Swalayan Luber Pengunjung, Pasar Tradisional 'Libur'
Suasana berbeda terjadi antara pasar modern/swalayan dan pasar tradisional, pada hari Umanis Galungan, Kamis (25/7).
DENPASAR, NusaBali
Swalayan ramai pengunjung. Sebaliknya pasar tradisional sepi, karena sebagian besar pedagang libur alias tidak berjualan. “Ya, karena ini masih hari raya,” ujar Ni Nengah Merta, seorang pedagang ikan di bantaran Pasar Kumbasari, Denpasar. Dia menuturkan, sepi pedagang memang hampir selalu setiap rerahinan (hari raya) keagamaan, khususnya Galungan. Hal itu, kata Merta karena pedagang lain tentu masih suntuk dengan kegiatan berhari raya di rumah maupun dengan keluarga masing- masing.
Ni Nengah Merta, mengaku dia hanya libur sehari pada hari Galungan, (Rabu, 24/7) saja. Alasannya, dia punya pembeli rutin yang harus dilayani, dipasok ikan. “Selain sedikit-sedikit dapat juga tambahan penjualan,” lanjutnya.
Hal senada disampaikan I Wayan Suarta, seorang pedagang bumbu di Pasar Badung. Kata Suarta, hanya beberapa pedagang saja yang berjualan termasuk Suarta diantaranya. Sebagian besar lainnya masih ‘libur’, sehingga pasar Badung jadi nampak lengang. “Ini masih hari suasana hari raya,” ujar Suarta sambil membereskan dagangannya, untuk tutup.
Berbeda dengan pasar tradisional, pasar swalayan penuh pengunjung. Diantara luberan pengunjung, adalah kalangan ibu-ibu maupun bapak-bapak yang mengajak anak mereka rekreasi, bermainan aneka jenis permainan di swalayan. “Kebetulan sedang ada upacara (Galungan) dan juga lokasinya dekat,” ujar I Made Artadana, warga asal Kesiman, Denpasar Timur (Dentim) yang ditemui di pasar swalayan Tiara Dewata. Karena itu sekalian merayakan Galungan, Artadana mengajak anak-anaknya menikmati ragam permainan anak-anak di salah satu swalayan di Denpasar ini. Bersama pengunjung lainnya, dengan tujuan serupa Artadana ikut berdesak-desakan antre, menunggu anak-anak mereka bermain. Diantaranya mengendarai bom-bom car, kuda-kudaan dan aneka jenis permainan mobil-mobilan yang lainnya.Manajer Operasional Tiara Dewata Novie Setyo Utomo, mengiyakan peningkatan kunjungan tersebut. “Terutama untuk untuk permainan anak-anak pengunjungnya meningkat pada Umanis Galungan” jelas Novie. Hanya berarapa persisnya, Novie tidak menyebutnya detil. Dia perkirakan peningkatan sampai 25 persen.
Meski ada peningkatan kunjungan, namun tidak seramai Galungan 6 bulan lalu. Novie mengatakan, hal itu disebabkan karena event Galungan jatuh pada tanggal tua – di atas tanggal 20. Selain itu, Juli-Agustus ini merupakan musim anak mencari sekolah. “Sehingga orang cendrung save money untuk kebutuhan yang sifatnya leisure,” ujar Novie.
Puncak keramaian kunjungan terjadi pada Senin (22/7) pada hari Penyajaan Galungan. Keramaian tersebut dominan untuk bahan upacara antara lain aneka macam buah.”Karena kita sediakan aneka macam buah,” ungkap Novie. Buah tersebut, baik buah lokal dan buah import. Memang dua dan sehari jelang Galungan paling tinggi kunjungannya.
