Penularan HIV Lewat Jarum Suntik Menurun
Penularan virus HIV melalui penggunaan jarum suntik saat ini, alami penurunan menjadi 0,7 persen, sedangkan penularan tertinggi melalui hubungan seksual.
DENPASAR, NusaBali
"Kalau 10 tahun lalu, jumlah HIV penularannya tertinggi lewat jarum suntik, terus kedua itu melalui hubungan seksual. Nah, kalau sekarang penularan tertinggi melalui hubungan seksual, sedangkan penularan lewat jarum suntik sudah menurun jadi 0,7 persen," kata Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali, I Made Suprapta, dikonfirmasi via telepon, Jumat (9/8).
Ia mengatakan alasan dari penurunan ini, didasarkan pada resiko penularan lewat jarum suntik lebih tinggi dibandingkan hubungan seksual, karena bersentuhan langsung dengan darah. Untuk itu, diasumsikan penggunaan jarum suntik menempati urutan kedua setelah faktor hubungan seksual.
Terdapat faktor risiko yang menjadi acuan proses penularan HIV/AIDS terjadi, dari perhitungan dari 1987 hingga Maret 2019 yaitu penularan terbanyak melalui hubungan seksual baik heteroseksual dengan total 76,4 persen maupun homoseksual dengan total 14,2 persen.
Diterangkan, bahwa saat ini untuk generasi baru yang memilih menggunakan narkotika melalui jarum suntik sudah berkurang. Disamping itu, mulai banyak pengguna narkotika menggunakan dengan cara minum.
"Biasanya mereka lebih senang menggunakan narkoba dengan cara minum, selain lebih mudah didapat dan cara membawanya relatif lebih aman," jelasnya.
Dengan pola-pola penggunaannya yang sekarang sudah berubah menjadi cara minum ini sebenarnya memutus rantai penularan. Apabila narkotika jenis heroin digunakan dengan jarum dan kondisinya tidak steril serta secara bergantian, hal itu berpotensi menularkan, di saat satu pengidap HIV menggunakan jarum secara bergantian maka pengguna yang sebelumnya tidak mengidap HIV akan tertular. "Selain itu, karena harga narkotika sendiri yang mahal, jadi harus patungan membeli, misal ketika dioplos satu gram digunakan berlima dan salah satu ada yang HIV, lalu menggunakan seperempat, atau seperlima nya lalu dipindahkan ke teman, maka 99,9% virus tertular ke teman lainnya akibat dari satu orang ini," ungkapnya.
Made Suprapta menjelaskan upaya yang dilakukan dalam menghentikan penyebaran kasus HIV agar tidak berubah menjadi AIDS dengan pengobatan ARV (antiretroviral). Untuk itu, pihaknya mengharapkan jumlah kasus HIV terbanyak dari rentang usia rawan yaitu 20 hingga 39 tahun dapat menurun. *ant
Ia mengatakan alasan dari penurunan ini, didasarkan pada resiko penularan lewat jarum suntik lebih tinggi dibandingkan hubungan seksual, karena bersentuhan langsung dengan darah. Untuk itu, diasumsikan penggunaan jarum suntik menempati urutan kedua setelah faktor hubungan seksual.
Terdapat faktor risiko yang menjadi acuan proses penularan HIV/AIDS terjadi, dari perhitungan dari 1987 hingga Maret 2019 yaitu penularan terbanyak melalui hubungan seksual baik heteroseksual dengan total 76,4 persen maupun homoseksual dengan total 14,2 persen.
Diterangkan, bahwa saat ini untuk generasi baru yang memilih menggunakan narkotika melalui jarum suntik sudah berkurang. Disamping itu, mulai banyak pengguna narkotika menggunakan dengan cara minum.
"Biasanya mereka lebih senang menggunakan narkoba dengan cara minum, selain lebih mudah didapat dan cara membawanya relatif lebih aman," jelasnya.
Dengan pola-pola penggunaannya yang sekarang sudah berubah menjadi cara minum ini sebenarnya memutus rantai penularan. Apabila narkotika jenis heroin digunakan dengan jarum dan kondisinya tidak steril serta secara bergantian, hal itu berpotensi menularkan, di saat satu pengidap HIV menggunakan jarum secara bergantian maka pengguna yang sebelumnya tidak mengidap HIV akan tertular. "Selain itu, karena harga narkotika sendiri yang mahal, jadi harus patungan membeli, misal ketika dioplos satu gram digunakan berlima dan salah satu ada yang HIV, lalu menggunakan seperempat, atau seperlima nya lalu dipindahkan ke teman, maka 99,9% virus tertular ke teman lainnya akibat dari satu orang ini," ungkapnya.
Made Suprapta menjelaskan upaya yang dilakukan dalam menghentikan penyebaran kasus HIV agar tidak berubah menjadi AIDS dengan pengobatan ARV (antiretroviral). Untuk itu, pihaknya mengharapkan jumlah kasus HIV terbanyak dari rentang usia rawan yaitu 20 hingga 39 tahun dapat menurun. *ant
1
Komentar