Legong Pangeleb Jadi Gambaran Emansipasi Wanita
Dua tarian legong khas Buleleng di-workshop-kan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Kamis (8/8) di Puri Seni Sasana Budaya.
SINGARAJA, NusaBali
Tari Legong Tombol dan Legong Pangeleb, mewakili gaya tetabuhan Dauh Enjung dan Dangin Enjung dimasyarakatkan kembali ke seluruh sanggar seni dan generasi muda Buleleng.
Kedua tarian khas Buleleng itu pun dikupas habis dengan menghadirkan maestro seninya langsung, perekonstruksi termasuk dari Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibiya) Kabupaten Buleleng. Workshop pun dimulai dengan penampilan tarian yang diiringi tabuh yang dimainkan langsung oleh sekaa gongnya.
Kesempatan pertama diberikan kepada maestro seni Made Keranca, asal Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan Buleleng, yang merekonstruksi Legong Pangeleb di tahun 2010 lalu. Menurut penjelasannya, Tari Pangeleb yang mewakili peradaban Gong Kebyar Dangin Enjung, yang saat diciptakan oleh Cening Winten, seniman asal Desa Menyali, Kecamatan Sawan Buleleng.
Tari Pangeleb ini disebut Keranca pertama kali ditontonnya pada tahun 1957, saat itu dia diajak menonton oleh kakeknya Pan Wandres. Hanya saja eksistensi Tari Pangeleb asli ciptaan seniman Buleleng tak berangsung lama. Tarian ini pun mulai meredup dan akhirnya hampir terlupakan.
“Setelah saya bergabung dengan sanggar Cundamani di Ubud Gianyar, saya mulai merekonstruksi tarian ini.Aawalnya memang durasinya sangat pendek dan gerakannya hanya saat duduk di kursi dan sedikit saat berdiri. Saat tahun 2010 ini saya sempurnakan sedikit tanpa mengurangi yang asli,” jelasnya saat ditemui usai workshop.
Tari Pangeleb disebut maestro Keranca, memiliki keunikan dan filosofi yang tinggi. Tarian yang dominan menggambarkan sosok seorang wanita yang awalnya terkungkung dan terbelenggu pada aturan masa kuno. Simbol itu digambarkan dengan penari yang menari hanya di atas kursi dan tidak melakukan pergerakan banyak seperti tari pada umumnya.
Dalam garapan rekonstruksinya Keranca pun menyempurnakan gerakan yang diadopsi dari emansipasi wanita yang mulai menyamai pria. Gerakan yang tadinya statis di atas kursi, ditambahkan gerakan melompat dan perpindahan dari satu titik ke titik lain, melambangkan kebebasan seorang wanita. Pakaian yang dulu sangat sederhana menyerupai tari pendet dimodifikasi disesuaikan menggunakan konsep kebaya yang berhias prada sebagai jati diri kain Bali.
Dalam kesempatan yang sama juga diseminarkan Legong Tombol yang pada tahun 1950an berkembang di Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar Buleleng dan sekitarnya sebagai perwakilan peradaban gaya gong kebyar Dauh Enjung. Tarian yang sempat mati suri ini kemudian direkonstruksi pada tahun 2013 lalu oleh Ida Ayu Wimba Ruspawati. Dalam pemaparan sejarah dan konsep gerak hingga kostum penari, Dayu Wimba menyebut tari Legong Tombol itu memang memiliki ciri khas Buleleng.
