nusabali

Sekeluarga Masuk Jurang, Satu Tewas

  • www.nusabali.com-sekeluarga-masuk-jurang-satu-tewas

Petaka Maut di Jalur Denpasar-Singaraja Kawasan Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada

SINGARAJA, NusaBali

Tikungan maut di Jalur Denpasar-Singaraja via Bedugul tepatnya di Kilometer 12 wilayah Banjar Pererenan Bunut, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng kembali menelan korban jiwa, Jumat (26/7) siang. Sekeluarga beranggotakan tiga terjun ke jurang sedalam 8 meter, satu di antaranya langsung tewas mengenaskan di lokasi TKP yang berada sekitar 100 meter sebelah selatan SDN 4 Gitgit.

Satu keluarga yang jatuh ke jurang di Kilometer 12 Desa Gitgit, Jumat siang pukul 12.15 Wita, berasal dari Banjar Tingkih Kerep, Desa Ji-nengdalem, Kecamatan Buleleng, yakni Ketut Rastini, 35 (ibu), Wayan Juli Andari, 15 (anak), dan Kadek Ebil Satria Wiguna, 8 (anak). Korban tewas dalam kecelakaan ini adalah si ibu, Ketut Rastini. Sedangkan kedua anaknya selamat dari maut dalam kondisi terluka.

Saat musibah terjadi, korban Ketut Rastini mengendarai motor Honda Vario Texno DK 4034 EV dengan membonceng kedua anaknya, Wayan Juli Andari dan Kadek Ebil Satria Wiguna. Motor yang mereka tunggangi berboncengan melaju kencang dari arah selatan (Bedugul) menuju Kota Singaraja, dalam kondisi jalan tikungan menurun. Diduga kuat, korban tak mampu mengendalikan kendaraannya hingga terpero-sok masuk jurang.

Menurut kesaksikan Nyoman Sri Ardana, 44, warga yang tinggal di bawah jurang TKP, saat satu keluarga ini kecelakaan kemarin siang, dirinya sedang berada di dalam rumah. Sri Ardana tiba-tiba mendengar suara benturan keras. Tak lama berselang, anaknya yang sedang main HP di teras rumah, Kadek Panji Widnya, 14, berteriak karena ada motor jatuh. Sri Ardana pun menengok ke luar rumah.

Ternyata, Sri Ardana sudah mendapati dua korban nyangkut di antara batang pohon sekitar 2 meter di bawah badan jalan utama Denpasar-Singaraja. Sedangkan satu korban lagi tergeletak di pinggir jalan bawah jurang menuju rumah Sri Ardana. Sementara motor korban terlihat sudah tergeletak di undag jurang atas, tidak sampai jatuh ke halaman rumah Sri Ardana. “Saya lihat dua korban yang nyangkut di pohon adalah anak laki-laki dan perempuan,” cerita Sri Ardana kepada Nusa-Bali.

Kecelajaan yang untuk kesekian kalinya terjadi di sekitar rumah Sri Ardana ini kontan membuat warga sekitar berdatangan. Sebagian dari mereka sibuk berusaha mengevakuasi tiga korban. Saat dievakuasi warga, korban Ketut Rastini sudah dalam kondisi tewas bersimbah darah. Sedangkan dua anaknya, Wayan Juli Andari dan Kadek Ebil Satria Wiguna, selamat dari maut dalam kondisi terluka dan setengah sadar. Ketiga korban sekeluarga langsung dilarikan ke RSUD Buleleng  di Singaraja menggunakan mobil Pick Up.

Saat tiba di IGD RSUD Buleleng, korban Ketut Rastini dinyatakan sudah meninggal. Menurut Kasubag Humas RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara, ketiga korban masuk jurang ini tiba di rumah sakit siang sekitar pukul 13.00 Wita. Korban Ketut Rastini diduga tak tertolong nyawanya karena mengalami luka parah di bagian wajah, pendarahan di telinga, serta luka di pinggang dan kaki.

