Musda Golkar Tabanan Deadlock
Awalnya, Sukaja dapat dukungan 6 PK Golkar, namun 4 di antaranya kemudian alihkan dukungan ke Wirya
Dipicu Dukungan Ganda buat Wirya dan Sukaja
TABANAN, NusaBali
Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Tabanan berlangsung panas, Selasa (21/6), hingga deadlock tanpa keputusan apa pun. Situasi panas dipicu masalah dukungan ganda untuk kandidat incumbent Nyoman Wirya vs sang penantang Wayan Sukaja.
Gara-gara adanya dukungan ganda ini, seorang peserta Musda, I Nyoman Wedha Utama, bahkan sempat menyebut para Ketua Pengurus Kecamatan (PK) Golkar se-Tabanan ‘bajingan’, karena main-main dengan dukungan mereka. masalahnya, sejumlah Ketua PK Golkar sempat mendukung Wayan Sukaja dengan surat bermaterai. Lalu, di tengah jalan, mereka mencabut kembali dukungannya untuk selanjutnya mendukung kandidat incumbent Nyoman Wirya (Ketua DPD II Golkar Tabanan demisioner) juga dengan surat bermaterai.
Informasinya, surat dukungan bermeratai dari para Ketua PK Golkar dan organisasi sayap partai untuk Wayan Sukaja tertanggal 9 Juni 2016. Surat itu sesungguhnya untuk membantu Sukaja mendapatkan rekomendasi dari DPP Golkar agar bisa maju sebagai kandidat Calon Ketua DPD II Golkar Tabanan 2016-2021 melalui Musda. Masalahnya, Sukaja yang mantan Sekretaris DPC PDIP Tabanan 2005-2010 belum 5 tahun jadi kader Golkar.
DPP Golkar pun menurunkan rekomendasi buat Sukaja untuk maju ke Musda Golkar Tabanan. SK DPP Golkar untuk Sukaja tersebut bernomor B-364/Golkar/VI/2016, yang ditandatangani langsung Ketua Umum Setya Novanto dan Sekjen Idrus Marham.
Setelah dapat rekomendasi dari DPP Golkar, Sukaja yang mantan Ketua DPRD Tabanan 2004-2009 kabarnya dapat dukungan 6 dari 10 PK Golkar se-Tabanan, yakni PK Golkar Marga, PK Golkar Tabanan, PK Golkar Penebel, PK Golkar Selemadeg, PK Golkar Selemadeg Barat, dan PK Golkar Pupuan. Namun, 4 dari 6 PK Golkar tersebut mencabut dukungan ke Sukaja dengan tulisan tangan bermateri tertanggal 12 April 2016. Mereka masing-masing PK Golkar Tabanan, PK Golkar Marga, PK Golkar Pupuan, dan PK Golkar Selemadeg. Dukungan mereka dialihkan ke Nyoman Wirya, kandidat incumbent yang kini anggota Fraksi Golkar DPRD Bali Dapil Tabanan. Tanggal surat 12 April 2016 inilah yang di-pertanyakan, sehingga Musda Golkar Tabanan memanas hingga deadlock.
Dalam Musga Golkar Tabanan, Selasa kemarin, ketegangan berawal dari agenda pandangan umum PK Golkar se-Tabanan dan organisai sayap partai, terkait laporan pertanggungjawaban (LPJ) Ketua DPD II Golkar (demisioner) Nyoman Wirya. Ketua PK Golkar Selemadeg Barat, Dewa Putu Nuryasa, dalam pandangan umumnya menyatakan ‘tidak bisa menerima’ LPJ Nyoman Wirya dengan beragam alasan.
Di antaranya, Wirya dinilai tak bisa menjalankan roda partai, sehingga Pengurus Desa (PD) Holkar dan Kelompok Karya (Pokar) tingkat banjar se-Tabanan tidak terbentuk. Selain itu, Wirya juga nilai cacat karena LPJ DPD II Golkar Tabanan terkait bantuan APBD Pemkab Tabanan jadi temuan BPK, bahkan sampai dimintai keterangan oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Tabanan.
