Kadiparda se Bali Rapatkan Barisan
Bentuk Focus Group Discussion (FGD)
DENPASAR, NusaBali
Pemprov Bali lewat Dinas Pariwisata segera mengumpulkan para kepala dinas pariwisata (kadiparda) se Bali. Mereka akan dikumpulkan dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD). Tujuannya, membangun sinergitas tata kelola pariwisata dengan konsep One Island, One Management.
Rencananya, kadiparda se Bali dihadirkan 6 Agustus depan. “Kami sudah koordinasi dan meminjam tempat di BI (Kantor Perwakilan Bank Indonesia/KPwBI Bali),” ujar Plt Kadiparda Bali I Putu Astawa, Jumat (2/8).
Dikatakan Astawa, dasar pertimbangan pengumpulan para kadiparda tersebut, adalah fakta industri pariwisata Bali yang merupakan tulang punggung perekonomian Bali.
“ Ini menyangkut isin payuk jakan (penghidupan) kita orang Bali,” tegas Astawa, yang merupakan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagprin) Bali.
Pemprov, menurut Astawa menginginkan tata kelola industri pariwisata berjalan sinergi. Tidak ada yang jalan sendiri-sendiri, tanpa koordinasi atau partial.
“Yang satu ke utara, yang lain ke selatan begitu umpamanya,” kata pejabat asal Desa Peliatan, Gianyar ini member ilustrasi.
Lanjutnya, koordinasi dan kebersamaan dalam satu manajement tersebut, mengingat dinamika dan perkembangan industri pariwisata itu sendiri. Khususnya persaingan yang semakin sengit dari para competitor Bali. Karena itulah, sekalian berkumpul, sekaligus rembug untuk membedah persoalan maupun kendala dan solusi-solusi atau langkah-langkah jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang untuk membangun dan memajukan industri pariwisata Bali. “Kami harap ada persepsi dan perspektif yang sama nanti,” ujar Astawa.
Dia khawatir Bali akan dilibas para pesaing, jika tidak dilakukan upaya-upaya dan langkah nyata dalam tata kelola pariwisata Bali yang lebih elegan. Harapannya, ada hal baru yang bisa dijadikan terobosan untuk mengantipasi dan menghadapi persaingan sengit di industri turis ini.
“Walaupun kita lihat ada tanda trend positif seperti pertumbuhan kunjungan wisman yang mulai membaik,” kata Astawa.
Sebelumnya BPS Provinsi Bali mencatat kunjungan wisatawan/wisman ke Bali pada Juni sebanyak 549.751. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 13,17 persen dar bulan Mei. Dimana pada Mei 2019 lalu, jumlah kunjungan wisman ke Bali, 485.795 orang. Dibanding Juni 2018, kunjungan wisman ke Bali juga naik 0,96 persen. Jumlah kunjungan wisman ke Bali pada Juni 2018, sebanyak 544.550.
Selain para kadiparda se Bali, kalangan industri pariwisata, diantaranya PHRI, Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), HPI, Asita, akademisi dan stakeholder terkait juga dihadirkan dalam forum atau FGD di Bank Indonesia. “Pariwisata tak bisa dikerjakan hanya oleh satu pihak, seperti pemerintah saja. Tetapi semua komponen terkait,” tegas Astawa. *K17
Rencananya, kadiparda se Bali dihadirkan 6 Agustus depan. “Kami sudah koordinasi dan meminjam tempat di BI (Kantor Perwakilan Bank Indonesia/KPwBI Bali),” ujar Plt Kadiparda Bali I Putu Astawa, Jumat (2/8).
Dikatakan Astawa, dasar pertimbangan pengumpulan para kadiparda tersebut, adalah fakta industri pariwisata Bali yang merupakan tulang punggung perekonomian Bali.
“ Ini menyangkut isin payuk jakan (penghidupan) kita orang Bali,” tegas Astawa, yang merupakan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagprin) Bali.
Pemprov, menurut Astawa menginginkan tata kelola industri pariwisata berjalan sinergi. Tidak ada yang jalan sendiri-sendiri, tanpa koordinasi atau partial.
“Yang satu ke utara, yang lain ke selatan begitu umpamanya,” kata pejabat asal Desa Peliatan, Gianyar ini member ilustrasi.
Lanjutnya, koordinasi dan kebersamaan dalam satu manajement tersebut, mengingat dinamika dan perkembangan industri pariwisata itu sendiri. Khususnya persaingan yang semakin sengit dari para competitor Bali. Karena itulah, sekalian berkumpul, sekaligus rembug untuk membedah persoalan maupun kendala dan solusi-solusi atau langkah-langkah jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang untuk membangun dan memajukan industri pariwisata Bali. “Kami harap ada persepsi dan perspektif yang sama nanti,” ujar Astawa.
Dia khawatir Bali akan dilibas para pesaing, jika tidak dilakukan upaya-upaya dan langkah nyata dalam tata kelola pariwisata Bali yang lebih elegan. Harapannya, ada hal baru yang bisa dijadikan terobosan untuk mengantipasi dan menghadapi persaingan sengit di industri turis ini.
“Walaupun kita lihat ada tanda trend positif seperti pertumbuhan kunjungan wisman yang mulai membaik,” kata Astawa.
Sebelumnya BPS Provinsi Bali mencatat kunjungan wisatawan/wisman ke Bali pada Juni sebanyak 549.751. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 13,17 persen dar bulan Mei. Dimana pada Mei 2019 lalu, jumlah kunjungan wisman ke Bali, 485.795 orang. Dibanding Juni 2018, kunjungan wisman ke Bali juga naik 0,96 persen. Jumlah kunjungan wisman ke Bali pada Juni 2018, sebanyak 544.550.
Selain para kadiparda se Bali, kalangan industri pariwisata, diantaranya PHRI, Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), HPI, Asita, akademisi dan stakeholder terkait juga dihadirkan dalam forum atau FGD di Bank Indonesia. “Pariwisata tak bisa dikerjakan hanya oleh satu pihak, seperti pemerintah saja. Tetapi semua komponen terkait,” tegas Astawa. *K17
1
Komentar