Umat Non Hindu Gotong Royong Bangun Pura
Tebing Pura Agung Arga Sunya Longsor
MALANG, NusaBali
Warga lintas keyakinan bergotong royong memperbaiki Pura Agung Arga Sunya di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Mereka guyub dalam perbedaan.
"Gotong royong di Desa Krisik sudah sejak dulu, sudah mendarah daging. Gotong royong antar tertangga, antar umat beragama itu sudah sejak dulu," kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Gandusari, Suwari melalui sambungan telepon, Jumat (26/7).
Dikatakannya, rasa kepedulian antar sesama dan saling menghormati antar perbedaan menjadi kunci kerukunan di desa itu. Hal itu pula yang mendasari warga lintas agama membantu memperbaiki tebing Pura Agung Arga Sunya yang longsor.
"Sudah bagus koordinasinya. Kalau ada upacara keagamaan saling mengamankan bergantian," ungkapnya.
Pura Agung Arga Sunya merupakan pura rujukan Umat Hindu di Blitar. Pura itu berada di antara lereng Gunung Kawi dan Gunung Kelud. Pura itu dibangun sejak 2001 dan selesai pada tahun 2002. Saat proses pembangunan pura, umat agama lain termasuk umat Islam juga bergotong royong membantunya.
Pada akhir November 2018 lalu, tebing pura setinggi 32 meter itu longsor karena hujan yang melanda. Beruntung tidak ada bangunan pura yang ikut terjatuh. Hanya tembok di sisi tebing itu yang ikut longsor ke bawah.
"Gotong royong biasanya saat Hari Minggu. Kalau hari lainnya hanya pengerjaan biasa oleh umat Hindu di sini," katanya.
Jumlah penduduk di Desa Krisik sekitar 7.600 orang. Sebanyak 30 persen dari total populasi penduduk itu beragama Hindu. Sisanya, sekitar 68 persen beragama Islam, 20 orang beragama Kristen dan sisanya merupakan penghayat kepercayaan.
Meski berbeda secara keyakinan, mereka bersatu dalam kemanusiaan. Rasa kebangsaan, saling menghormati dan menghargai perbedaan menjadi kunci dalam membina kerukunan.
"Karena rasa kepedulian, saling membantu," imbuh Ketua Pengurus Pura Agung Arga Sunya itu. Kepala Desa Krisik, Hari Budi Setiawan mengatakan, tradisi gotong royong di desa itu sudah terjadi secara turun temurun. Gotong rotong itu menjadi salah upaya untuk menjaga kerukunan antar umat beragama.
"Dari dulu sudah terbiasa seperti itu. Kalau kita setiap ada kegiatan kita ikut semua karena sudah terbiasa," ujarnya. *
"Gotong royong di Desa Krisik sudah sejak dulu, sudah mendarah daging. Gotong royong antar tertangga, antar umat beragama itu sudah sejak dulu," kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Gandusari, Suwari melalui sambungan telepon, Jumat (26/7).
Dikatakannya, rasa kepedulian antar sesama dan saling menghormati antar perbedaan menjadi kunci kerukunan di desa itu. Hal itu pula yang mendasari warga lintas agama membantu memperbaiki tebing Pura Agung Arga Sunya yang longsor.
"Sudah bagus koordinasinya. Kalau ada upacara keagamaan saling mengamankan bergantian," ungkapnya.
Pura Agung Arga Sunya merupakan pura rujukan Umat Hindu di Blitar. Pura itu berada di antara lereng Gunung Kawi dan Gunung Kelud. Pura itu dibangun sejak 2001 dan selesai pada tahun 2002. Saat proses pembangunan pura, umat agama lain termasuk umat Islam juga bergotong royong membantunya.
Pada akhir November 2018 lalu, tebing pura setinggi 32 meter itu longsor karena hujan yang melanda. Beruntung tidak ada bangunan pura yang ikut terjatuh. Hanya tembok di sisi tebing itu yang ikut longsor ke bawah.
"Gotong royong biasanya saat Hari Minggu. Kalau hari lainnya hanya pengerjaan biasa oleh umat Hindu di sini," katanya.
Jumlah penduduk di Desa Krisik sekitar 7.600 orang. Sebanyak 30 persen dari total populasi penduduk itu beragama Hindu. Sisanya, sekitar 68 persen beragama Islam, 20 orang beragama Kristen dan sisanya merupakan penghayat kepercayaan.
Meski berbeda secara keyakinan, mereka bersatu dalam kemanusiaan. Rasa kebangsaan, saling menghormati dan menghargai perbedaan menjadi kunci dalam membina kerukunan.
"Karena rasa kepedulian, saling membantu," imbuh Ketua Pengurus Pura Agung Arga Sunya itu. Kepala Desa Krisik, Hari Budi Setiawan mengatakan, tradisi gotong royong di desa itu sudah terjadi secara turun temurun. Gotong rotong itu menjadi salah upaya untuk menjaga kerukunan antar umat beragama.
"Dari dulu sudah terbiasa seperti itu. Kalau kita setiap ada kegiatan kita ikut semua karena sudah terbiasa," ujarnya. *
1
Komentar