Masalah Sampah Didorong Masuk Awig-Awig
Bertajuk ‘Sustainability for Wonderful Indonesia’, Bali’s Big Eco Weekend yang menjadi program tahunan Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) tahun ini berfokus pada pengelolaan sampah plastik dengan konsep circular economy, yang merupakan sebuah konsep dimana dalam kegiatan keseharian masyarakat tidak menimbulkan sampah atau zero waste.
MANGUPURA, NusaBali.com
Upaya Bali menanggulangi sampah, termasuk timbulan sampah plastik mendapat apresiasi. Namun upaya penanganan sampah dinilai jauh lebih efektif manakala diterapkan lewat perangkat ‘hukum adat.’
Demikian ungkap Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas (Badan Perencanaan dan Pengembangan Nasional), Medrilzam, di sela-sela acara Bali’s Big Eco Weekend (BBEW), Apurva Kempinski Hotel, Nusa Dua, Jumat (26/7/2019).
“Selain mendorong hukum formal agar lebih tegas, kami juga ingin dorong hukum yang sifatnya informal, seperti hukum adat yang sebenarnya jauh lebih efektif daripada hukum formal,” kata Medrilzam.
“Seperti di Bali misalnya, kalau masalah sampah ini masuk awig-awig, saya yakin masyarakat Bali akan jauh lebih baik dalam menangani sampah,” lanjut Medrilzam.
Medrilzam menambahkan bahwa masalah pengelolaan sampah ini akan menjadi prioritas nasional. Dengan adanya berbagai kebijakan yang dibahas dalam forum yang digelar 26-27 Juli 2019 ini, dia berharap agar kebijakan tersebut dibarengi dengan penegakan peningkatan hukum di masyarakat.
Bertajuk ‘Sustainability for Wonderful Indonesia’, Bali’s Big Eco Weekend yang menjadi program tahunan Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) tahun ini berfokus pada pengelolaan sampah plastik dengan konsep circular economy, yang merupakan sebuah konsep dimana dalam kegiatan keseharian masyarakat tidak menimbulkan sampah atau zero waste.
Fokus ini dilatarbelakangi oleh permasalahan sampah plastik yang kian hari semakin menumpuk, didukung oleh jumlah penggunaan produk yang terbuat dari plastik yang tidak diimbangi dengan edukasi masyarakat mengenai pengelolaan sampah plastik yang bijak.
“Kami sangat berharap dari forum ini menghasilkan rekomendasi yang bisa diserahkan kepada pemerintah dan pemangku jabatan lainnya mengenai aksi nyata yang bisa kita lakukan dan bagaimana sebetulnya kita harus berperilaku bijak terhadap sampah plastik itu sendiri,” ujar Lucia Karina, Director Public Affairs & Communication Coca-Cola Amatil Indonesia.
Forum diskusi ini juga turut mengundang berbagai pihak, tidak hanya organisasi dan instansi yang terkait dengan penanganan sampah dan lingkungan hidup seperti World Wide Fund for Nature (WWF), Asosiasi Bank Sampah Indonesia (ASOBSI), Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Asosiasi Pengusaha Daur Ulang Plastik Indonesia. (APDUPI), dan PB NU, namun juga petinggi lintas kementerian yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
Pada event ini, para petinggi lintas kementerian berkumpul sebagai pembicara dalam memaparkan kebijakan dan keselarasan masing-masing institusi dalam pengelolaan sampah. Selain Kementrian PPN/Bappenas, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Dalam Negeri terlibat dalam acara ini.
Sementara itu terkait event BBEW, pada Sabtu (27/7/2019), di Pantai Seminyak digelar sejumlah aksi, mulai dari festival layang-layang, eksibishi eco market, food market, pelepasan tukik, bersih-bersih pantai hingga dipungkasi pertunjukan musik.
Terkait BBEW, sejak tahun 2007, Coca-Cola Amatil Indonesia mengambil langkah yang berani mengurangi dampak yang disebabkan oleh sampah di pantai-pantai Bali, memperkuat industri pariwisata yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, serta mendukung program pemerintah dalam mencapai ‘Clean & Green Bali’ melalui program Bali Beach Clean Up (BBCU). *yl
Komentar