Edukasi Petani, Dinas Pertanian Buat Demplot Jagung
Dinas Pertanian Karangasem buat demplot jagung hibrida di Subak Diwang, Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Karangasem untuk mengedukasi petani bercocok tanam berbasis teknologi.
AMLAPURA, NusaBali
Selain untuk memberikan metode penyuluhan di lahan percontohan sekaligus praktek bercocok tanam yang benar. Demplot jagung ini memanfaatkan lahan 1 hektare, tanam April 2019 dan sudah mulai panen. Hasilnya 12,3 ton, naik dibandingkan menggunakan sistem tanam tradisional dengan hasil 8,2 ton.
Kepala Dinas Pertanian I Wayan Supandi didampingi Kasi Produksi Bidang Pangan Ida Wayan Purba mengatakan, dengan cara membuat lahan percontohan petani bisa melihat langsung dan mengerti objek yang didemonstrasikan. Demplot merupakan teknologi budidaya varietas unggul baru (VUB). Seperti demplot jagung hibrida merupakan jenis demplot tabela (tanam benih langsung). Sistem tanam jagung hibrida itu jajar legowo, cocok ditanam di dataran rendah. Varietas itu merupakan jenis silang tunggal.
Demplot jagung hibrida di Subak Diwang, tepatnya Tempek Dalem Kaja memanfaatkan lahan 3 penggarap. Lahan tersebut digarap I Ketut Tuna seluas 25 are, I Nengah Bagiarta seluas 25 are, I Ketut Suanta seluas 25 are, dan milik Kelian Subak I Kadek Suparta seluas 25 are. Wayan Supandi menambahkan, teknologi yang dimaksud dengan bertanam 1 hektare jagung hibrida, memanfaatkan 200 kilogram pupuk urea, 300 kilogram pupuk NPK, 1 ton pupuk organik, pupuk cair 1 liter, dan pestisida 6 botol. “Hasilnya meningkat, satu hektare mencapai 12,3 ton. Beda dengan petani tradisional, selama ini hanya hasilnya 8,2 ton per hektare,” jelas Wayan Supandi.
Dikatakan, demplot merupakan bagian dari implementasi upsus pajale (upaya khusus padi jagung kedelai). Terlebih kebutuhan jagung di Karangasem terus meningkat, terutama untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ayam petelur. Selama ini, peternak membeli jagung ke Banyuwangi Jawa Timur atau ke Sumbawa, NTB. Disebutkan lahan bertanam jagung seluas 6.573 hektare merupakan lahan yang sempit dibandingkan luas Karangasem mencapai 83.954 hektare. Rata-rata menghasilkan jagung 10.705,26 ton per tahun.
Kadek Suparta mengapresiasi upaya pemerintah memberikan edukasi kepada petani. Sehingga petani secara langsung dapat penyuluhan di lapangan sambil melihat hasilnya. “Hasilnya memang jauh lebih optimal menggunakan teknologi, berharap subsidi pupuk dan bantuan pupuk organik kepada petani,” pintanya. *k16
Kepala Dinas Pertanian I Wayan Supandi didampingi Kasi Produksi Bidang Pangan Ida Wayan Purba mengatakan, dengan cara membuat lahan percontohan petani bisa melihat langsung dan mengerti objek yang didemonstrasikan. Demplot merupakan teknologi budidaya varietas unggul baru (VUB). Seperti demplot jagung hibrida merupakan jenis demplot tabela (tanam benih langsung). Sistem tanam jagung hibrida itu jajar legowo, cocok ditanam di dataran rendah. Varietas itu merupakan jenis silang tunggal.
Demplot jagung hibrida di Subak Diwang, tepatnya Tempek Dalem Kaja memanfaatkan lahan 3 penggarap. Lahan tersebut digarap I Ketut Tuna seluas 25 are, I Nengah Bagiarta seluas 25 are, I Ketut Suanta seluas 25 are, dan milik Kelian Subak I Kadek Suparta seluas 25 are. Wayan Supandi menambahkan, teknologi yang dimaksud dengan bertanam 1 hektare jagung hibrida, memanfaatkan 200 kilogram pupuk urea, 300 kilogram pupuk NPK, 1 ton pupuk organik, pupuk cair 1 liter, dan pestisida 6 botol. “Hasilnya meningkat, satu hektare mencapai 12,3 ton. Beda dengan petani tradisional, selama ini hanya hasilnya 8,2 ton per hektare,” jelas Wayan Supandi.
Dikatakan, demplot merupakan bagian dari implementasi upsus pajale (upaya khusus padi jagung kedelai). Terlebih kebutuhan jagung di Karangasem terus meningkat, terutama untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ayam petelur. Selama ini, peternak membeli jagung ke Banyuwangi Jawa Timur atau ke Sumbawa, NTB. Disebutkan lahan bertanam jagung seluas 6.573 hektare merupakan lahan yang sempit dibandingkan luas Karangasem mencapai 83.954 hektare. Rata-rata menghasilkan jagung 10.705,26 ton per tahun.
Kadek Suparta mengapresiasi upaya pemerintah memberikan edukasi kepada petani. Sehingga petani secara langsung dapat penyuluhan di lapangan sambil melihat hasilnya. “Hasilnya memang jauh lebih optimal menggunakan teknologi, berharap subsidi pupuk dan bantuan pupuk organik kepada petani,” pintanya. *k16
1
Komentar