Sedangkan si bungsu Kadek Elbi Satria mengalami luka robek pada dahi, bengkak di wajah dan mata, serta cedera kepala berat (CKB). Sebaliknya, si sulung Wayan Yuli Andari (perempuan) juga mengalami bebeapa luka. “Wayan Yuli masih tahap observasi di IGD RSUD Buleleng,” jelas Ketut Budiantara.

Hingga Jumat sore, kakak adik korban masuk jurang, Wayan Yuli dan Kadek Elbi Satria, masih dirawat di IGD RSUD Buleleng. Sedangkan jenazah ibundanya, Ketut Rastini, kemarin sore langsung dibawa ke rumah duka di Banjar Tingkih Kerep, Desa Jinengdalem setelah dimandikan di RSUD Buleleng. Belum diketahui, kapan jenazah ibu dua anak ini akan dikuburkan, karena keluarga masih rembuk mencari dewasa ayu (hari baik).

Kasat Lantas Polres Buleleng, AKP Putu Diah Kurniawandari, mengatakan kasus kecelakaan maut di Kilometer 12 Desa Gitgit ini masih dalam penanganan Polsek Sukasada. Menuut AKP Putu Diah, pihaknya mendalami apa penyebab kecelakaan satu keluarga asal Desa Jinengdalem ini.

Dari hasil olah TKP dan keterangan saksi-saksi, kecelakaan maut ini diduga terjadi karena kurang hati-hatinya korban Ketut Rastini dalam berkendara saat melaju di jalur menurun dan tikungan ke kanan. “Dugaan sementara, ini out of control,” papar AKP Putu Diah.

Sementara itu, keluarga korban dari Desa Jinengdalem kemarin siang langsung ke RSUD Buleleng pasca kecelakaan maut yang merenggut nyawa Ketut Rastini. Menurut Nengah Somentari, kakak ipar korban, Ketut Rastini dan dua anaknya kecelakaan dalam perjalanan pulang ke Buleleng usai berlibur di rumah bajangnya di kawasan Kecamatan Baturiti, Tabanan.

Korban Ketut Rastini yang kesehariannya bekerja sebagai dagang baju di Pasar Anyar Singaraja, Buleleng, mengajak kedua anaknya berangkat liburan ke Baturiti saat Umanis Galungan pada Wraspati Umanis Dunggulan, Kamis (25/7). Mereka menginap semalam di rumah bajang Ketut Rustini.

“Ipar saya kemarin (Kamis) pulang ke rumah bajang, dia kan asalnya dari Baturiti. Kedua anaknya diajak juga. Sedangkan suaminya, Ketut Mandiasa, 36, tidak ikut liburan ke Baturiti karena kerja. Katanya si istri sempat dilarang pergi, jangan dulu ke mana-mana, tapi malah memengkung (bandel, Red). Namun, mungkin ini sudah jalannya,” kenang Nengah Somentari.

Menurut Somentari, tak ada firasat buruk atau kelakuan aneh dari iparnya ini sebelum peristiwa maut. Menjelang Hari Raya Galungan, Somentari dan Ketut Rastini sama-sama masih berjualan dalam posisi berhadap-hadapan di Pasar Anyar Singaraja. Mereka masih tetap berjualan hingga puncak Hari Raya Galungan pada Buda Kliwon Dungulan, Rabu (24/7).

Hanya saja, mimpi buruk sempat dialami oleh suami korban, Ketut Mandiasa. Pria yang berprofesi sebagai guide freelance ini sempat bercerita dengan temannya soal mimpi buruk beberapa malam sebelumnya. Dalam salah satu mimpinya, Ketut Mandiasa diterjang bencana tsunami, namun berhasil selamat karena lari ke arah bukit.

Sekadar dicatat, ini untuk kesekian kalinya terjadi kecelakaan di bawah tebing  sekitar rumah Nyomnan Sri Ardana di Kilometer 12 Desa Gitgit. Musibah terakhir sebelumnya terjadi Januari 2019 lalu, ketika satu keluarga asal Kelurahan Kampung Bugis, Singaraja, Kecamatan Buleleng terjun di tempat yang sama. *k23

Komentar