Tunggu Stabil, Bayi Kembar Siam Bakal Lanjut Pemeriksaan Angiografi
Bayi kembar dempet (siam) pasangan I Kadek Redita, 24, dan Ni Putu Ayu Sumadi, 18, pasutri asal Dusun Kajanan, Desa Joanyar, Kecamatan Seririt, Buleleng terhitung sudah 23 hari dirawat di RSUP Sanglah.
DENPASAR, NusaBali
Kondisinya kian membaik, namun proses pemisahan keduanya masih membutuhkan waktu yang lama. Jika kondisinya semakin stabil, kembar siam ini akan lanjut pemeriksaan angiografi.
Pemeriksaan angiografi merupakan prosedur pemeriksaan dengan menggunakan sinar X (rontgen) untuk melihat pembuluh darah arteri dan vena. Singkatnya, pemeriksaan ini akan lebih detail melihat kondisi bagian dalam bayi kembar dempet tersebut. “Nanti kita rencana akan melakukan pemeriksaan diagnostik lanjutan seperti CT scan, whole body, dan CT angiografi bila sudah stabil. Nanti yang dilihat adalah organ dalam, strukturnya yang lebih detail. Dari sana kita akan tentukan langkah selanjutnya,” ungkap Kepala Instalasi Ruang Rawat Inap Ibu dan Anak RSUP Sanglah, dr I Wayan Dharma Artana SpA (K), di ruang Humas RSUP Sanglah Denpasar, Jumat (26/7).
Diungkapkan, dalam perawatan selama 23 hari, suhu badan bayi kembar dempet ini dalam kondisi normal. Berat badannya saat ini 4.470 gram, sedangkan panjang bayi I 40 cm, dan bayi II 39 cm. Lingkar kepala keduanya sama-sama 31,5 cm. Pernafasan keduanya juga semakin membaik, sedangkan gerak dan tangisnya juga menunjukkan kondisi yang stabil. Infusnya pun sudah dilepas.
“Sekarang sudah minum ASI 32 cc per 3 jam. Sudah full, sehingga tak pakai infus lagi. Infus sudah kita lepas, tapi perawatan masih tetap di Ruang NICU, karena masih menggunakan oksigen,” katanya.
Pihaknya saat ini juga sedang fokus untuk mempercepat penurunan oksigen pada kedua bayi. Pihaknya juga telah menambahkan chest fisioterapi dalam perawatan kedua bayi tersebut. Keberadaan fisioterapi diharapkan dapat mempercepat proses penurunan oksigen pada kedua bayi. Hal ini diambil mengingat mobilisasi oksigen kedua bayi diakui memang tidak seperti bayi tunggal pada umumnya.
Sementara itu, untuk menuju proses pemisahan keduanya memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu pemeriksaan yang mendetail agar proses pemisahan berjalan sukses dan keduanya bisa selamat. Seperti halnya proses pemisahan kembar siam di RSUP Haji Adam Malik Medan, keduanya baru bisa dipisahkan setelah berusia tujuh bulan. Namun demikian, dr Artana dan tim optimis proses pemisahan bisa dilakukan, mengingat selama pengamatan kedua bayi memang memiliki organ dalam yang terpisah. *ind
Kondisinya kian membaik, namun proses pemisahan keduanya masih membutuhkan waktu yang lama. Jika kondisinya semakin stabil, kembar siam ini akan lanjut pemeriksaan angiografi.
Pemeriksaan angiografi merupakan prosedur pemeriksaan dengan menggunakan sinar X (rontgen) untuk melihat pembuluh darah arteri dan vena. Singkatnya, pemeriksaan ini akan lebih detail melihat kondisi bagian dalam bayi kembar dempet tersebut. “Nanti kita rencana akan melakukan pemeriksaan diagnostik lanjutan seperti CT scan, whole body, dan CT angiografi bila sudah stabil. Nanti yang dilihat adalah organ dalam, strukturnya yang lebih detail. Dari sana kita akan tentukan langkah selanjutnya,” ungkap Kepala Instalasi Ruang Rawat Inap Ibu dan Anak RSUP Sanglah, dr I Wayan Dharma Artana SpA (K), di ruang Humas RSUP Sanglah Denpasar, Jumat (26/7).
Diungkapkan, dalam perawatan selama 23 hari, suhu badan bayi kembar dempet ini dalam kondisi normal. Berat badannya saat ini 4.470 gram, sedangkan panjang bayi I 40 cm, dan bayi II 39 cm. Lingkar kepala keduanya sama-sama 31,5 cm. Pernafasan keduanya juga semakin membaik, sedangkan gerak dan tangisnya juga menunjukkan kondisi yang stabil. Infusnya pun sudah dilepas.
“Sekarang sudah minum ASI 32 cc per 3 jam. Sudah full, sehingga tak pakai infus lagi. Infus sudah kita lepas, tapi perawatan masih tetap di Ruang NICU, karena masih menggunakan oksigen,” katanya.
Pihaknya saat ini juga sedang fokus untuk mempercepat penurunan oksigen pada kedua bayi. Pihaknya juga telah menambahkan chest fisioterapi dalam perawatan kedua bayi tersebut. Keberadaan fisioterapi diharapkan dapat mempercepat proses penurunan oksigen pada kedua bayi. Hal ini diambil mengingat mobilisasi oksigen kedua bayi diakui memang tidak seperti bayi tunggal pada umumnya.
Sementara itu, untuk menuju proses pemisahan keduanya memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu pemeriksaan yang mendetail agar proses pemisahan berjalan sukses dan keduanya bisa selamat. Seperti halnya proses pemisahan kembar siam di RSUP Haji Adam Malik Medan, keduanya baru bisa dipisahkan setelah berusia tujuh bulan. Namun demikian, dr Artana dan tim optimis proses pemisahan bisa dilakukan, mengingat selama pengamatan kedua bayi memang memiliki organ dalam yang terpisah. *ind
Komentar