MUTIARA WEDA: Veda Takut?
Hendaknya Veda dijelaskan melalui Ithiasa dan Purana. Veda merasa takut kalau seseorang bodoh membacanya. Veda berpikir, bahwa dia (orang bodoh) itu akan memukulnya.
Ithiasa puranabhyam vedam samupabrmhayet,
bibhettyalpasrutad Vedo mamayam praharisyati.
(Vayu Purana I.201)
Mengapa Veda (sruti) mesti dijelaskan melalui teks khusus seperti Itihasa dan Purana? Apa pentingnya Itihasa dan Purana? Bagaimana Itihasa dan Purana bisa menjelaskan Veda? Apakah Veda tidak mampu menjelaskan dirinya sendiri? Apa maksudnya ‘Veda takut dengan orang bodoh’? Kekuatan atau kesaktian apa yang dimiliki oleh orang bodoh sehingga Veda takut? Jika Veda takut dengan orang bodoh, lalu siapa saja dari mereka yang tidak ditakuti? Jika orang bodoh saja ditakuti, bagaimana dengan orang pintar? Demikian ada banyak lagi pertanyaan yang muncul saat membaca teks di atas.
Mungkin, yang dimaksudkan bahwa Veda mesti dijelaskan melalui Itihasa dan Purana, adalah kedua teks ini mengandung peta problematika yang dipaparkan oleh Veda. Bisa dikatakan bahwa Itihasa dan Purana seperti pendahuluan dari sebuah artikel, yakni mengantarkan masalah yang hendak dibahas di dalam inti pembahasan. Bisa juga diandaikan seperti pintu masuk (seperti candi bentar) pada sebuah Pura, maksudnya untuk bisa berada di dalam area suci Pura, orang mesti melewati candi bentarnya. Dengan cara yang sama orang akan bisa berada pada atmosfir Veda hanya ketika telah melewati Itihasa dan Purana sebagai gerbangnya. Ini adalah cara teraman dan termudah untuk bisa mempelajari Veda.
Ibarat orang asing yang ingin memasuki negara lain yang belum pernah disinggahinya, ia mesti memperoleh informasi dari peta atau buku yang menguraikan tentang negara tersebut. Ia harus mempelajari peta negara tersebut, di bandara mana mesti turun, di hotel apa mesti menginap, tempat apa saja yang harus dikunjungi, bagaimana kondisi tempat yang akan dikunjungi itu, siapa-saja yang bisa dihubungi yang bisa dipercaya ketika telah ada di negara itu, berapa hari disana, berapa biaya yang perlu dihabiskan dan lain sebagainya. Jadi, jika Veda itu ibarat negara asing, Itihasa dan Purana adalah peta itu sendiri yang memberikan gambaran awal. Melalui Itihasa dan Purana seseorang akan memiliki gambaran yang jelas subjek apa dipelajari dalam Veda, kesulitan apa yang dihadapi ketika mempelajarinya, apa yang akan terjadi jika semua itu selesai dipelajari dan lain sebagainya.
Jika seperti itu modelnya, maka Itihasa dan Purana menjadi sangat signifikan bagi siapapun yang ingin mendalami Veda. Tanpa Peta tersebut seseorang bisa tersesat di dalamnya. Dalam konteks modern dewasa ini, Itihasa dan Purana itu ibarat GPS yang memberikan petunjuk jalan (Veda) kemana mesti menuju. Melalui GPS tersebut, orang bisa berjalan dengan tenang tanpa ada rasa takut untuk tersesat, terkecuali jaringannya rusak. Piranti GPS (Itihasa dn Purana) itu penting bagi mereka yang ingin bepergian ke jalan (Veda) yang belum pernah dilalui sebelumnya. Oleh karena itu sudah saatnya para pendidik Hindu Dharma mesti mempertimbangkan tentang pentingnya Itihasa dan Purana ini di dalam sistem pembelajaran Veda.
Lalu bagaimana dengan pernyataan bahwa Veda itu takut dengan orang bodoh? Maksudnya mungkin bahwa orang yang belum pernah mempelajari peta mengenai permasalahan apa yang dibahas di dalam Veda, maka orang tersebut pasti sulit untuk menemukan jalan mana yang benar untuk menuju tujuan akhir. Ini bukan berarti Veda itu sendiri yang memiliki jalan menjebak, melainkan pikiran orang itulah yang memiliki banyak cabang pemahaman yang membuat dirinya terjebak. Veda takut dengan orang bodoh maksudnya adalah jangan sampai Veda itu membuat orang yang mempelajarinya tersesat, padahal Veda mengandung ajaran yang mengajarkan orang agar jangan sampai tersesat di dalam hidup. Jika orang dalam hidupnya saja sudah tersesat, apalagi jika ditambah tersesat oleh karena belajar Veda, ini sungguh sangat memprihatinkan. Apa jadinya hidup orang jika tersesatnya pangkat dua? ‘Takut dengan orang bodoh’ artinya jangan sampai orang yang belajar Veda itu tidak memiliki cara berpikir yang benar bagaimana mestinya memasuki jalan Veda yang sangat rahasia itu.
