Terumbu Karang Perairan Gianyar Rusak
Faktor kerusakan selain karena ulah manusia, juga faktor alam, seperti derasnya arus laut.
GIANYAR, NusaBali
Kabupaten Gianyar memiliki garis pantai terpendek di Bali yakni hanya 14,13 km. Sepanjang garis pantai ini, selain sebagai akomodasi pariwisata juga sebagai penghidupan bagi nelayan di Gianyar.
Di sepanjang garis pantai tersebut, Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Kelautan mencatat terdapat sekitar 70 hektare kawasan terumbu karang. Namun sebagian kondisi dari terumbu karang tersebut mengalami kerusakan. Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Kelautan Dewi Hariani, kerusakan terumbu karang tersebut diduga karena ulah manusia. Antara lain, tersangkut sampah plastik atau pencarian ikan semacam lobster dengan menambatkan jaring di terumbu karang. “Faktor kerusakan selain karena ulah manusia, juga faktor alam, seperti derasnya arus laut,” terang Dewi Hariani, Kamis (8/8).
Untuk menyelamatkan terumbu karang, Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Perikanan mengajak nelayan di Gianyar berlatih membuat terumbu karang. “Beberapa waktu lalu, kami latih nelayan tentang aplikasi laut dan Pelatihan Terumbu Karang,” bebernya. Pelatihan tersebut diikuti perwakilan nelayan kabupaten lain termasuk 20 nelayan dari Gianyar. Dijelaskan, kepada nelayan diharapkan ikut menjaga ekosistem terumbu karang, mengingat ikan-ikan kecil tumbuh disana beranak pinak, sehingga saat ikan tersebut besar, nelayan mendapat tangkapan.
Berkaitan dengan Pelatihan Aplikasi Laut, nelayan diberikan aplikasi dari HP android mengenai kondisi ombak, kondisi cuaca, posisi ikan, penghabisan BBM saat melaut dan aplikasi lain seperti potensi tsunami. “Sebelumnya nelayan menggunakan model konvensional, asal melaut, sehingga sering pulang dengan tangan kosong,” bebernya. Dengan aplikasi tersebut, nelayan bisa memantau dimana posisi ikan dan bergerak ke arah mana, sehingga nelayan bisa menetukan dari arah mana melakukan tangkapan.
Sebagian nelayan Gianyar dari 770 nelayan sudah menggunakan aplikasi tersebut. Sehingga walau kondisi laut cukup tenang, bila aplikasi menunjukkan tidak ada ikan, maka nelayan tidak perlu melaut, “Karena dipastikan pulang dengan tangan kosong,” ungkapnya. Dengan aplikasi tersebut, akan diketahui berapa BBM yang dihabiskan, mengingat jarak tempuh ke laut lepas pada posisi ikan sudah dihitung jarak tempuh. “Nelayan sudah dimanja sekarang, selain mendapatkan HP juga mendapat aplikasi, tinggal pantau aplikasi, bila cuaca baik dan ada ikan langsung melaut, sehingga pulang melaut membawa hasil,” ujarnya. *nvi
Di sepanjang garis pantai tersebut, Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Kelautan mencatat terdapat sekitar 70 hektare kawasan terumbu karang. Namun sebagian kondisi dari terumbu karang tersebut mengalami kerusakan. Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Kelautan Dewi Hariani, kerusakan terumbu karang tersebut diduga karena ulah manusia. Antara lain, tersangkut sampah plastik atau pencarian ikan semacam lobster dengan menambatkan jaring di terumbu karang. “Faktor kerusakan selain karena ulah manusia, juga faktor alam, seperti derasnya arus laut,” terang Dewi Hariani, Kamis (8/8).
Untuk menyelamatkan terumbu karang, Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Perikanan mengajak nelayan di Gianyar berlatih membuat terumbu karang. “Beberapa waktu lalu, kami latih nelayan tentang aplikasi laut dan Pelatihan Terumbu Karang,” bebernya. Pelatihan tersebut diikuti perwakilan nelayan kabupaten lain termasuk 20 nelayan dari Gianyar. Dijelaskan, kepada nelayan diharapkan ikut menjaga ekosistem terumbu karang, mengingat ikan-ikan kecil tumbuh disana beranak pinak, sehingga saat ikan tersebut besar, nelayan mendapat tangkapan.
Berkaitan dengan Pelatihan Aplikasi Laut, nelayan diberikan aplikasi dari HP android mengenai kondisi ombak, kondisi cuaca, posisi ikan, penghabisan BBM saat melaut dan aplikasi lain seperti potensi tsunami. “Sebelumnya nelayan menggunakan model konvensional, asal melaut, sehingga sering pulang dengan tangan kosong,” bebernya. Dengan aplikasi tersebut, nelayan bisa memantau dimana posisi ikan dan bergerak ke arah mana, sehingga nelayan bisa menetukan dari arah mana melakukan tangkapan.
Sebagian nelayan Gianyar dari 770 nelayan sudah menggunakan aplikasi tersebut. Sehingga walau kondisi laut cukup tenang, bila aplikasi menunjukkan tidak ada ikan, maka nelayan tidak perlu melaut, “Karena dipastikan pulang dengan tangan kosong,” ungkapnya. Dengan aplikasi tersebut, akan diketahui berapa BBM yang dihabiskan, mengingat jarak tempuh ke laut lepas pada posisi ikan sudah dihitung jarak tempuh. “Nelayan sudah dimanja sekarang, selain mendapatkan HP juga mendapat aplikasi, tinggal pantau aplikasi, bila cuaca baik dan ada ikan langsung melaut, sehingga pulang melaut membawa hasil,” ujarnya. *nvi
Komentar