Talas RI Tembus Pasar Jepang
Talas Indonesia ternyata disukai warga Jepang. Salah satunya talas yang dibudidayakan petani di Sulawesi Selatan (Sulsel) mampu menembus pasar Jepang.
JAKARTA, NusaBali
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi mengatakan varietas talas yang diekspor yaitu Colocasia esculenta var antiquorum atau lebih dikenal Talas Jepang Satoimo atau Taro Potato.
"Bahan pangan yang satu ini sekarang sudah menjadi salah satu bahan pangan utama bagi sebagian besar penduduk Jepang sebagai pengganti beras dan kentang yang dianggap terlalu banyak mengandung karbohidrat dan gula," kata Suwandi, dalam rilis di Jakarta, Selasa (13/8).
Suwandi menjelaskan komoditi ini menjadi tren setelah adanya berbagai penelitian yang membuktikan bahwa talas tidak saja bisa menjadi bahan pangan alternatif yang mengandung protein dan kalori tinggi tapi memiliki kandungan karbohidrat dan gula yang rendah.
Menurutnya, Suwandi, pangsa pasar talas di Jepang masih terbuka lebar. Hal ini didukung dari semakin menyempitnya lahan pertanian di Jepang, sehingga hanya bisa memenuhi 250 ribu ton pertahun, atau 65,7 persen dari total kebutuhan per tahun sebesar 380 ribu ton.
"Kekurangan sebesar 130 ribu ton per tahun sebagian dipasok dari China jadi sampai saat ini, China hanya mampu mensuplai 60 ribu ton per tahun, imbuhnya. Makanya Jepang mulai melirik Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sisanya 70 ribu ton per tahun," kata Suwandi. *ant
"Bahan pangan yang satu ini sekarang sudah menjadi salah satu bahan pangan utama bagi sebagian besar penduduk Jepang sebagai pengganti beras dan kentang yang dianggap terlalu banyak mengandung karbohidrat dan gula," kata Suwandi, dalam rilis di Jakarta, Selasa (13/8).
Suwandi menjelaskan komoditi ini menjadi tren setelah adanya berbagai penelitian yang membuktikan bahwa talas tidak saja bisa menjadi bahan pangan alternatif yang mengandung protein dan kalori tinggi tapi memiliki kandungan karbohidrat dan gula yang rendah.
Menurutnya, Suwandi, pangsa pasar talas di Jepang masih terbuka lebar. Hal ini didukung dari semakin menyempitnya lahan pertanian di Jepang, sehingga hanya bisa memenuhi 250 ribu ton pertahun, atau 65,7 persen dari total kebutuhan per tahun sebesar 380 ribu ton.
"Kekurangan sebesar 130 ribu ton per tahun sebagian dipasok dari China jadi sampai saat ini, China hanya mampu mensuplai 60 ribu ton per tahun, imbuhnya. Makanya Jepang mulai melirik Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sisanya 70 ribu ton per tahun," kata Suwandi. *ant
Komentar