Saat bacakan pandangan umumnya, Dewa Nuryasa sekalian menunjukkan dukungan surat para Ketua PK Golkar se-Tabanan lengkap bermaterai untuk mendukung Sukaja. PK Golkar yang diklaim mendukung Sukaja adalah PK Golkar Pupuan, PK Golkar Selemadeg Barat, PK Golkar Marga, dan PK Golkar Tabanan. “Ini ada dari PK Golkar dalam surat bermaterai menyatakan mendukung Pak Sukaja sebagai Ketua DPD II Golkar Tabanan,” ujar Dewa Nuryasa sembari menyebut para Ketua PK Golkar tersebut tak bisa menerima LPJ Ketua DPD II Golkar Tabanan.
Berikutnya, giliran Ketua PK Golkar Penebel, Putu Pidada, naik ke podium. Dalam pandangan umumnya, Putu Pidanamenyatakan bisa menerima LPJ Ketua DPD II Golkar Tabanan, namun pihaknya mendukung Sukaja. Setelah itu, 8 orang sekaligus naik podium untuk menyampaikan pandangan umum, masing-masing Ketua PK Golkar Baturiti (Nyoman Wirama), Ketua PK Golkar Kediri (Wayan Yasa), Ketua PK Golkar Marga (Wayan Suardana), Ketua PK Golkar Kerambitan (Wayan Sunarsa), Ketua PK Golkar Selemadeg Timur (Ketut Budi Adnyana), Ketua PK Golkar Tabanan (I Gusti Ngurah Bagus Indrawan), Ketua PK Golkar PK Selemadeg (Nyoman Suartika), dan Ketua PK Golkar Pupuan (Dewa Agung Gede Agung). Merela kompak menyatakan bisa menerima LPJ dan mendukung kembali Nyoman Wirya sebagai Ketua DPD II Golkar Tabanan 2016-2021.
Selanjutnya, AMPG Tabanan dalam pandangan umumnya yang dibacakan Ida Bagus Suaja, menyatakan tidak bisa menerima LPJ Ketua DPD II Golkar Tabanan dan juga tidak mendukung Nyoman Wirya. AMPG arahkan dukungan ke Sukaja. AMPG menyoroti LPJ yang disampaikan setahun sekali, kepemimpinan Nyoman Wirya tak pernah sampaikan LPJ per bulan, per tri wulan, semester, atau setahun sekali.
Selain soroti PD Golkar dan Pokar yang belum merata, IB Suaja juga menilai kepimimpinan Wirya tak bisa melahirkan saksi saat ada hajatan politik. “Saya juga kritisi LPJ isi minus,” tandas IB Suaja.
Sementara, Dewan Pertimbangan Golkar Tabanan dalam pandanga umumnya yang disampaikan Dewa Putu Gede, menyatakan menerima LPJ dan sekaligus mendukung kembali Wirya. Demikian pula organisasi sayap partai KPPG yang diwakili Putu Panca Wardani, menyatakan menerima LPJ sekaligus mendukung kembali Wirya. Sedangkan Asta Karya diwakili Nyoman Suarsedana bersikap abstain.
Setelah PK Golkar, organisasi sayap partai, dan Dewan Pertimbangan Golkar Tabanan sampaikan pandangan umumnya, pimpinan sidang Musda, I Gusti Putu Wijaya (Wakil Ketua DPD I Golkar Bali) memberikan kesempatan kepada Wirya untuk sampaikan tanggapan. Wirya mengatakan, temuan BPK sudah tidak ada masalah dan telah selesai. Pemeriksaan oleh Kejari Tabanan pun sudah ditutup. “Dalam laporan BPKP kemarin, kita diminta melengkapi bukti yang kurang seperti nota dan lainnya. Itu sudah kita lengkapi dan dinyatakan sudah tak ada masalah,” jelas Wirya.
Terkait PD Golkar dan Pokar yang belum terbentuk merata, Wirya menyebut Golkar yang ada di daerah kekuasaan penguasa sulit mengembangkan organisasi. “Jangankan jadi pengurus, jadi simpatisan pun ketakutan,” katanya. Begitu juga soal saksi. Para saksi yang dikeluarkan caleg justru tidak bertanggung jawab terhadap tugasnya. Setelah absen pulang, selesai pencoblosan datang minta hasil penghitungan suara. Wirya pun mengaku terbuka terhadap semua kritik dari peserta Musda.
