Akan Digelar Trauma Healing Massal
Dua murid SDN 1 Ungasan yang tertimpa genteng saat gempa ditangani lebih dulu. Sedangkan trauma healing massal akan dilakukan kemudian.
Penanganan terhadap Siswa Korban Gempa di SDN 1 Ungasan, Kutsel
MANGUPURA, NusaBali
Pihak sekolah SDN I Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung berencana memberikan terapi trauma healing bagi 317 orang murid yang mengalami shock akibat gempa bumi pada Selasa (16/7) pagi. Rencananya pihak sekolah akan menggandeng Pusat Pembinaan Keluarga (Puspaga) Badung. Diharapkan terapi tersebut bisa memulihkan kondisi siswa yang shock dan panik saat gempa terjadi.
Kepala Sekolah SD Negeri I Ungasan Ni Made Asri, 55, menuturkan pasca gempa 6,0 SR Selasa pagi, pihaknya harus mengambil sikap untuk memulihkan kondisi mental siswa yang terdampak langsung. Untuk itu pihak sekolah berkoordinasi dengan Puspaga Badung. Inisiasi ini langsung direspons oleh pihak Puspaga untuk memberikan pendampingan, terutama bagi dua korban yang terkena langsung runtuhan genting yakni Ni Kadek Suryawati, 8, dan Gading Eka Faksi, 9.
“Kami mengambil langkah itu untuk menghilangkan trauma para siswa. Yang paling utama dan harus ditangani dengan cepat adalah dua siswa yang terkena genting itu. Tadi (kemarin) sudah kami berikan nomor kontak orangtua kedua siswa, dan langsung berkomunikasi dengan pihak Puspaga,” tutur Made Asri saat ditemui usia bersih-bersih puing bekas genteng jatuh di SDN I Ungasan, Jalan Bali Cliff, Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Rabu (17/7) siang.
Selain dua siswa itu, pihaknya juga sudah berkoordinasi terkait pemberian terapi trauma healing terhadap seluruh murid SDN I Ungasan. Rencananya, terapi massal ini akan dilaksanakan di wantilan milik Desa Ungasan. Namun, terkait waktu untuk pemberian terapi masih menunggu kepastian dan kesiapan pihaknya.
“Kami sudah rencanakan semuanya. Kalau yang massal nanti kami atur waktu dulu, terutama untuk gedung besar yang bisa menampung seluruh murid. Ya termasuk di wantilan milik desa, ini yang nanti kita akan komunikasi dengan pihak desa dalam waktu dekat ini,” ungkap Made Asri yang baru tiga bulan menjabat kasek SDN I Ungasan.
Dia menyadari, bahwa saat gempa berkekuatan 6,0 SR yang terjadi di Barat Daya Nusa Dua itu membuat murid dan bahkan guru sangat panik dan shock berat, apalagi ada korban luka yang disebabkan kejatuhan genting. Masih menurut Made Asri, yang ditakutkan jika langkah ini tidak diambil, ada ketakutan dari muridnya untuk datang ke sekolah, sehingga terapi ini sangat dibutuhkan. “Melihat kondisi saat kejadian itu sangat panik dan shock berat semua. Saya menyaksikan langsung bagaimana histerisnya murid-murid saat itu,” ungkap Made Asri. *dar
Komentar