Meriahkan HUT RI, Payangan Gelar Lomba Aksara Bali
Penyuluh Bahasa Bali (PBB) Kecamatan Payangan, Gianyar turut serta memeriahkan HUT RI ke-74, dengan Lomba Nyurat Aksara Bali.
GIANYAR, NusaBali
Lomba untuk melestarikan aksara Bali, di Gedung Serba Guna, Kecamatan Payangan, Jumat (9/8). Lomba diikuti oleh siswa sekolah dasar (SD) yang mewakili desa masing-masing se- Kecamatan Payangan. Koordinator Lomba I Gde Nyana Kesuma menjelaskan lomba ini baru pertama kali digelar di Payangan. “Penyelenggara dilakukan oleh pemerintah kecamatan, namun kami di Penyuluh Bahasa Bali yang mengkondisikan persiapan acara hingga pelaksanaannya,” jelas pemuda 25 tahun tersebut.
Terdapat tiga jenis perlombaan yang diadakan. Terdiri atas Dharmagita sebanyak sembilan pasang, masatua Bali sebanyak sembilan peserta, dan nyurat aksara Bali sebanyak 18 peserta. Khusus untuk Dharmagita dan Masatua ia mengaku masing-masing desa mewakili satu peserta, mengingat di Kecamatan Payangan sendiri terdapat sembilan desa.
Dipilihnya peserta dari tingkat sekolah dasar, Gde Nyana mengaku menjaga eksistensi aksara Bali sejak usia dini. Selain mengenalkan akasara sejak dini, juga sebagai mengasah kemampuan mereka yang setelah dibina dan didik oleh Penyuluh Bahasa Bali setempat. “Untuk hadiahnya berupa piagam dan piala. Tidak menutup kemungkinan juga akan disedaikan uang pembinaan. Supaya mereka juga tetap bersemangat melestarikan aksara Bali ini tidak hanya gencar belajar ketika ada sebuah perlombaan saja,” imbuhnya.
Camat Payangan Anak Agung Gde Raka Suryadi Putra mengakui sarana dan prasarana di tempat lomba ini masih minim. Dia berharap tidak mematahkan semangat peserta lomba untuk tampil di panggung. Salah seorang peserta Nyurat Aksara Bali, Dea Prasasti asal Banjar Susut, Desa Buahan, Payangan mengaku telah mempersiapkan diri sejak sebulan lalu. Bahkan hampir setiap hari pulang dari sekolah ia terus belajar nyurat aksara yang didampingi oleh PBB di desa setempat. “Ini baru pertama kali ikut lomba, tapi rasanya biasa saja dan tidak grogi. Mungkin karena waktu bulan bahasa juga sempat ikut jadi peserta nyurat aksara secara serentak itu. Jadinya sudah tahu suasana nyurat aksara di tempat lomba seperti apa,” imbuhnya. *nvi
Terdapat tiga jenis perlombaan yang diadakan. Terdiri atas Dharmagita sebanyak sembilan pasang, masatua Bali sebanyak sembilan peserta, dan nyurat aksara Bali sebanyak 18 peserta. Khusus untuk Dharmagita dan Masatua ia mengaku masing-masing desa mewakili satu peserta, mengingat di Kecamatan Payangan sendiri terdapat sembilan desa.
Dipilihnya peserta dari tingkat sekolah dasar, Gde Nyana mengaku menjaga eksistensi aksara Bali sejak usia dini. Selain mengenalkan akasara sejak dini, juga sebagai mengasah kemampuan mereka yang setelah dibina dan didik oleh Penyuluh Bahasa Bali setempat. “Untuk hadiahnya berupa piagam dan piala. Tidak menutup kemungkinan juga akan disedaikan uang pembinaan. Supaya mereka juga tetap bersemangat melestarikan aksara Bali ini tidak hanya gencar belajar ketika ada sebuah perlombaan saja,” imbuhnya.
Camat Payangan Anak Agung Gde Raka Suryadi Putra mengakui sarana dan prasarana di tempat lomba ini masih minim. Dia berharap tidak mematahkan semangat peserta lomba untuk tampil di panggung. Salah seorang peserta Nyurat Aksara Bali, Dea Prasasti asal Banjar Susut, Desa Buahan, Payangan mengaku telah mempersiapkan diri sejak sebulan lalu. Bahkan hampir setiap hari pulang dari sekolah ia terus belajar nyurat aksara yang didampingi oleh PBB di desa setempat. “Ini baru pertama kali ikut lomba, tapi rasanya biasa saja dan tidak grogi. Mungkin karena waktu bulan bahasa juga sempat ikut jadi peserta nyurat aksara secara serentak itu. Jadinya sudah tahu suasana nyurat aksara di tempat lomba seperti apa,” imbuhnya. *nvi
Komentar