Lansia Duet Dengan Bocah
Anak-anak TK menampilkan tabuh pengaksama, tari pendet, janger, dan dolanan bertemakan kelestarian alam. Sementara lansia membawakan tabuh pisan gegancangan, tari gabor, tari tenun, dan tari dalem arsa wijaya.
Penonton PKB pun Terhibur
DENPASAR, NusaBali
"SS byuk tarrr". Seketika yel tersebut langsung mengundang tepuk tangan dan gelak tawa penonton, sesaat sebelum anak-anak kecil mulai memainkan tabuhnya. Dari panggung sisi kiri di Kalangan Ratna Kanda Taman Budaya Bali, Senin (20/6) sore, anak-anak dari TK Dharma Putra, Banjar Kedaton, Sumerta Kelod, Denpasar, dengan gaya bocahnya tampil menggemaskan menjadi seniman tabuh. Sementara di sisi panggung sebelah kanan, ibu-ibu yang sudah lanjut usia (lansia) tampak moncer dengan balutan kebaya biru.
Layaknya ibu dan anak, kedua sekaa gong tersebut tampil harmoni di hadapan penonton. Kota Denpasar kembali menghadirkan suatu suguhan seni gong kebyar mebarung yang menyandingkan dua sekaa gong yang beda usia, yang dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38 ini, diwakili oleh lansia Kota Denpasar dan anak-anak dari TK Dharma Putra, Banjar Kedaton, Sumerta Kelod, Denpasar.
Hal ini membuktikan bahwa kesenian tidak terbatas untuk dipentaskan oleh siapa saja, bahkan yang sudah ubanpun masih diberi ruang gerak, begitupun anak yang masih sangat belia. Meskipun dalam prosesnya tidak mudah untuk membina dua kelompok beda generasi yang terpaut usia terlalu jauh. Dari sisi anak-anak, menurut pembina tari yang sekaligus kepala sekolah TK Dharma Putra, Anak Agung Kendrawati SPd MPd mengatakan, perlu kesabaran yang tinggi dalam mebina anak-anak. Karenanya, untuk mempersiapkan pentas di PKB, anak-anak dilatih setiap hari selama 4 bulan penuh.
“Gong kebyar anak-anak sebenarnya sejak tahun 2008 sudah ada. Nah, anak-anak ini kan tiap tahunnya langsung naik ke kelas 1 SD, jadi tiap tahun ajaran baru harus mengulang lagi membina dari nol untuk angkatan yang baru,” ujarnya sembari mengatakan yang tampil kemarin sebanyak 85 orang anak-anak kelas nol besar.
Tidak jauh berbeda, Pembina tabuh anak-anak, I Made Rana menambahkan, menjadi Pembina untuk kalangan belia tidaklah mudah. Untuk bisa membina anak-anak terlebih dahulu harus bisa mengambil hatinya. Jika sudah mampu merasa dekat dengan anak-anak, maka akan mudah mengetahui apa yang menjadi kesukaan dari masing-masing anak tersebut. “Pertama kita harus tahu jiwa anak, karakter anak. Kalau anak bandel atau ngambul kita cari dulu hatinya. Biarkan mereka mencoba semua alat musik, nanti akan kelihatan yang mana paling disukai, sehingga kita bisa kelompokkan mereka akan menabuh bagian mana,” ujarnya.
Jika di sisi anak-anak harus mengambil hatinya, tidak demikian dengan lansia. Menurut pembina tabuh, Made Nuada, dari segi mengingat nada tabuh bagi orang lansia memang agak kendor. Selain itu, kesibukan sebagai seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya seperti mengurus rainan (hari raya), mengurus keluarga dan bekerja terkadang diakuinya sebagai satu kendala dalam mempercepat penguasaan materi tabuh. “Dari segi penangkapan materi memang kurang, karena iti ketika saya membina, saya latih kecepatan. Kalau tidak mampu, saya kendorkan lagi,” tuturnya.
