Nyaris Punah, Jeruk Keprok Tejakula Kembali Melejit
Varietas Jeruk Keprok Tejakula yang sempat terancam punah karena serangan Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD), kembali melejit di Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Program pengembangan Jeruk Keprok Tejakula yang dimulai sejak tahun 2009 ini saat ini sudah mulai menghasilkan. Sejumlah petani di daerah pengembangan sudah merasakan manisnya hasil panen jeruk dengan cita rasa khas manis dengan sedikit rasa asam yang menyegarkan.
Seperti yang dialami, Putu Oka Sastra, petani jeruk asal Banjar Dinas Delod Margi, Desa Sarimekar, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Petani yang juga Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng ini, memanen jerih payahnya mengembangkan Jeruk Keprok Tejakula, salah stau komoditas unggulan hortikultura Buleleng bidang buah-buahan.
Oka mengaku memulai budidaya Jeruk Keprok Tejakula ini dengan menanam langsung di kebun miliknya sendiri sejak tahun 2013 lalu. Saat itu, dirinya merasa penasaran bagaimana membudidayakan Jeruk Keprok Tejakula dengan benar. Pasalnya pengembangan jeruk khas Buleleng yang dilakukan di sebagian besar di daerah Gerokgak mengalami beberapa hambatan.
“Awalnya saya hanya tanam 200 pohon kemudian menyusul 300 pohon, saya tidak lagi menggunakan cara bertani lama dengan mengekploitasi tanaman seperti dulu, dengan membuat tanaman jeruk stress sehingga mau berbuah. Saat ini saya hanya menerapkan pola penanaman yang sehat dan organik,” jelasnya.
Sejuah ini tanaman jeruk yang diperlakukan dengan baik, penyiraman dan pupuk yang teratur serta pengendalian hama penyakit dengan maksimal, mematahkan anggapan Jeruk Keprok Tejakula hanya bisa ditanaman di lahan yang memiliki tekstur tanah menyerupai daerah Tejakula. “Sejauh ini ternyata Jeruk Keprok ini bisa ditanam dimana saja asalkan di lahan ketinggian 0-400 meter dari permukaan laut. Soal tekstur tanahnya kita yang harus menyesuaikan,” jelas dia.
Jeruk Keprok Tejakula pada awalnya memang dikembangkan hampir di seluruh wilayah Tejakula. Hanya saja di tahun 1980-an, tanaman jeruk ini diberantas habis karena terserang CVPD yang snagat mematikan. Bahkan hingga kini, lahan kering di Tejakula masih diblacklist dan menjadi wilayah endemis CVPD.
Sementara itu dari data Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, budidaya tanaman jeruk kini tersebar disejumlah kecamatan. Lahan jeruk yang ada di Buleleng, data tahun 2017 lalu mencapai 1.040 hektare dengan 520.197 populasi pohonnya.
Selain dikembangkan di wilayah Gerokgak, tanaman jeruk juga dibanyak dikembangkan di wilayah Kecamatan Banjar seluar 495 hektare dengan varietas jeruk siem. Sedangkan di jeruk varietas keprok batu 55 juga dikembangkan di wilayah Kecamatan Kubutambahan.*k23
Seperti yang dialami, Putu Oka Sastra, petani jeruk asal Banjar Dinas Delod Margi, Desa Sarimekar, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Petani yang juga Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng ini, memanen jerih payahnya mengembangkan Jeruk Keprok Tejakula, salah stau komoditas unggulan hortikultura Buleleng bidang buah-buahan.
Oka mengaku memulai budidaya Jeruk Keprok Tejakula ini dengan menanam langsung di kebun miliknya sendiri sejak tahun 2013 lalu. Saat itu, dirinya merasa penasaran bagaimana membudidayakan Jeruk Keprok Tejakula dengan benar. Pasalnya pengembangan jeruk khas Buleleng yang dilakukan di sebagian besar di daerah Gerokgak mengalami beberapa hambatan.
“Awalnya saya hanya tanam 200 pohon kemudian menyusul 300 pohon, saya tidak lagi menggunakan cara bertani lama dengan mengekploitasi tanaman seperti dulu, dengan membuat tanaman jeruk stress sehingga mau berbuah. Saat ini saya hanya menerapkan pola penanaman yang sehat dan organik,” jelasnya.
Sejuah ini tanaman jeruk yang diperlakukan dengan baik, penyiraman dan pupuk yang teratur serta pengendalian hama penyakit dengan maksimal, mematahkan anggapan Jeruk Keprok Tejakula hanya bisa ditanaman di lahan yang memiliki tekstur tanah menyerupai daerah Tejakula. “Sejauh ini ternyata Jeruk Keprok ini bisa ditanam dimana saja asalkan di lahan ketinggian 0-400 meter dari permukaan laut. Soal tekstur tanahnya kita yang harus menyesuaikan,” jelas dia.
Jeruk Keprok Tejakula pada awalnya memang dikembangkan hampir di seluruh wilayah Tejakula. Hanya saja di tahun 1980-an, tanaman jeruk ini diberantas habis karena terserang CVPD yang snagat mematikan. Bahkan hingga kini, lahan kering di Tejakula masih diblacklist dan menjadi wilayah endemis CVPD.
Sementara itu dari data Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, budidaya tanaman jeruk kini tersebar disejumlah kecamatan. Lahan jeruk yang ada di Buleleng, data tahun 2017 lalu mencapai 1.040 hektare dengan 520.197 populasi pohonnya.
Selain dikembangkan di wilayah Gerokgak, tanaman jeruk juga dibanyak dikembangkan di wilayah Kecamatan Banjar seluar 495 hektare dengan varietas jeruk siem. Sedangkan di jeruk varietas keprok batu 55 juga dikembangkan di wilayah Kecamatan Kubutambahan.*k23
Komentar