Saat Galungan dan Kuningan, Omzet Tembus Rp 60 Juta/Hari
Pengunjung Pasar Adat Pergung Membeludak
NEGARA, NusaBali
Wahana bermain anak menjadi salah satu tempat yang paling ramai dikunjungi warga di Pasar Adat Pergung, Lapangan Umum Pergung, Desa Pergung, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, yang khusus dibuka serangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan. Omzet yang diraup pemilik wahana bermain anak di pasar musiman ini bahkan tembus Rp 60 juta dalam sehari, yakni tepat hari H Galungan dan Kuningan.
Seperti diakui Wawan, 35, salah seorang penjaga wahana trampolin di pasar adat tersebut, saat Hari Raya Kuningan, Sabtu (3/8) malam. Menurut Wawan, berbagai wahana bermain anak, seperti trampolin termasuk berbagai macam komedi putar yang berjumlah mencapai sekitar 10 wahana, semuanya adalah milik bosnya. Untuk menikmati setiap wahana tersebut, pengunjung harus membayar karcis Rp 10.000 per orang. “Waktu bermain di tiap wahana tetap dibatasi. Kalau komedi putar, sekitar 5 kali putaran. Kalau trampolin, per orang 10 menit. Tetapi untuk trampolin, kami hanya batasi waktunya pas ramai. Tetapi kalau agak sepi, kami berikan sepuasnya,” kata pria asal Kediri, Jawa Timur, ini.
Wahana bermain anak yang juga khusus didatangkan dari Kediri, Jatim, ini juga full dibuka selama 13 hari selama pelaksanaan Pasar Adat Pergung yang dimulai pada Penampahan Galungan (H-1 Galungan) hingga Umanis Kuningan (H+1 Kuningan).
Saat Hari H Galungan, Rabu (24/7), menurut Wawan, jumlah karcis yang terjual dari 10 wahana milik bosnya, tembus mencapai sekitar 6.000 lembar karcis. Artinya, jika dihitung sesuai harga Rp 10 ribu per karcis, omzet yang didapatkan mencapai Rp 60 juta.
“Rasanya untuk pas hari Kuningan ini juga masih sama seperti waktu Galungan. Di tempat mainan trampolin yang saya jaga ini, dari mulai buka pagi sampai malam, sudah laku sekitar 200 karcis lebih. Belum lagi di tempat (wahana) lainnya,” katanya, didampingi salah satu rekannya yang bertugas menerima pembelian karcis di salah satu wahana trampolin yang dijaganya.
Sedangkan di luar hari H maupun Umanis Galungan dan Kuningan, kata Wawan, tetap ada pengunjung, tetapi jumlah karcis yang terjual tidak sampai 500 lembar. Karena itu, di luar hari H maupun Umanis Galungan dan Kuningan, sejumlah wahana bermain anak hanya dibuka mulai sore pukul 16.00 hingga 22.00 Wita. “Kalau ditotal selama 13 hari, total omzet bisa sampai ratusan juta rupiah. Tetapi itu belum termasuk biaya operasional,” ujarnya.
Dari pemantauan saat Hari Raya Kuningan, Sabtu malam, pengunjung membeludak di areal pasar musiman ini. Selain memadati antrean wahana bermaian anak, pengunjung juga memadati tempat pedagang pakaian, perabotan, maupun berbagai makanan siap saji. Bahkan untuk lewat berkeliling di areal dalam pasar ini, pengunjung harus berdesak-desakan. Begitu juga arus lalu lintas di Jalan Umum Denpasar – Gilimanuk, macet karena aktivitas keluar-masuk kendaraan pengunjung di sekitar pasar tersebut. *ode
Seperti diakui Wawan, 35, salah seorang penjaga wahana trampolin di pasar adat tersebut, saat Hari Raya Kuningan, Sabtu (3/8) malam. Menurut Wawan, berbagai wahana bermain anak, seperti trampolin termasuk berbagai macam komedi putar yang berjumlah mencapai sekitar 10 wahana, semuanya adalah milik bosnya. Untuk menikmati setiap wahana tersebut, pengunjung harus membayar karcis Rp 10.000 per orang. “Waktu bermain di tiap wahana tetap dibatasi. Kalau komedi putar, sekitar 5 kali putaran. Kalau trampolin, per orang 10 menit. Tetapi untuk trampolin, kami hanya batasi waktunya pas ramai. Tetapi kalau agak sepi, kami berikan sepuasnya,” kata pria asal Kediri, Jawa Timur, ini.
Wahana bermain anak yang juga khusus didatangkan dari Kediri, Jatim, ini juga full dibuka selama 13 hari selama pelaksanaan Pasar Adat Pergung yang dimulai pada Penampahan Galungan (H-1 Galungan) hingga Umanis Kuningan (H+1 Kuningan).
Saat Hari H Galungan, Rabu (24/7), menurut Wawan, jumlah karcis yang terjual dari 10 wahana milik bosnya, tembus mencapai sekitar 6.000 lembar karcis. Artinya, jika dihitung sesuai harga Rp 10 ribu per karcis, omzet yang didapatkan mencapai Rp 60 juta.
“Rasanya untuk pas hari Kuningan ini juga masih sama seperti waktu Galungan. Di tempat mainan trampolin yang saya jaga ini, dari mulai buka pagi sampai malam, sudah laku sekitar 200 karcis lebih. Belum lagi di tempat (wahana) lainnya,” katanya, didampingi salah satu rekannya yang bertugas menerima pembelian karcis di salah satu wahana trampolin yang dijaganya.
Sedangkan di luar hari H maupun Umanis Galungan dan Kuningan, kata Wawan, tetap ada pengunjung, tetapi jumlah karcis yang terjual tidak sampai 500 lembar. Karena itu, di luar hari H maupun Umanis Galungan dan Kuningan, sejumlah wahana bermain anak hanya dibuka mulai sore pukul 16.00 hingga 22.00 Wita. “Kalau ditotal selama 13 hari, total omzet bisa sampai ratusan juta rupiah. Tetapi itu belum termasuk biaya operasional,” ujarnya.
Dari pemantauan saat Hari Raya Kuningan, Sabtu malam, pengunjung membeludak di areal pasar musiman ini. Selain memadati antrean wahana bermaian anak, pengunjung juga memadati tempat pedagang pakaian, perabotan, maupun berbagai makanan siap saji. Bahkan untuk lewat berkeliling di areal dalam pasar ini, pengunjung harus berdesak-desakan. Begitu juga arus lalu lintas di Jalan Umum Denpasar – Gilimanuk, macet karena aktivitas keluar-masuk kendaraan pengunjung di sekitar pasar tersebut. *ode
Komentar