Saat sampaikan tanggapan itulah, Wirya sedkalian menunjukkan surat dukungan PK Golkar yang sebelumnya mencabut dukungannya dari Sukaja. Surat penarikan dukungan itu juga dilengkapi materai. Kontan situasi langsung memanas. Wakil Ketua OKK DPD II Golkar Tabanan, Nyoman Wedha Utama, yang notabene pendukung Sukaja, langsung mempertanyakan surat dukungan itu. Wedha Utama bahkan menuding Wirya tak bermoral dan mentalnya rusak karena pertanggungjawaban keuangannya pernah jadi temuan BKP, hingga dimintai keterangan oleh kejaksaan.
“Wirya sudah tidak layak jadi ketua partai, mentalnya telah rusak. Dia telah berkhianat, disuruh memilih Ketut Sudikerta, justru pilih Pak Wayan Geredeg (saat Musda Golkar Bali untuk pemilihan Ketua DPD I Golkar Bali, 10 Desember 2015, Red),” teriak Wedha Utama.
Bukan hanya itu, Wedha Utama juga menyebut para Ketua PK Golkar ‘bajingan’. Indikasinya, ada dukungan ini dan dukungan itu. Kata ‘bajingan’ itulah yang kemudian memantik reaksi dari para Ketua PK Golkar. Mereka yang protes atas umpatan Wedha Utama masing-masing Nyoman Wirama (Ketua PK Golkar Baturiti), Made Asta Darma (pengurus DPD II Golkar Tabanan), dan Ni Made Meliani (Sekretaris DPD II Golkar Tabanan).
Karena situasi memanas, pimpinan sidang IGP Wijaya menskors Musda selama 30 menit dan mengumpulkan para Ketua PK Golkar se-Tabanan. Sektretaris DPD I Golkar Bali Nyoman Sugawa Korry dan fungsionaris DPD I Golkar Bali Dewa Nyoman Suamba Negara juga ikut dalam pertemuan.
Setelah 30 menit berlalu, sidang kembali dibuka dengan agenda pengambilan keputusan tentang LPJ DPD II Golkar Tabanan Nyoman Wirya. Begitu acara dimulai, situasi kembali panas. Masalahnya, Wedha Utama langsung menyatakan menolak. Sidang pun kembali diskors. begitu sidang dilanjutkan lagi, situasi kembali memanas karena Wedha Utama tetap menyatakan penolakan.
Bahkan, Wedha Utama sampai tidak mengizinkan Sugawa Korry untuk menyampaikan jalan tengah. “Anda peserta, saya juga peserta di sini. Biarkan dulu saya bicara,” tegas Sugawa Korry mengingatkan Wedha Utama. Kemudian, Sugawa Korry yang juga Wakil Ketua DPRD Bali menyampaikan LPJ Nyoman Wirya bisa diterima ‘dengan catatan’. “Apabila di kemudian hari temuan BPK kembali bermasalah, maka diselesaikan sesuai dengan tata tertib partai,” jelas Sekretaris DPD I Golkar Bali yang masih merangkap sebagai Ketua DPD II Golkar Buleleng ini.
Pimpinan sidang Musda, IGP Wijaya akhirnya ketok palu menyatakan LPJ Nyoman Wirya diterima ‘dengan catatan’. Selanjutnya, prosesi demisioner, Wirya menyerahkan panji-panji partai kepada DPD I Golkar Bali. Usai penyerahan panji-panji partai, sidang kembali diskors selama 30 menit, sebelum lanjut ke agenda pemilihan Ketua DPD II Golkar Tabanan 2016-2021.
Saat skors 30 menit itu, Wirya menyambangi Wedha Utamat dan keduanya bersalam-salaman. Wirya juga menemui Wayan Sukaja dan mereka berpelukan serta bersalaman. Bahkan, ada kader yang nyeletuk agar Wirya dan Sukaja bersatu. “Ya, kita harus bersatu untuk kebesaran Golkar,” jawab Wirya.
Begitu Musda dilanjut dengan agenda pemilihan Ketua DPD II Golkar Tabanan, Selasa petang pukul 18.30 Wita, Wedha Utama langsung memberondongkan pertanyaan terkait dukungan para Ketua PK Golkar. Dia mempertanyakan PK Golkar yang menarik dukungan untuk Sukaja per 12 April 2016, padahal dukungan ke Sukaja itu sendiri diteken tanggal 20 Juni 2016.
