabung, orang dari kebangsaan mana saja,” jelas Arni.
Arni mengaku bahwa niat untuk mendirikan Arcinda karena didikan sang ayah. Bermula dari mendapat beasiswa ke Amerika dari sanalah Arni menetap, berkeluarga, dan mengobati rasa rindu akan tanah air dengan mendirikan Arcinda. “Bapak saya memang senang tradisi dan budaya jadi memang mendidik anak-anak untuk mencintai hal itu,” terangnya.
Baginya, tak mudah untuk mempertahankan Arcinda hingga berusia satu dekade. Butuh kerja keras dan pengorbanan untuk mempertahankan apa yang telah dibangun. Meski demikian, Arni dan para anggota Arcinda tak payah untuk memegang erat tradisi bernafas Jawa sebagai pegangan di negeri Amerika. “Suami saya orang Amerika dia bilang kalau angkut gamelan kayak kerja rodi, karena ditanggung sendiri,” terang Arni dengan senyum tipis.
Pada akhir acara, garapan pamungkas yang dipersembahkan Arcinda yakni Sendratari Ramayana bernasafkan Jawa. Di antara ketujuh bagian kisah Ramayana, kali ini bagian Hanoman Duta menjadi pilihan sekaligus judul garapan. Ciat, ciat adegan Rahwana bertempur dengan Rama membangkitkan semangat yang mulai layu menjelang malam. Hanoman yang merupakan wujud seekor kera nan sakti melompat-lompat dengan lincahnya hingga menyambangi para penonton. Garapan ini pun disukseskan pula oleh beberapa pembimbing gamelan dan tarian diantaranya Saptono, Wayan Sudirana, Adiyanto, Baghawan Ciptoning, dan Anggara Wisnu. *ind
Pengunjung yang lalu lalang dihentikan langkahnya oleh suara gamelan khas Jawa yang memanjakan telinga. Pengunjung pun betah berdiam lama menikmati alunan gamelan Kebo Giro yang dituangkan sebagai penyambutan untuk tamu. Sedangkan Gugur Gunung adalah instrumen gamelan yang bertemakan gotong royong untuk menyelesaikan pekejaaan, dan gamelan Udan Mas bermakna sebagai pemberian rejeki melalui istilah hujan emas. Tak hanya itu, Arcinda turut memadukan seni tradisi dan modernisasi dengan mengemas lagu Gambang Suling dan Jali-Jali yang dengan apik.
Arcinda yang kini telah berusia sepuluh tahun adalah lembaga kesenian non-profit yang dikelola oleh Arni Purwaningsih Pelletier. Turut serta memeriahkan PKB ke-41 adalah anugerah tersendiri bagi Arni sebagai peringatan sepuluh tahun usia ARCINDA dan perayaan 70 tahun kerjasama Indonesia dengan Amerika. “Misi kami mengenalkan kebudayaan Indonesia khususnya Jawa di Amerika dan siapa saja boleh bergabung, orang dari kebangsaan mana saja,” jelas Arni.
Arni mengaku bahwa niat untuk mendirikan Arcinda karena didikan sang ayah. Bermula dari mendapat beasiswa ke Amerika dari sanalah Arni menetap, berkeluarga, dan mengobati rasa rindu akan tanah air dengan mendirikan Arcinda. “Bapak saya memang senang tradisi dan budaya jadi memang mendidik anak-anak untuk mencintai hal itu,” terangnya.
Baginya, tak mudah untuk mempertahankan Arcinda hingga berusia satu dekade. Butuh kerja keras dan pengorbanan untuk mempertahankan apa yang telah dibangun. Meski demikian, Arni dan para anggota Arcinda tak payah untuk memegang erat tradisi bernafas Jawa sebagai pegangan di negeri Amerika. “Suami saya orang Amerika dia bilang kalau angkut gamelan kayak kerja rodi, karena ditanggung sendiri,” terang Arni dengan senyum tipis.
Pada akhir acara, garapan pamungkas yang dipersembahkan Arcinda yakni Sendratari Ramayana bernasafkan Jawa. Di antara ketujuh bagian kisah Ramayana, kali ini bagian Hanoman Duta menjadi pilihan sekaligus judul garapan. Ciat, ciat adegan Rahwana bertempur dengan Rama membangkitkan semangat yang mulai layu menjelang malam. Hanoman yang merupakan wujud seekor kera nan sakti melompat-lompat dengan lincahnya hingga menyambangi para penonton. Garapan ini pun disukseskan pula oleh beberapa pembimbing gamelan dan tarian diantaranya Saptono, Wayan Sudirana, Adiyanto, Baghawan Ciptoning, dan Anggara Wisnu. *ind
Komentar