Sebelumnya Ketua DPD Asperindo Bali Anak Agung Ngurah Agung Agra Putra, menyatakan pola pembelian peralatan upacara memang meningkat pada jelang Galungan. Peningkatan antara 10 sampai 15 persen. “Namun pada segmen lain biasanya menurun, karena masyarakat mungkin fokus pada pelaksanaan upacara,” ujar Gung Agra, sapaan pengusaha muda asal Puri Gerenceng, Denpasar ini. Sedang untuk produk fesyen, kata Gung Agra biasanya meningkat pada Umanis Galungan. “Berdasarkan pengalaman sebelumnya demikian,” ujarnya. *k17
Ni Nengah Merta, mengaku dia hanya libur sehari pada hari Galungan, (Rabu, 24/7) saja. Alasannya, dia punya pembeli rutin yang harus dilayani, dipasok ikan. “Selain sedikit-sedikit dapat juga tambahan penjualan,” lanjutnya.
Hal senada disampaikan I Wayan Suarta, seorang pedagang bumbu di Pasar Badung. Kata Suarta, hanya beberapa pedagang saja yang berjualan termasuk Suarta diantaranya. Sebagian besar lainnya masih ‘libur’, sehingga pasar Badung jadi nampak lengang. “Ini masih hari suasana hari raya,” ujar Suarta sambil membereskan dagangannya, untuk tutup.
Berbeda dengan pasar tradisional, pasar swalayan penuh pengunjung. Diantara luberan pengunjung, adalah kalangan ibu-ibu maupun bapak-bapak yang mengajak anak mereka rekreasi, bermainan aneka jenis permainan di swalayan. “Kebetulan sedang ada upacara (Galungan) dan juga lokasinya dekat,” ujar I Made Artadana, warga asal Kesiman, Denpasar Timur (Dentim) yang ditemui di pasar swalayan Tiara Dewata. Karena itu sekalian merayakan Galungan, Artadana mengajak anak-anaknya menikmati ragam permainan anak-anak di salah satu swalayan di Denpasar ini. Bersama pengunjung lainnya, dengan tujuan serupa Artadana ikut berdesak-desakan antre, menunggu anak-anak mereka bermain. Diantaranya mengendarai bom-bom car, kuda-kudaan dan aneka jenis permainan mobil-mobilan yang lainnya.Manajer Operasional Tiara Dewata Novie Setyo Utomo, mengiyakan peningkatan kunjungan tersebut. “Terutama untuk untuk permainan anak-anak pengunjungnya meningkat pada Umanis Galungan” jelas Novie. Hanya berarapa persisnya, Novie tidak menyebutnya detil. Dia perkirakan peningkatan sampai 25 persen.
Meski ada peningkatan kunjungan, namun tidak seramai Galungan 6 bulan lalu. Novie mengatakan, hal itu disebabkan karena event Galungan jatuh pada tanggal tua – di atas tanggal 20. Selain itu, Juli-Agustus ini merupakan musim anak mencari sekolah. “Sehingga orang cendrung save money untuk kebutuhan yang sifatnya leisure,” ujar Novie.
Puncak keramaian kunjungan terjadi pada Senin (22/7) pada hari Penyajaan Galungan. Keramaian tersebut dominan untuk bahan upacara antara lain aneka macam buah.”Karena kita sediakan aneka macam buah,” ungkap Novie. Buah tersebut, baik buah lokal dan buah import. Memang dua dan sehari jelang Galungan paling tinggi kunjungannya.
Sebelumnya Ketua DPD Asperindo Bali Anak Agung Ngurah Agung Agra Putra, menyatakan pola pembelian peralatan upacara memang meningkat pada jelang Galungan. Peningkatan antara 10 sampai 15 persen. “Namun pada segmen lain biasanya menurun, karena masyarakat mungkin fokus pada pelaksanaan upacara,” ujar Gung Agra, sapaan pengusaha muda asal Puri Gerenceng, Denpasar ini. Sedang untuk produk fesyen, kata Gung Agra biasanya meningkat pada Umanis Galungan. “Berdasarkan pengalaman sebelumnya demikian,” ujarnya. *k17
Komentar