Namun, IGP Wijaya selaku pimpinan sidang tidak menanggapinya. Wijaya langsung menyampaikan mekanisme pemilihan dengan memanggil satu per satu voter (pemilik suara). Musda DPD II Golkar Tabanan ada 15 voter yakni PK Golkar (10 suara), DPD II Golkar Tabanan (1 suara), Dewan Pertimbangan Golkar Tabanan (1 suara), DPD I Golkar Bali (1 suara), dan organisasi sayap partai (2 suara).
Wedha Utama langsung menyela dengan pertanyaan dualisme dukungan PK Golkar dalam bentuk surat bermaterai. Pertanyaannya dijawab oleh Asta Darma yang menyebut surat itu tidak berlaku dan dia mengajak berjalan sesuai tatib yang disepakati. Sekretaris DPD II Golkar Tabanan Made Meliani juga menyebut dukungan riil dalam Musda adalah langsung dari para voter. “Di Munas kemarin juga ada dukungan seperti itu, tapi tak berlaku. Jalankan saja sesuai tatib,” tandas Ketua Fraksi Golkar DPRD Tabanan ini.
Situasi tambah kacau karena suara dari luar arena begitu keras masuk dan mengganggu. Mereka terus menyatakan penolakan terhadap LPJ Nyoman Wirya. Sidang Musda pun kembali diskors sampai batas waktu yang tak ditentukan alias deadlock. “Sidang ini saya skor sampai batas waktu yang tak ditentukan. Nanti akan ada keputusan DPD I Golkar Bali,” tegas Wijaya.
Seusai ketok palu, politisi senior Golkar asal Desa Kutuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan ini langsung meninggalkan arena Musda. Sementara, Ketua PK Golkar Selemadeg Barat, Dewa Putu Nuryasa, terlihat emosi. Bahkan, politisi yang akrab dipanggil Dewa Jangkrik ini sampai ditenangkan Kapolres Tabanan, AKBP Putu Putera Sadana. Begitu juga Wedha Utama yang masih tak puas dan meneriakan hujatan. Agar tak ada ketegangan lagi, Kasat Sabhara Polres Tabanan, AKP I Gusti Putu Sudara, meminta kader Golkar pulang ke rumah masing-masing, karena Musda dinyatakan diskors. 7 k21
TABANAN, NusaBali
Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Tabanan berlangsung panas, Selasa (21/6), hingga deadlock tanpa keputusan apa pun. Situasi panas dipicu masalah dukungan ganda untuk kandidat incumbent Nyoman Wirya vs sang penantang Wayan Sukaja.
Gara-gara adanya dukungan ganda ini, seorang peserta Musda, I Nyoman Wedha Utama, bahkan sempat menyebut para Ketua Pengurus Kecamatan (PK) Golkar se-Tabanan ‘bajingan’, karena main-main dengan dukungan mereka. masalahnya, sejumlah Ketua PK Golkar sempat mendukung Wayan Sukaja dengan surat bermaterai. Lalu, di tengah jalan, mereka mencabut kembali dukungannya untuk selanjutnya mendukung kandidat incumbent Nyoman Wirya (Ketua DPD II Golkar Tabanan demisioner) juga dengan surat bermaterai.
Informasinya, surat dukungan bermeratai dari para Ketua PK Golkar dan organisasi sayap partai untuk Wayan Sukaja tertanggal 9 Juni 2016. Surat itu sesungguhnya untuk membantu Sukaja mendapatkan rekomendasi dari DPP Golkar agar bisa maju sebagai kandidat Calon Ketua DPD II Golkar Tabanan 2016-2021 melalui Musda. Masalahnya, Sukaja yang mantan Sekretaris DPC PDIP Tabanan 2005-2010 belum 5 tahun jadi kader Golkar.
DPP Golkar pun menurunkan rekomendasi buat Sukaja untuk maju ke Musda Golkar Tabanan. SK DPP Golkar untuk Sukaja tersebut bernomor B-364/Golkar/VI/2016, yang ditandatangani langsung Ketua Umum Setya Novanto dan Sekjen Idrus Marham.
