Jokowi: Silakan Jadi Oposisi, Itu Mulia
Jokowi menegaskan tak masalah jika nantinya ada oposisi. Namun, dia mengingatkan oposisi haruslah tanpa kebencian.
JAKARTA, NusaBali
Presiden terpilih, Joko Widodo (Jokowi), berbicara soal oposisi. Dia mempersilakan pihak-pihak menjadi oposisi dengan sejumlah catatan. "Dalam demokrasi, dalam demokrasi, mendukung mati-matian seorang kandidat itu boleh, mendukung dengan militansi yang tinggi itu juga boleh, menjadi oposisi itu juga sangat mulia," kata Jokowi dalam pidato Visi Indonesia di SICC, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu (14/7) malam.
Jokowi menegaskan tak masalah jika nantinya ada oposisi. Namun, dia mengingatkan oposisi haruslah tanpa kebencian. "Silakan menjadi oposisi asal jangan oposisi yang menimbulkan dendam, asal jangan oposisi yang mendorong kebencian, apalagi disertai juga hinaan, disertai dengan cacian, disertai dengan makian-makian," pesan Jokowi.
Jokowi menegaskan bangsa ini memiliki norma-norma agama dan adab ketimuran. Dia menegaskan Pancasila harus dikedepankan semua pihak. "Kita ini memiliki norma-norma agama, memiliki etika dan tata krama ketimuran, memiliki budaya yang luhur. Kita harus ingat ini, Pancasila adalah rumah kita bersama, rumah bersama kita sebagai saudara sebangsa setanah air. Tidak ada toleransi sedikitpun bagi yang mengganggu Pancasila," tegas Jokowi dilansir detik.com. Presiden terpilih Jokowi juga bicara soal kemajuan bangsa.
Jokowi mengatakan untuk memajukan bangsa dan negara, warga negara Indonesia harus bersatu dan berhenti memikirkan kepentingan pribadi maupun kelompok. "Ini bukanlah tentang aku atau kamu. Juga bukan kami atau mereka. Bukan soal barat atau timur. Bukan selatan atau utara. Sekarang bukan saatnya memikirkan itu semuanya. Tapi ini saatnya memikirkan tentang bangsa kita bersama. Jangan ragu, jangan pernah ragu untuk maju karena kita mampu jika kita bersatu," katanya.
Terpisah Cawapres pendamping Capres Prabowo Subianto di Pilpres 2019, yakni Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan bahwa dia tak takut jika menjadi oposisi. "Jadi oposisi tidak bisa dipecat. Jadi menteri bisa dipecat. Jadi oposisi tidak bisa dipecat," ucap Sandiaga dalam diskusi milenial pasca-pilpres di Upnormal Coffee Roasters, Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, Minggu kemarin. Bagi Sandiaga, sebagai eks cawapres dia perlu untuk berada di luar pemerintahan.
Hal itu, menurutnya, bertujuan membentuk kualitas demokrasi yang bagus. "Dalam demokrasi ada kalah, menang. Saya rasa, kualitas demokrasi meningkat kalau semua sadari peran bahwa yang terpilih diberi kesempatan memerintah. Yang tidak, konsisten sebagai koreksi dan tingkatkan pengawasan kepada pemerintah," ucap Sandiaga.
Bagi Sandiaga, oposisi perlu menyeimbangkan kebijakan. Maka, kata Sandi, ada kritik dan koreksi terhadap kebijakan pemerintahan Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin. "Kualitas negeri meningkat kalau negara ada yang mengawal kebijakan. Tidak ada yang kontrol bakal ugal-ugalan," kata Sandiaga. Sandiaga pun tidak tertarik masuk pemerintah jika hanya karena bagi-bagi kursi. Baginya, bagi-bagi kursi adalah gaya politik lama. *
Presiden terpilih, Joko Widodo (Jokowi), berbicara soal oposisi. Dia mempersilakan pihak-pihak menjadi oposisi dengan sejumlah catatan. "Dalam demokrasi, dalam demokrasi, mendukung mati-matian seorang kandidat itu boleh, mendukung dengan militansi yang tinggi itu juga boleh, menjadi oposisi itu juga sangat mulia," kata Jokowi dalam pidato Visi Indonesia di SICC, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu (14/7) malam.
Jokowi menegaskan tak masalah jika nantinya ada oposisi. Namun, dia mengingatkan oposisi haruslah tanpa kebencian. "Silakan menjadi oposisi asal jangan oposisi yang menimbulkan dendam, asal jangan oposisi yang mendorong kebencian, apalagi disertai juga hinaan, disertai dengan cacian, disertai dengan makian-makian," pesan Jokowi.
Jokowi menegaskan bangsa ini memiliki norma-norma agama dan adab ketimuran. Dia menegaskan Pancasila harus dikedepankan semua pihak. "Kita ini memiliki norma-norma agama, memiliki etika dan tata krama ketimuran, memiliki budaya yang luhur. Kita harus ingat ini, Pancasila adalah rumah kita bersama, rumah bersama kita sebagai saudara sebangsa setanah air. Tidak ada toleransi sedikitpun bagi yang mengganggu Pancasila," tegas Jokowi dilansir detik.com. Presiden terpilih Jokowi juga bicara soal kemajuan bangsa.
Jokowi mengatakan untuk memajukan bangsa dan negara, warga negara Indonesia harus bersatu dan berhenti memikirkan kepentingan pribadi maupun kelompok. "Ini bukanlah tentang aku atau kamu. Juga bukan kami atau mereka. Bukan soal barat atau timur. Bukan selatan atau utara. Sekarang bukan saatnya memikirkan itu semuanya. Tapi ini saatnya memikirkan tentang bangsa kita bersama. Jangan ragu, jangan pernah ragu untuk maju karena kita mampu jika kita bersatu," katanya.
Terpisah Cawapres pendamping Capres Prabowo Subianto di Pilpres 2019, yakni Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan bahwa dia tak takut jika menjadi oposisi. "Jadi oposisi tidak bisa dipecat. Jadi menteri bisa dipecat. Jadi oposisi tidak bisa dipecat," ucap Sandiaga dalam diskusi milenial pasca-pilpres di Upnormal Coffee Roasters, Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, Minggu kemarin. Bagi Sandiaga, sebagai eks cawapres dia perlu untuk berada di luar pemerintahan.
Hal itu, menurutnya, bertujuan membentuk kualitas demokrasi yang bagus. "Dalam demokrasi ada kalah, menang. Saya rasa, kualitas demokrasi meningkat kalau semua sadari peran bahwa yang terpilih diberi kesempatan memerintah. Yang tidak, konsisten sebagai koreksi dan tingkatkan pengawasan kepada pemerintah," ucap Sandiaga.
Bagi Sandiaga, oposisi perlu menyeimbangkan kebijakan. Maka, kata Sandi, ada kritik dan koreksi terhadap kebijakan pemerintahan Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin. "Kualitas negeri meningkat kalau negara ada yang mengawal kebijakan. Tidak ada yang kontrol bakal ugal-ugalan," kata Sandiaga. Sandiaga pun tidak tertarik masuk pemerintah jika hanya karena bagi-bagi kursi. Baginya, bagi-bagi kursi adalah gaya politik lama. *
Komentar