Lontar Tahun 1938 Berisi Ajaran Gama Tirta Ditemukan
Saat Konservasi Lontar di Jeroan Kangin, Marga, Tabanan
TABANAN, NusaBali
Mahasiswa dan dosen STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja bersama dengan Tim Penyuluh Bahasa Bali Kecamatan Marga, Tabanan lakukan konservasi lontar milik I Gusti Ketut Arya Wisata di Jeroan Kangin, Desa Peken Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan pada, Sabtu (27/7). Sebanyak 83 cakep lontar tahun 1938 berhasil dikonservasi.
Lontar yang dikonservasi tersebut berisi ajaran Gama Tirta. Gama Tirta diyakini sebagai ajaran yang cukup tua, sebab menjelaskan tentang keberadaan agama Hindu sebelum bernama Hindu seperti sekarang. Selain Gama Tirta, di Jeroan Blayu juga ditemukan sekitar 20 lebih naskah Babad Arya dan Babad Pasek.
Kepala Program Bidang Studi Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali STAHN Mpu Kuturan, Komang Putri Yadnya Diari, mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu realisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi di bidang pengabdian terhadap masyarakat. Sekaligus juga bagian dari hidup bagi seseorang yang mempelajari bahasa, sastra, dan aksara Bali.
"Mereka para mahasiswa dan dosen berutang secara maya pada naskah-naskah lontar yang sering dijadikan objek penelitian, pembahasan, maupun pembelajaran dalam kesehariannya. Sehingga, utang-utang tersebut dibayar secara nyata melalui kegiatan berupa konservasi dan identifikasi lontar di rumah-rumah warga yang memiliki kepentingan terhadap sastra," beber Diari.
Dikatakan, konservasi yang dilakukan bersama dengan penyuluh Bahasa Bali, Kecamatan Marga menemukan 83 cakep lontar yang dibuat tahun 1938. Kondisi lontar yang ditemukan masih bagus. Namun ada beberapa yang kondisinya retak dan kusam. "Tinggal dibersihkan saja gunakan minyak sereh, kondisi lontar masih bagus," imbuhnya.
Sementara itu pemilik lontar, I Gusti Ketut Arya Wisata, mengatakan lontar yang ada di Jeroan Belayu memuat ajaran tentang Gama Tirta, yakni ajaran menjelaskan tentang keberadaan agama Hindu sebelum bernama Hindu. Selain itu ada juga memuat ajaran tentang Babad Arya, dan Babad Pasek. "Untuk Babad Pasek dan Babad Arya ada sekitar 20 naskah lebih ada di Jeroan," ungkap Wisata yang juga pangelingsir Jeroan Belayu ini.
Diakui Wisata, adanya konservasi yang dilakukan mahasiswa dan penyuluh Bahasa Bali sangat disambut baik. Sebab hal tersebut sangat membantu masyarakat dalam membersihkan lontar. "Kami selaku masyarakat menyambut baik dan merasa terbantu," akunya.
Salah satu mahasiswa STAHN Mpu Kuturan sekaligus Ketua Panitia Pengabdian Konservasi Lontar Marga, Ayu Gunarsini, mengaku baru pertama kali ikut secara langsung konservasi lontar. Bahkan konservasi yang dilakukan dikatakan hal langka karena pengabdian ini merupakan aplikasi dari sebaran mata kuliah-mata kuliah yang didapatkan selama kurang lebih dua tahun di kampus. "Saya senang sekali, sekaligus ini menambah pengalaman," ujar Ayu Gunarsini. *des
Lontar yang dikonservasi tersebut berisi ajaran Gama Tirta. Gama Tirta diyakini sebagai ajaran yang cukup tua, sebab menjelaskan tentang keberadaan agama Hindu sebelum bernama Hindu seperti sekarang. Selain Gama Tirta, di Jeroan Blayu juga ditemukan sekitar 20 lebih naskah Babad Arya dan Babad Pasek.
Kepala Program Bidang Studi Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali STAHN Mpu Kuturan, Komang Putri Yadnya Diari, mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu realisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi di bidang pengabdian terhadap masyarakat. Sekaligus juga bagian dari hidup bagi seseorang yang mempelajari bahasa, sastra, dan aksara Bali.
"Mereka para mahasiswa dan dosen berutang secara maya pada naskah-naskah lontar yang sering dijadikan objek penelitian, pembahasan, maupun pembelajaran dalam kesehariannya. Sehingga, utang-utang tersebut dibayar secara nyata melalui kegiatan berupa konservasi dan identifikasi lontar di rumah-rumah warga yang memiliki kepentingan terhadap sastra," beber Diari.
Dikatakan, konservasi yang dilakukan bersama dengan penyuluh Bahasa Bali, Kecamatan Marga menemukan 83 cakep lontar yang dibuat tahun 1938. Kondisi lontar yang ditemukan masih bagus. Namun ada beberapa yang kondisinya retak dan kusam. "Tinggal dibersihkan saja gunakan minyak sereh, kondisi lontar masih bagus," imbuhnya.
Sementara itu pemilik lontar, I Gusti Ketut Arya Wisata, mengatakan lontar yang ada di Jeroan Belayu memuat ajaran tentang Gama Tirta, yakni ajaran menjelaskan tentang keberadaan agama Hindu sebelum bernama Hindu. Selain itu ada juga memuat ajaran tentang Babad Arya, dan Babad Pasek. "Untuk Babad Pasek dan Babad Arya ada sekitar 20 naskah lebih ada di Jeroan," ungkap Wisata yang juga pangelingsir Jeroan Belayu ini.
Diakui Wisata, adanya konservasi yang dilakukan mahasiswa dan penyuluh Bahasa Bali sangat disambut baik. Sebab hal tersebut sangat membantu masyarakat dalam membersihkan lontar. "Kami selaku masyarakat menyambut baik dan merasa terbantu," akunya.
Salah satu mahasiswa STAHN Mpu Kuturan sekaligus Ketua Panitia Pengabdian Konservasi Lontar Marga, Ayu Gunarsini, mengaku baru pertama kali ikut secara langsung konservasi lontar. Bahkan konservasi yang dilakukan dikatakan hal langka karena pengabdian ini merupakan aplikasi dari sebaran mata kuliah-mata kuliah yang didapatkan selama kurang lebih dua tahun di kampus. "Saya senang sekali, sekaligus ini menambah pengalaman," ujar Ayu Gunarsini. *des
1
Komentar