Setelah dapat rekomendasi dari DPP Golkar, Sukaja yang mantan Ketua DPRD Tabanan 2004-2009 kabarnya dapat dukungan 6 dari 10 PK Golkar se-Tabanan, yakni PK Golkar Marga, PK Golkar Tabanan, PK Golkar Penebel, PK Golkar Selemadeg, PK Golkar Selemadeg Barat, dan PK Golkar Pupuan. Namun, 4 dari 6 PK Golkar tersebut mencabut dukungan ke Sukaja dengan tulisan tangan bermateri tertanggal 12 April 2016. Mereka masing-masing PK Golkar Tabanan, PK Golkar Marga, PK Golkar Pupuan, dan PK Golkar Selemadeg. Dukungan mereka dialihkan ke Nyoman Wirya, kandidat incumbent yang kini anggota Fraksi Golkar DPRD Bali Dapil Tabanan. Tanggal surat 12 April 2016 inilah yang di-pertanyakan, sehingga Musda Golkar Tabanan memanas hingga deadlock.
Dalam Musga Golkar Tabanan, Selasa kemarin, ketegangan berawal dari agenda pandangan umum PK Golkar se-Tabanan dan organisai sayap partai, terkait laporan pertanggungjawaban (LPJ) Ketua DPD II Golkar (demisioner) Nyoman Wirya. Ketua PK Golkar Selemadeg Barat, Dewa Putu Nuryasa, dalam pandangan umumnya menyatakan ‘tidak bisa menerima’ LPJ Nyoman Wirya dengan beragam alasan.
Di antaranya, Wirya dinilai tak bisa menjalankan roda partai, sehingga Pengurus Desa (PD) Holkar dan Kelompok Karya (Pokar) tingkat banjar se-Tabanan tidak terbentuk. Selain itu, Wirya juga nilai cacat karena LPJ DPD II Golkar Tabanan terkait bantuan APBD Pemkab Tabanan jadi temuan BPK, bahkan sampai dimintai keterangan oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Tabanan.
Saat bacakan pandangan umumnya, Dewa Nuryasa sekalian menunjukkan dukungan surat para Ketua PK Golkar se-Tabanan lengkap bermaterai untuk mendukung Sukaja. PK Golkar yang diklaim mendukung Sukaja adalah PK Golkar Pupuan, PK Golkar Selemadeg Barat, PK Golkar Marga, dan PK Golkar Tabanan. “Ini ada dari PK Golkar dalam surat bermaterai menyatakan mendukung Pak Sukaja sebagai Ketua DPD II Golkar Tabanan,” ujar Dewa Nuryasa sembari menyebut para Ketua PK Golkar tersebut tak bisa menerima LPJ Ketua DPD II Golkar Tabanan.
Berikutnya, giliran Ketua PK Golkar Penebel, Putu Pidada, naik ke podium. Dalam pandangan umumnya, Putu Pidanamenyatakan bisa menerima LPJ Ketua DPD II Golkar Tabanan, namun pihaknya mendukung Sukaja. Setelah itu, 8 orang sekaligus naik podium untuk menyampaikan pandangan umum, masing-masing Ketua PK Golkar Baturiti (Nyoman Wirama), Ketua PK Golkar Kediri (Wayan Yasa), Ketua PK Golkar Marga (Wayan Suardana), Ketua PK Golkar Kerambitan (Wayan Sunarsa), Ketua PK Golkar Selemadeg Timur (Ketut Budi Adnyana), Ketua PK Golkar Tabanan (I Gusti Ngurah Bagus Indrawan), Ketua PK Golkar PK Selemadeg (Nyoman Suartika), dan Ketua PK Golkar Pupuan (Dewa Agung Gede Agung). Merela kompak menyatakan bisa menerima LPJ dan mendukung kembali Nyoman Wirya sebagai Ketua DPD II Golkar Tabanan 2016-2021.
Selanjutnya, AMPG Tabanan dalam pandangan umumnya yang dibacakan Ida Bagus Suaja, menyatakan tidak bisa menerima LPJ Ketua DPD II Golkar Tabanan dan juga tidak mendukung Nyoman Wirya. AMPG arahkan dukungan ke Sukaja. AMPG menyoroti LPJ yang disampaikan setahun sekali, kepemimpinan Nyoman Wirya tak pernah sampaikan LPJ per bulan, per tri wulan, semester, atau setahun sekali.
Selain soroti PD Golkar dan Pokar yang belum merata, IB Suaja juga menilai kepimimpinan Wirya tak bisa melahirkan saksi saat ada hajatan politik. “Saya juga kritisi LPJ isi minus,” tandas IB Suaja.