(Vayu Purana I.201)
Mengapa Veda (sruti) mesti dijelaskan melalui teks khusus seperti Itihasa dan Purana? Apa pentingnya Itihasa dan Purana? Bagaimana Itihasa dan Purana bisa menjelaskan Veda? Apakah Veda tidak mampu menjelaskan dirinya sendiri? Apa maksudnya ‘Veda takut dengan orang bodoh’? Kekuatan atau kesaktian apa yang dimiliki oleh orang bodoh sehingga Veda takut? Jika Veda takut dengan orang bodoh, lalu siapa saja dari mereka yang tidak ditakuti? Jika orang bodoh saja ditakuti, bagaimana dengan orang pintar? Demikian ada banyak lagi pertanyaan yang muncul saat membaca teks di atas.
Mungkin, yang dimaksudkan bahwa Veda mesti dijelaskan melalui Itihasa dan Purana, adalah kedua teks ini mengandung peta problematika yang dipaparkan oleh Veda. Bisa dikatakan bahwa Itihasa dan Purana seperti pendahuluan dari sebuah artikel, yakni mengantarkan masalah yang hendak dibahas di dalam inti pembahasan. Bisa juga diandaikan seperti pintu masuk (seperti candi bentar) pada sebuah Pura, maksudnya untuk bisa berada di dalam area suci Pura, orang mesti melewati candi bentarnya. Dengan cara yang sama orang akan bisa berada pada atmosfir Veda hanya ketika telah melewati Itihasa dan Purana sebagai gerbangnya. Ini adalah cara teraman dan termudah untuk bisa mempelajari Veda.
Ibarat orang asing yang ingin memasuki negara lain yang belum pernah disinggahinya, ia mesti memperoleh informasi dari peta atau buku yang menguraikan tentang negara tersebut. Ia harus mempelajari peta negara tersebut, di bandara mana mesti turun, di hotel apa mesti menginap, tempat apa saja yang harus dikunjungi, bagaimana kondisi tempat yang akan dikunjungi itu, siapa-saja yang bisa dihubungi yang bisa dipercaya ketika telah ada di negara itu, berapa hari disana, berapa biaya yang perlu dihabiskan dan lain sebagainya. Jadi, jika Veda itu ibarat negara asing, Itihasa dan Purana adalah peta itu sendiri yang memberikan gambaran awal. Melalui Itihasa dan Purana seseorang akan memiliki gambaran yang jelas subjek apa dipelajari dalam Veda, kesulitan apa yang dihadapi ketika mempelajarinya, apa yang akan terjadi jika semua itu selesai dipelajari dan lain sebagainya.
Jika seperti itu modelnya, maka Itihasa dan Purana menjadi sangat signifikan bagi siapapun yang ingin mendalami Veda. Tanpa Peta tersebut seseorang bisa tersesat di dalamnya. Dalam konteks modern dewasa ini, Itihasa dan Purana itu ibarat GPS yang memberikan petunjuk jalan (Veda) kemana mesti menuju. Melalui GPS tersebut, orang bisa berjalan dengan tenang tanpa ada rasa takut untuk tersesat, terkecuali jaringannya rusak. Piranti GPS (Itihasa dn Purana) itu penting bagi mereka yang ingin bepergian ke jalan (Veda) yang belum pernah dilalui sebelumnya. Oleh karena itu sudah saatnya para pendidik Hindu Dharma mesti mempertimbangkan tentang pentingnya Itihasa dan Purana ini di dalam sistem pembelajaran Veda.
Lalu bagaimana dengan pernyataan bahwa Veda itu takut dengan orang bodoh? Maksudnya mungkin bahwa orang yang belum pernah mempelajari peta mengenai permasalahan apa yang dibahas di dalam Veda, maka orang tersebut pasti sulit untuk menemukan jalan mana yang benar untuk menuju tujuan akhir. Ini bukan berarti Veda itu sendiri yang memiliki jalan menjebak, melainkan pikiran orang itulah yang memiliki banyak cabang pemahaman yang membuat dirinya terjebak. Veda takut dengan orang bodoh maksudnya adalah jangan sampai Veda itu membuat orang yang mempelajarinya tersesat, padahal Veda mengandung ajaran yang mengajarkan orang agar jangan sampai tersesat di dalam hidup. Jika orang dalam hidupnya saja sudah tersesat, apalagi jika ditambah tersesat oleh karena belajar Veda, ini sungguh sangat memprihatinkan. Apa jadinya hidup orang jika tersesatnya pangkat dua? ‘Takut dengan orang bodoh’ artinya jangan sampai orang yang belajar Veda itu tidak memiliki cara berpikir yang benar bagaimana mestinya memasuki jalan Veda yang sangat rahasia itu.
I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta
1
Komentar