Warga Tetap Nekat Lintasi Jalan Ambrol di Tegenungan
Jalan pintas Tegenungan yang menghubungkan Desa Sukawati – Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, masih jebol.
GIANYAR, NusaBali
Meski jebol, jalur ini tetap menjadi lintasan alternatif bagi pengendara kendaraan roda dua. Bahkan, kendaraan roda empat menurut warga sekitar kerap nekat melintas.
"Tidak saja mobil, pick up dan truk biasa lewat. Tapi memang perlu nyali, karena kalau truk biasanya hanya satu roda yang menyentuh aspal. Roda lagi 1 sudah pasti melayang," ungkap warga I Wayan Astina, Jumat (2/8). Sebagai antisipasi, warga sekitar cukup sering memberi peringatan pada pengendara, terutama jika ada truk maupun kendaraan relatif besar. "Kalau pas pengendaranya mau turun untuk bertanya, pasti disarankan agar hati-hati atau supaya aman lebih baik putar balik. Sebaliknya, cukup banyak pengendara yang langsung lewat begitu saja," ujarnya. Sepengatahuannya, sejauh ini tidak pernah ada kejadian kendaraan sampai nyemplung. "Astungkara sih tidak pernah ada kejadian. Cuma pernah, ada hartop lewat dinding tebing di kiri dikikis sehingga bisa lolos. Jalan juga nampaknya tambah lebar ke barat," ungkapnya.
Pantauan NusaBali, areal jalan memang tidak ditutup seperti saat baru kejadian. Hanya saja, sejumlah drum tampak tetap dipajang guna memberi peringatan. Di samping itu, jika cuaca sedang hujan, biasanya warga sekitar melakukan penutupan dengan alat seadanya semisal bambu. "Kalau hujan, pasti jalannya ditutup. Karena rawan longsor," katanya. Lantas, bagaimana dengan jalan alternatif? Menurut Wayan Astina, lokasi jalan sudah dipasangi patok bambu. "Kemungkinan disini. Di sepanjang patok yang sudah dipasang. Tapi detailnya saya tidak tahu. Yang jelas sudah ada petugas yang ngukur-ngukur," jelasnya.
Sementara itu, terkait jalan alternatif baru Tegenungan ini, Bupati Gianyar Made Agus Mahayastra mengatakan sudah menganggarkan sekitar Rp 7,5 miliar. Saat ini, progresnya masih tahap pembebasan lahan. "Tegenungan sudah dianggarkan Rp 7,5 M. Sekarang proses pembebasan lahan," ungkap Bupati saat bertemu awak media beberapa waktu lalu. Jalan baru ini dinilai lebih hemat dibandingkan dengan memperbaiki jalan yang jebol saat ini. "Anggaran perbaiki jauh lebih tinggi dari buat baru. Dan jalan baru nantinya akan aman berpuluh-puluh tahun," ungkapnya. Panjang jalan ini, diperkirakan sekitar 500 meter. Masuk dari jalan raya ke utara, lalu agak turun menikung ke timur hingga berakhir tepat di sebelah selatan jembatan yang ada saat ini.
Seperti diketahui, Jalan pintas penghubung Desa Sukawati – Desa Kemenuh via Banjar Tegenungan, Kemenuh, longsor pada Kamis (15/2/2018) sekitar pukul 07.00 Wita. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, namun separuh lebih aspal jebol ke sisi timur. Akibatnya, jalan hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki. Itupun harus berhati-hati, karena longsor susulan masih mengancam. Warga setempat pun memasang tanda larangan berupa alat seadanya seperti kayu, drum, dan pepohonan. Pasca longsor, siang itu juga tepatnya pukul 11.00 Wita unit Tipiter Polres Gianyar melakukan penindakan terhadap para penambang liar. Diduga, akibat ulah penambangan batu padas yang dilakukan tanpa izin ini pondasi jalan jadi labil.*nvi
"Tidak saja mobil, pick up dan truk biasa lewat. Tapi memang perlu nyali, karena kalau truk biasanya hanya satu roda yang menyentuh aspal. Roda lagi 1 sudah pasti melayang," ungkap warga I Wayan Astina, Jumat (2/8). Sebagai antisipasi, warga sekitar cukup sering memberi peringatan pada pengendara, terutama jika ada truk maupun kendaraan relatif besar. "Kalau pas pengendaranya mau turun untuk bertanya, pasti disarankan agar hati-hati atau supaya aman lebih baik putar balik. Sebaliknya, cukup banyak pengendara yang langsung lewat begitu saja," ujarnya. Sepengatahuannya, sejauh ini tidak pernah ada kejadian kendaraan sampai nyemplung. "Astungkara sih tidak pernah ada kejadian. Cuma pernah, ada hartop lewat dinding tebing di kiri dikikis sehingga bisa lolos. Jalan juga nampaknya tambah lebar ke barat," ungkapnya.
Pantauan NusaBali, areal jalan memang tidak ditutup seperti saat baru kejadian. Hanya saja, sejumlah drum tampak tetap dipajang guna memberi peringatan. Di samping itu, jika cuaca sedang hujan, biasanya warga sekitar melakukan penutupan dengan alat seadanya semisal bambu. "Kalau hujan, pasti jalannya ditutup. Karena rawan longsor," katanya. Lantas, bagaimana dengan jalan alternatif? Menurut Wayan Astina, lokasi jalan sudah dipasangi patok bambu. "Kemungkinan disini. Di sepanjang patok yang sudah dipasang. Tapi detailnya saya tidak tahu. Yang jelas sudah ada petugas yang ngukur-ngukur," jelasnya.
Sementara itu, terkait jalan alternatif baru Tegenungan ini, Bupati Gianyar Made Agus Mahayastra mengatakan sudah menganggarkan sekitar Rp 7,5 miliar. Saat ini, progresnya masih tahap pembebasan lahan. "Tegenungan sudah dianggarkan Rp 7,5 M. Sekarang proses pembebasan lahan," ungkap Bupati saat bertemu awak media beberapa waktu lalu. Jalan baru ini dinilai lebih hemat dibandingkan dengan memperbaiki jalan yang jebol saat ini. "Anggaran perbaiki jauh lebih tinggi dari buat baru. Dan jalan baru nantinya akan aman berpuluh-puluh tahun," ungkapnya. Panjang jalan ini, diperkirakan sekitar 500 meter. Masuk dari jalan raya ke utara, lalu agak turun menikung ke timur hingga berakhir tepat di sebelah selatan jembatan yang ada saat ini.
Seperti diketahui, Jalan pintas penghubung Desa Sukawati – Desa Kemenuh via Banjar Tegenungan, Kemenuh, longsor pada Kamis (15/2/2018) sekitar pukul 07.00 Wita. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, namun separuh lebih aspal jebol ke sisi timur. Akibatnya, jalan hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki. Itupun harus berhati-hati, karena longsor susulan masih mengancam. Warga setempat pun memasang tanda larangan berupa alat seadanya seperti kayu, drum, dan pepohonan. Pasca longsor, siang itu juga tepatnya pukul 11.00 Wita unit Tipiter Polres Gianyar melakukan penindakan terhadap para penambang liar. Diduga, akibat ulah penambangan batu padas yang dilakukan tanpa izin ini pondasi jalan jadi labil.*nvi
Komentar