Antisipasi Kepunahan, Disbud Inventarisasi Kesenian Langka
Dinas Kebudayaan Buleleng saat ini sedang turun ke desa-desa di Buleleng menginventarisasi kesenian yang langka dan hampir punah.
SINGARAJA, NusaBali
Pendataan itu dimaksudkan untuk dokumentasi dan mengantisipasi kepunahan sejumlah kesenian yang sudah langka. Kepala Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan Buleleng Wayan Sujana seizin Kepala Disbudpar Buleleng Gede Komang, di ruangannya, Senin (15/7), menjelaskan dari pendataan dan inventarisasi itu nanti akan didapatkan data mana saja kesenian yang langka atau hampir punah yang bisa direkontruksi termasuk yang benar-benar sudah punah. “Ini nanti sebagai perbandingan ke depannya jangan sampai kepunahan lebih banyak lagi. Data ini yang akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan program rekonstruksi atau workshop ke depan,” ucap Sujana.
Dia yang juga seniman serba bisa itu menambahkan, kesenian yang masih langka akan diupayakan untuk direkonstruksi. Namun bagi kesenian yang sudah tak ada jejaknya dan tinggal penontonnya saja akan didokumentasikan seadanya. “Banyak yang sudah tidak bisa kami rekonstruksi lagi, karena pelakunya sudah tidak ada. ketemu tetua saat ini terakhir hanya sebagai penonton saat dia masih kecil, jadi sulit untuk direkontruksi,” jelas dia.
Sujana mencontohkan hal itu terjadi pada tradisi Sang Hyang Lutung yang pernah ada di Desa Gitgit atau Sang Hyang Lesung di Wanagiri. Keduanya jika dirunut dari penuturan merupakan kesenian yang unik dan sangat mistis. Hanya saja sejauh ini tak ada lagi krama yang meneruskan kesenian ini. Tak hanya tak ada pelaku keseniannya tetapi juga syair lagu-lagu yang digunakan untuk mengundang penghuni alam gaib. Dokumentasi juga akan diupayakan semaksimal mungkin sebagai bukti catatan sejarah kesenian tersebut pernah ada di Buleleng. Timnya juga langsung turun ke lapangan untuk mengakuratkan data yang didapat. “Dulu pernah kami data melalui penyebaran form ke kecamatan, tetapi hasilnya tidak sesuai ada beberapa perbedaan penafsiran, sehingga tahun ini kami turun langsung,” jelas dia.
Dari inventarisasi yang sudah dilakukan tim pun mencatat sejumlah kesenian yang sudah langka dan ada juga yang sudah punah. Seperti Gambuh Depaha di Desa Depaha, Kecamatan Kubutambahan, Gong Kembang Kirang di Desa Sangsit dan Janger Sakral Desa Lemukih di Kecamatan Sawan serta sejumlah kesenian lainnya. *k23
Dia yang juga seniman serba bisa itu menambahkan, kesenian yang masih langka akan diupayakan untuk direkonstruksi. Namun bagi kesenian yang sudah tak ada jejaknya dan tinggal penontonnya saja akan didokumentasikan seadanya. “Banyak yang sudah tidak bisa kami rekonstruksi lagi, karena pelakunya sudah tidak ada. ketemu tetua saat ini terakhir hanya sebagai penonton saat dia masih kecil, jadi sulit untuk direkontruksi,” jelas dia.
Sujana mencontohkan hal itu terjadi pada tradisi Sang Hyang Lutung yang pernah ada di Desa Gitgit atau Sang Hyang Lesung di Wanagiri. Keduanya jika dirunut dari penuturan merupakan kesenian yang unik dan sangat mistis. Hanya saja sejauh ini tak ada lagi krama yang meneruskan kesenian ini. Tak hanya tak ada pelaku keseniannya tetapi juga syair lagu-lagu yang digunakan untuk mengundang penghuni alam gaib. Dokumentasi juga akan diupayakan semaksimal mungkin sebagai bukti catatan sejarah kesenian tersebut pernah ada di Buleleng. Timnya juga langsung turun ke lapangan untuk mengakuratkan data yang didapat. “Dulu pernah kami data melalui penyebaran form ke kecamatan, tetapi hasilnya tidak sesuai ada beberapa perbedaan penafsiran, sehingga tahun ini kami turun langsung,” jelas dia.
Dari inventarisasi yang sudah dilakukan tim pun mencatat sejumlah kesenian yang sudah langka dan ada juga yang sudah punah. Seperti Gambuh Depaha di Desa Depaha, Kecamatan Kubutambahan, Gong Kembang Kirang di Desa Sangsit dan Janger Sakral Desa Lemukih di Kecamatan Sawan serta sejumlah kesenian lainnya. *k23
1
Komentar