Sementara, Dewan Pertimbangan Golkar Tabanan dalam pandanga umumnya yang disampaikan Dewa Putu Gede, menyatakan menerima LPJ dan sekaligus mendukung kembali Wirya. Demikian pula organisasi sayap partai KPPG yang diwakili Putu Panca Wardani, menyatakan menerima LPJ sekaligus mendukung kembali Wirya. Sedangkan Asta Karya diwakili Nyoman Suarsedana bersikap abstain.
Setelah PK Golkar, organisasi sayap partai, dan Dewan Pertimbangan Golkar Tabanan sampaikan pandangan umumnya, pimpinan sidang Musda, I Gusti Putu Wijaya (Wakil Ketua DPD I Golkar Bali) memberikan kesempatan kepada Wirya untuk sampaikan tanggapan. Wirya mengatakan, temuan BPK sudah tidak ada masalah dan telah selesai. Pemeriksaan oleh Kejari Tabanan pun sudah ditutup. “Dalam laporan BPKP kemarin, kita diminta melengkapi bukti yang kurang seperti nota dan lainnya. Itu sudah kita lengkapi dan dinyatakan sudah tak ada masalah,” jelas Wirya.
Terkait PD Golkar dan Pokar yang belum terbentuk merata, Wirya menyebut Golkar yang ada di daerah kekuasaan penguasa sulit mengembangkan organisasi. “Jangankan jadi pengurus, jadi simpatisan pun ketakutan,” katanya. Begitu juga soal saksi. Para saksi yang dikeluarkan caleg justru tidak bertanggung jawab terhadap tugasnya. Setelah absen pulang, selesai pencoblosan datang minta hasil penghitungan suara. Wirya pun mengaku terbuka terhadap semua kritik dari peserta Musda.
Saat sampaikan tanggapan itulah, Wirya sedkalian menunjukkan surat dukungan PK Golkar yang sebelumnya mencabut dukungannya dari Sukaja. Surat penarikan dukungan itu juga dilengkapi materai. Kontan situasi langsung memanas. Wakil Ketua OKK DPD II Golkar Tabanan, Nyoman Wedha Utama, yang notabene pendukung Sukaja, langsung mempertanyakan surat dukungan itu. Wedha Utama bahkan menuding Wirya tak bermoral dan mentalnya rusak karena pertanggungjawaban keuangannya pernah jadi temuan BKP, hingga dimintai keterangan oleh kejaksaan.
“Wirya sudah tidak layak jadi ketua partai, mentalnya telah rusak. Dia telah berkhianat, disuruh memilih Ketut Sudikerta, justru pilih Pak Wayan Geredeg (saat Musda Golkar Bali untuk pemilihan Ketua DPD I Golkar Bali, 10 Desember 2015, Red),” teriak Wedha Utama.
Bukan hanya itu, Wedha Utama juga menyebut para Ketua PK Golkar ‘bajingan’. Indikasinya, ada dukungan ini dan dukungan itu. Kata ‘bajingan’ itulah yang kemudian memantik reaksi dari para Ketua PK Golkar. Mereka yang protes atas umpatan Wedha Utama masing-masing Nyoman Wirama (Ketua PK Golkar Baturiti), Made Asta Darma (pengurus DPD II Golkar Tabanan), dan Ni Made Meliani (Sekretaris DPD II Golkar Tabanan).
Karena situasi memanas, pimpinan sidang IGP Wijaya menskors Musda selama 30 menit dan mengumpulkan para Ketua PK Golkar se-Tabanan. Sektretaris DPD I Golkar Bali Nyoman Sugawa Korry dan fungsionaris DPD I Golkar Bali Dewa Nyoman Suamba Negara juga ikut dalam pertemuan.
Setelah 30 menit berlalu, sidang kembali dibuka dengan agenda pengambilan keputusan tentang LPJ DPD II Golkar Tabanan Nyoman Wirya. Begitu acara dimulai, situasi kembali panas. Masalahnya, Wedha Utama langsung menyatakan menolak. Sidang pun kembali diskors. begitu sidang dilanjutkan lagi, situasi kembali memanas karena Wedha Utama tetap menyatakan penolakan.
