Akan Sosialisasikan Sejarah, Terus Ada Setiap Pujawali
'Jukung Nostalgia' ke Pura Sakenan Masih Sepi Peminat
DENPASAR, NusaBali
Dua hari beroperasi hingga Minggu (4/8), 'Jukung Nostalgia' yang disediakan untuk mengangkut pamedek yang akan tangkil ke Pura Sakenan masih sepi peminat. Jukung yang disediakan di Pantai Mertasari dan Pantai Pemelisan hanya dinaiki oleh Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra bersama rombongan pada hari pertama dan Lurah Sesetan Ni Ketut Sri Karyawati bersama rombongan pada hari kedua.
Hal itu menjadi evaluasi kedepannya bagi Camat Denpasar Selatan kedepannya. Sebab, 'Jukung Nostalgia' tersebut akan disediakan setiap enam bulan sekali saat pujawali di Pura Sakenan. Hal itu dilakukan agar masyarakat Denpasar tidak melupakan budaya leluhur terdahulu dan juga memberikan gambaran sejarah sebelum Pulau Serangan direklamasi seperti saat ini.
Camat Denpasar Selatan, I Wayan Budha, saat dikonfirmasi mengungkapkan, pada pujawali di Pura Sakenan enam bulan lalu juga sepi peminat untuk mencoba menikmati sensasi naik jukung menuju Pura Sakenan. Hal itu karena kebanyakan masyarakat sekarang ini tidak mengetahui bagaimana sejarah orangtua terdahulu tangkil ke Pura Sakenan dengan menyusuri lautan.
Selain itu, yang menjadi kendala saat ini juga karena keterbatasan waktu penyediaan jukung yang hanya dari pukul 10.00 Wita-13.00 Wita karena air laut surut. Jika dilihat situasi pemedek saat ini kebanyakan tangkil pada malam hari. "Ya sekarang kan banyak anak muda tentu tidak tau sejarahnya. Dan kebanyakan juga yang tangkil malam hari, sedangkan malam air mulai surut, jadi itu kendala kami saat ini," jelasnya.
Kata dia, kedepannya dengan kendala tersebut pihaknya lebih banyak mensosialisasikan tentang sejarah bagaimana perjalanan pangelingsir terdahulu untuk mencapai Pura Sakenan. Hal itu diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat dan kembali ingin merasakan bagaimana sensasi proses mencari Pura Sakenan pada zaman dulu sebelum praktis seperti saat ini.
Menurut Budha, yang naik jukung hanya Walikota dan stafnya, selain itu Lurah Sesetan juga sudah mulai mengawali dengan stafnya. Sebab kata dia, yang mengembangkan dari awal pelaksanaan dari 'Jukung Nostalgia' ini memang sudah seharusnya masyarakat setempat. "Kami juga butuh keikutsertaan masyarakat untuk mengembangkan 'Jukung Nostalgia' ini," paparnya.
Dikatakan lebih lanjut, kendati sepi peminat, pihaknya bersama kelompok Nelayan Taman Segara Kodang, dan kelompok nelayan di Pantai Mertasari, akan terus menyediakan jukung untuk masyarakat. "Kami akan terus mencoba, karena ini kan tidak bersifat khusus hanya bagi yang berminat saja. Setiap enam bulan kami akan tetap sediakan sambil disosialisasikan," imbuhnya.
Sementara Perbekel Sanur Kauh, Made Ada, mengatakan karena pertama kalinya di Pantai Mertasari melakukan penyeberangan ke Pura Sakenan dibuka untuk masyarakat memang dipastikan sepi. Namun, kedepan pihaknya mengaku akan terus sosialisasi ke masyarakat khususnya para pamedek agar bisa menarik minat mereka tangkil menggunakan jukung. "Ya selain masyarakat bisa bernostalgia juga ada tambahan pemasukan dari nelayan, Kan bagus saling menguntungkan," ungkapnya. *mis
Hal itu menjadi evaluasi kedepannya bagi Camat Denpasar Selatan kedepannya. Sebab, 'Jukung Nostalgia' tersebut akan disediakan setiap enam bulan sekali saat pujawali di Pura Sakenan. Hal itu dilakukan agar masyarakat Denpasar tidak melupakan budaya leluhur terdahulu dan juga memberikan gambaran sejarah sebelum Pulau Serangan direklamasi seperti saat ini.
Camat Denpasar Selatan, I Wayan Budha, saat dikonfirmasi mengungkapkan, pada pujawali di Pura Sakenan enam bulan lalu juga sepi peminat untuk mencoba menikmati sensasi naik jukung menuju Pura Sakenan. Hal itu karena kebanyakan masyarakat sekarang ini tidak mengetahui bagaimana sejarah orangtua terdahulu tangkil ke Pura Sakenan dengan menyusuri lautan.
Selain itu, yang menjadi kendala saat ini juga karena keterbatasan waktu penyediaan jukung yang hanya dari pukul 10.00 Wita-13.00 Wita karena air laut surut. Jika dilihat situasi pemedek saat ini kebanyakan tangkil pada malam hari. "Ya sekarang kan banyak anak muda tentu tidak tau sejarahnya. Dan kebanyakan juga yang tangkil malam hari, sedangkan malam air mulai surut, jadi itu kendala kami saat ini," jelasnya.
Kata dia, kedepannya dengan kendala tersebut pihaknya lebih banyak mensosialisasikan tentang sejarah bagaimana perjalanan pangelingsir terdahulu untuk mencapai Pura Sakenan. Hal itu diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat dan kembali ingin merasakan bagaimana sensasi proses mencari Pura Sakenan pada zaman dulu sebelum praktis seperti saat ini.
Menurut Budha, yang naik jukung hanya Walikota dan stafnya, selain itu Lurah Sesetan juga sudah mulai mengawali dengan stafnya. Sebab kata dia, yang mengembangkan dari awal pelaksanaan dari 'Jukung Nostalgia' ini memang sudah seharusnya masyarakat setempat. "Kami juga butuh keikutsertaan masyarakat untuk mengembangkan 'Jukung Nostalgia' ini," paparnya.
Dikatakan lebih lanjut, kendati sepi peminat, pihaknya bersama kelompok Nelayan Taman Segara Kodang, dan kelompok nelayan di Pantai Mertasari, akan terus menyediakan jukung untuk masyarakat. "Kami akan terus mencoba, karena ini kan tidak bersifat khusus hanya bagi yang berminat saja. Setiap enam bulan kami akan tetap sediakan sambil disosialisasikan," imbuhnya.
Sementara Perbekel Sanur Kauh, Made Ada, mengatakan karena pertama kalinya di Pantai Mertasari melakukan penyeberangan ke Pura Sakenan dibuka untuk masyarakat memang dipastikan sepi. Namun, kedepan pihaknya mengaku akan terus sosialisasi ke masyarakat khususnya para pamedek agar bisa menarik minat mereka tangkil menggunakan jukung. "Ya selain masyarakat bisa bernostalgia juga ada tambahan pemasukan dari nelayan, Kan bagus saling menguntungkan," ungkapnya. *mis
1
Komentar