Tarian ini jauh berbeda dari tarian legong di Bali Selatan. “Gerak tidak jauh dari kekebyaran ada nafas tari semirang,” jelas dosen di ISI Denpasar ini.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Gede Komang mengatakan penyelenggaaraan workshop tarian khas Buleleng itu untuk memberikan standarisasi dan pakem seragam di seluruh sanggar seni yang ada di Buleleng terkait tari Legong Tombol dan Legong Pangeleb. Workshop yang dirangkaikan dengan pagelaran Bulfest 2019 ini merupakan upaya Pemkab Buleleng melestarikan kesenian yang banyak diciptakan maestro seni Buleleng. *k23
Kedua tarian khas Buleleng itu pun dikupas habis dengan menghadirkan maestro seninya langsung, perekonstruksi termasuk dari Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibiya) Kabupaten Buleleng. Workshop pun dimulai dengan penampilan tarian yang diiringi tabuh yang dimainkan langsung oleh sekaa gongnya.
Kesempatan pertama diberikan kepada maestro seni Made Keranca, asal Desa Jagaraga, Kecamatan Sawan Buleleng, yang merekonstruksi Legong Pangeleb di tahun 2010 lalu. Menurut penjelasannya, Tari Pangeleb yang mewakili peradaban Gong Kebyar Dangin Enjung, yang saat diciptakan oleh Cening Winten, seniman asal Desa Menyali, Kecamatan Sawan Buleleng.
Tari Pangeleb ini disebut Keranca pertama kali ditontonnya pada tahun 1957, saat itu dia diajak menonton oleh kakeknya Pan Wandres. Hanya saja eksistensi Tari Pangeleb asli ciptaan seniman Buleleng tak berangsung lama. Tarian ini pun mulai meredup dan akhirnya hampir terlupakan.
“Setelah saya bergabung dengan sanggar Cundamani di Ubud Gianyar, saya mulai merekonstruksi tarian ini.Aawalnya memang durasinya sangat pendek dan gerakannya hanya saat duduk di kursi dan sedikit saat berdiri. Saat tahun 2010 ini saya sempurnakan sedikit tanpa mengurangi yang asli,” jelasnya saat ditemui usai workshop.
Tari Pangeleb disebut maestro Keranca, memiliki keunikan dan filosofi yang tinggi. Tarian yang dominan menggambarkan sosok seorang wanita yang awalnya terkungkung dan terbelenggu pada aturan masa kuno. Simbol itu digambarkan dengan penari yang menari hanya di atas kursi dan tidak melakukan pergerakan banyak seperti tari pada umumnya.
Dalam garapan rekonstruksinya Keranca pun menyempurnakan gerakan yang diadopsi dari emansipasi wanita yang mulai menyamai pria. Gerakan yang tadinya statis di atas kursi, ditambahkan gerakan melompat dan perpindahan dari satu titik ke titik lain, melambangkan kebebasan seorang wanita. Pakaian yang dulu sangat sederhana menyerupai tari pendet dimodifikasi disesuaikan menggunakan konsep kebaya yang berhias prada sebagai jati diri kain Bali.
Dalam kesempatan yang sama juga diseminarkan Legong Tombol yang pada tahun 1950an berkembang di Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar Buleleng dan sekitarnya sebagai perwakilan peradaban gaya gong kebyar Dauh Enjung. Tarian yang sempat mati suri ini kemudian direkonstruksi pada tahun 2013 lalu oleh Ida Ayu Wimba Ruspawati. Dalam pemaparan sejarah dan konsep gerak hingga kostum penari, Dayu Wimba menyebut tari Legong Tombol itu memang memiliki ciri khas Buleleng.
Tarian ini jauh berbeda dari tarian legong di Bali Selatan. “Gerak tidak jauh dari kekebyaran ada nafas tari semirang,” jelas dosen di ISI Denpasar ini.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Gede Komang mengatakan penyelenggaaraan workshop tarian khas Buleleng itu untuk memberikan standarisasi dan pakem seragam di seluruh sanggar seni yang ada di Buleleng terkait tari Legong Tombol dan Legong Pangeleb. Workshop yang dirangkaikan dengan pagelaran Bulfest 2019 ini merupakan upaya Pemkab Buleleng melestarikan kesenian yang banyak diciptakan maestro seni Buleleng. *k23
1
Komentar