Anak-anak TK Dharma Putra tampil menghibur dengan penampilan tabuh pengaksama, tari pendet, janger, dan dolanan bertemakan kelestarian alam. Sementara lansia membawakan tabuh pisan gegancangan, tari tari Gabor, tari Tenun, dan tari Dalem Arsa Wijaya. Keduanya tampil bergatian sehingga bisa mencuri-curi waktu untuk mengumpulkan tenaga. Pementasan semakin meriah dengan tepuk tangan berkali-kali, disaksikan oleh ratusan pasang mata yang memadati Kalangan Ratna Kanda. 7 i
DENPASAR, NusaBali
"SS byuk tarrr". Seketika yel tersebut langsung mengundang tepuk tangan dan gelak tawa penonton, sesaat sebelum anak-anak kecil mulai memainkan tabuhnya. Dari panggung sisi kiri di Kalangan Ratna Kanda Taman Budaya Bali, Senin (20/6) sore, anak-anak dari TK Dharma Putra, Banjar Kedaton, Sumerta Kelod, Denpasar, dengan gaya bocahnya tampil menggemaskan menjadi seniman tabuh. Sementara di sisi panggung sebelah kanan, ibu-ibu yang sudah lanjut usia (lansia) tampak moncer dengan balutan kebaya biru.
Layaknya ibu dan anak, kedua sekaa gong tersebut tampil harmoni di hadapan penonton. Kota Denpasar kembali menghadirkan suatu suguhan seni gong kebyar mebarung yang menyandingkan dua sekaa gong yang beda usia, yang dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38 ini, diwakili oleh lansia Kota Denpasar dan anak-anak dari TK Dharma Putra, Banjar Kedaton, Sumerta Kelod, Denpasar.
Hal ini membuktikan bahwa kesenian tidak terbatas untuk dipentaskan oleh siapa saja, bahkan yang sudah ubanpun masih diberi ruang gerak, begitupun anak yang masih sangat belia. Meskipun dalam prosesnya tidak mudah untuk membina dua kelompok beda generasi yang terpaut usia terlalu jauh. Dari sisi anak-anak, menurut pembina tari yang sekaligus kepala sekolah TK Dharma Putra, Anak Agung Kendrawati SPd MPd mengatakan, perlu kesabaran yang tinggi dalam mebina anak-anak. Karenanya, untuk mempersiapkan pentas di PKB, anak-anak dilatih setiap hari selama 4 bulan penuh.
“Gong kebyar anak-anak sebenarnya sejak tahun 2008 sudah ada. Nah, anak-anak ini kan tiap tahunnya langsung naik ke kelas 1 SD, jadi tiap tahun ajaran baru harus mengulang lagi membina dari nol untuk angkatan yang baru,” ujarnya sembari mengatakan yang tampil kemarin sebanyak 85 orang anak-anak kelas nol besar.
Tidak jauh berbeda, Pembina tabuh anak-anak, I Made Rana menambahkan, menjadi Pembina untuk kalangan belia tidaklah mudah. Untuk bisa membina anak-anak terlebih dahulu harus bisa mengambil hatinya. Jika sudah mampu merasa dekat dengan anak-anak, maka akan mudah mengetahui apa yang menjadi kesukaan dari masing-masing anak tersebut. “Pertama kita harus tahu jiwa anak, karakter anak. Kalau anak bandel atau ngambul kita cari dulu hatinya. Biarkan mereka mencoba semua alat musik, nanti akan kelihatan yang mana paling disukai, sehingga kita bisa kelompokkan mereka akan menabuh bagian mana,” ujarnya.
Jika di sisi anak-anak harus mengambil hatinya, tidak demikian dengan lansia. Menurut pembina tabuh, Made Nuada, dari segi mengingat nada tabuh bagi orang lansia memang agak kendor. Selain itu, kesibukan sebagai seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya seperti mengurus rainan (hari raya), mengurus keluarga dan bekerja terkadang diakuinya sebagai satu kendala dalam mempercepat penguasaan materi tabuh. “Dari segi penangkapan materi memang kurang, karena iti ketika saya membina, saya latih kecepatan. Kalau tidak mampu, saya kendorkan lagi,” tuturnya.
Anak-anak TK Dharma Putra tampil menghibur dengan penampilan tabuh pengaksama, tari pendet, janger, dan dolanan bertemakan kelestarian alam. Sementara lansia membawakan tabuh pisan gegancangan, tari tari Gabor, tari Tenun, dan tari Dalem Arsa Wijaya. Keduanya tampil bergatian sehingga bisa mencuri-curi waktu untuk mengumpulkan tenaga. Pementasan semakin meriah dengan tepuk tangan berkali-kali, disaksikan oleh ratusan pasang mata yang memadati Kalangan Ratna Kanda. 7 i
Komentar