Bahkan, Wedha Utama sampai tidak mengizinkan Sugawa Korry untuk menyampaikan jalan tengah. “Anda peserta, saya juga peserta di sini. Biarkan dulu saya bicara,” tegas Sugawa Korry mengingatkan Wedha Utama. Kemudian, Sugawa Korry yang juga Wakil Ketua DPRD Bali menyampaikan LPJ Nyoman Wirya bisa diterima ‘dengan catatan’. “Apabila di kemudian hari temuan BPK kembali bermasalah, maka diselesaikan sesuai dengan tata tertib partai,” jelas Sekretaris DPD I Golkar Bali yang masih merangkap sebagai Ketua DPD II Golkar Buleleng ini.
Pimpinan sidang Musda, IGP Wijaya akhirnya ketok palu menyatakan LPJ Nyoman Wirya diterima ‘dengan catatan’. Selanjutnya, prosesi demisioner, Wirya menyerahkan panji-panji partai kepada DPD I Golkar Bali. Usai penyerahan panji-panji partai, sidang kembali diskors selama 30 menit, sebelum lanjut ke agenda pemilihan Ketua DPD II Golkar Tabanan 2016-2021.
Saat skors 30 menit itu, Wirya menyambangi Wedha Utamat dan keduanya bersalam-salaman. Wirya juga menemui Wayan Sukaja dan mereka berpelukan serta bersalaman. Bahkan, ada kader yang nyeletuk agar Wirya dan Sukaja bersatu. “Ya, kita harus bersatu untuk kebesaran Golkar,” jawab Wirya.
Begitu Musda dilanjut dengan agenda pemilihan Ketua DPD II Golkar Tabanan, Selasa petang pukul 18.30 Wita, Wedha Utama langsung memberondongkan pertanyaan terkait dukungan para Ketua PK Golkar. Dia mempertanyakan PK Golkar yang menarik dukungan untuk Sukaja per 12 April 2016, padahal dukungan ke Sukaja itu sendiri diteken tanggal 20 Juni 2016.
Namun, IGP Wijaya selaku pimpinan sidang tidak menanggapinya. Wijaya langsung menyampaikan mekanisme pemilihan dengan memanggil satu per satu voter (pemilik suara). Musda DPD II Golkar Tabanan ada 15 voter yakni PK Golkar (10 suara), DPD II Golkar Tabanan (1 suara), Dewan Pertimbangan Golkar Tabanan (1 suara), DPD I Golkar Bali (1 suara), dan organisasi sayap partai (2 suara).
Wedha Utama langsung menyela dengan pertanyaan dualisme dukungan PK Golkar dalam bentuk surat bermaterai. Pertanyaannya dijawab oleh Asta Darma yang menyebut surat itu tidak berlaku dan dia mengajak berjalan sesuai tatib yang disepakati. Sekretaris DPD II Golkar Tabanan Made Meliani juga menyebut dukungan riil dalam Musda adalah langsung dari para voter. “Di Munas kemarin juga ada dukungan seperti itu, tapi tak berlaku. Jalankan saja sesuai tatib,” tandas Ketua Fraksi Golkar DPRD Tabanan ini.
Situasi tambah kacau karena suara dari luar arena begitu keras masuk dan mengganggu. Mereka terus menyatakan penolakan terhadap LPJ Nyoman Wirya. Sidang Musda pun kembali diskors sampai batas waktu yang tak ditentukan alias deadlock. “Sidang ini saya skor sampai batas waktu yang tak ditentukan. Nanti akan ada keputusan DPD I Golkar Bali,” tegas Wijaya.
Seusai ketok palu, politisi senior Golkar asal Desa Kutuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan ini langsung meninggalkan arena Musda. Sementara, Ketua PK Golkar Selemadeg Barat, Dewa Putu Nuryasa, terlihat emosi. Bahkan, politisi yang akrab dipanggil Dewa Jangkrik ini sampai ditenangkan Kapolres Tabanan, AKBP Putu Putera Sadana. Begitu juga Wedha Utama yang masih tak puas dan meneriakan hujatan. Agar tak ada ketegangan lagi, Kasat Sabhara Polres Tabanan, AKP I Gusti Putu Sudara, meminta kader Golkar pulang ke rumah masing-masing, karena Musda dinyatakan diskors. 7 k21
Komentar