Sekaa Nandur Terima Upah Rp 13.000
Sejumlah sekaa nandur atau kelompok tanam padi tampak bekerja saat musim tanam di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem dan Desa Selat Kecamatan Selat Karangasem, Selasa (6/8).
AMLAPURA, NusaBali
Sekaa nandur rela berendam di lumpur demi imbalan Rp 13.000 per jam. Rata-rata per hari bekerja selama 7 jam. Ternyata upah nandur bervariasi, terbukti ada yang dibayar Rp 50.000 per 7 jam.
Anggota sekaa nandur, I Made Sukrada, mengatakan kelompoknya beranggotakan 4 orang. “Kami dibayar Rp 200.000, bekerja dari pukul 07.00 Wita hingga pukul 15.00 Wita. Per orang dapat Rp 50.000,” ungkap di Subak Ganggangan, Banjar Kreteg, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Selasa (6/8). Sementara sistem pengupahan yang berlaku di Banjar Selat Kelod, Desa/Kecamatan Selat, beda lagi. Sekaa beranggotakan dua orang yakni I Wayan Marsa dan I Kadek Bakti dari Banjar Abiantiying, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, upahnya dihitung per jam. “Saya terima upah per orang Rp 13.000 per jam, maksimal mampu bekerja 7 jam,” ungkap Marsa.
Dikatakan, berat menanam padi, kaki berendam di lumpur dan cepat merasa pegal karena terus menunduk. Kaki terasa dingin sementara kaki ke atas terasa panas disengat terik matahari. Petani lainnya, I Kadek Bakti mengatakan sekaa nandur semakin langka. “Anggota kami dua orang, mewilayahi se-Kecamatan Selat. Saya keliling tanam padi, selama setahun hanya sibuk tanam padi sekitar tiga bulan penuh,” jelas Kadek Bakti. *k16
Sekaa nandur rela berendam di lumpur demi imbalan Rp 13.000 per jam. Rata-rata per hari bekerja selama 7 jam. Ternyata upah nandur bervariasi, terbukti ada yang dibayar Rp 50.000 per 7 jam.
Anggota sekaa nandur, I Made Sukrada, mengatakan kelompoknya beranggotakan 4 orang. “Kami dibayar Rp 200.000, bekerja dari pukul 07.00 Wita hingga pukul 15.00 Wita. Per orang dapat Rp 50.000,” ungkap di Subak Ganggangan, Banjar Kreteg, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Selasa (6/8). Sementara sistem pengupahan yang berlaku di Banjar Selat Kelod, Desa/Kecamatan Selat, beda lagi. Sekaa beranggotakan dua orang yakni I Wayan Marsa dan I Kadek Bakti dari Banjar Abiantiying, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, upahnya dihitung per jam. “Saya terima upah per orang Rp 13.000 per jam, maksimal mampu bekerja 7 jam,” ungkap Marsa.
Dikatakan, berat menanam padi, kaki berendam di lumpur dan cepat merasa pegal karena terus menunduk. Kaki terasa dingin sementara kaki ke atas terasa panas disengat terik matahari. Petani lainnya, I Kadek Bakti mengatakan sekaa nandur semakin langka. “Anggota kami dua orang, mewilayahi se-Kecamatan Selat. Saya keliling tanam padi, selama setahun hanya sibuk tanam padi sekitar tiga bulan penuh,” jelas Kadek Bakti. *k16
1
Komentar