Gemulai Legong Muani Denpasar Tampil Memikat
Gemulai liukan para penari laki-laki, yang istilah Balinya disebut muani tampil memikat serangkaian pementasan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38, Kamis (16/6) kemarin.
DENPASAR, NusaBali
Kalangan Angsoka, tiba-tiba disesaki pengunjung PKB yang penasaran menyaksikan kebolehan kaum maskulin ketika menari Legong. Tak kurang dari 15 penari pria yang tergabung dalam Sanggar Seni Klasik Ardhanareswari sukses membawakan lima tarian legong klasik yakni Legong Kerathon, Legong Kupu-Kupu, Legong Raja Cina, Legong Bremara dan Legong Sudarsana.
Dengan diiringan gamelan Semara Pagulingan dari Sekaa Gong Puni Bhakti, para pragina muani tersebut tak canggung menarikan Legong yang lazimnya ditarikan oleh kaum perempuan. Bahkan, liukan badan mereka tak kalah dengan gemulai para penari wanita. Dengan riasan wajah dan gelungan khas tarian Legong, mereka pun bisa menyamai keanggunan dan kecantikan seorang wanita. Alhasil, kebolehan mereka mengundang decak kagum para penonton yang memadati Kalangan Angsoka di sisi samping Panggung Terbuka Ardha Candra. Mata mereka tak berkedip mengikuti gerakan tari yang disajikan begitu apik mengikuti ritme gamelan. Aplause panjang pun beberapa kali terdengar dari tribun penonton.
Pimpinan Sanggar Seni Klasik Ardhanareswari I Gusti Made Agus Wira Aditama yang ditemui di sela-sela pagelaran menyampaikan bahwa pihaknya ingin mempopulerkan kembali seni palegongan klasik seperti di masa kejayaannya. Agus Wira menyampaikan alasan kenapa sanggarnya menampilkan para penari pria. “Karena di awal kemunculannya, tari Legong memang ditarikan oleh pria,” jelasnya. Terbentuk sejak 15 Maret 2012, sanggar yang beralamat di Banjar Tengah Sesetan ini getol membina para pria yang tertarik menekuni dunia tari. Alhasil, kini sanggar tersebut telah memiliki 20 penari pria dengan konsentrasi pelestarian Legong Klasik. Meskipun harus melatih pria untuk membawakan tari yang biasa ditarikan perempuan, Agus Wira menyebut tak ada kendala berarti. “Kendalanya paling hanya di postur tubuh atau wajah,” ucapnya tersenyum. Menariknya, sebagian besar penari pria yang tergabung dalam sanggar tak punya latar belakang sekolah seni. “Lulusan sekolah seni hanya 3 orang, lainnya kalangan umum yang tertarik belajar menari,” tandasnya.
Selain tampil di PKB, sanggar ini juga sering pentas di berbagai pura. Secara ringkas, Agus Wira mengisahkan tentang lima jenis tarian Legong yang dibawakan. Legong Kupu-Kupu Tarum menceritakan kisah perubahan kepompong menjadi kupu-kupu yang cantik dan beterbangan di taman bunga. Berikutnya, Legong Raja Cina yang menceritakan asal muasal Barong Landung.
Sementara Legong Bremana menceritakan turunnya bidadari dari kahyangan ke dunia yang berwujud kumbang/tamulilingan yang diberi tugas oleh para Dewa untuk menyemai tumbuhan di bumi. Penampilan Legong Muani ditutup dengan tarian Legong Sudarsana yang bercerita tentang kesetiaan seorang patih yang bernama Patih Sudarsana. 7 nv, i
Komentar