181 Ha Sawah di Bali Terancam Gagal Panen
Sekitar 181 hektare (Ha) sawah tanaman padi yang tersebar di lima kabupaten di Bali terancam puso atau gagal panen.
DENPASAR, NusaBali
Yakni, di Buleleng mencapai 90 Ha, Jembrana 80 Ha, Karangasem 6 Ha, Badung 3 Ha dan Tabanan 2,4 Ha.
Sedangkan saat ini sudah ada sawah seluas 17,5 Ha di tiga kabupaten di Bali mengalami puso atau gagal panen akibat kekeringan berkepanjangan. Luasan lahan tersebut adalah di Kabupaten Buleleng sebesar 9,5 hektare, disusul Jembrana 7 hektare, dan Kabupaten Karangasem seluas 1 hektare.
"Tanaman padi yang sudah mengalami puso saat ini seluas 17,5 hektare," ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali, Nyoman Suastika, Selasa (13/8).
Menurut Suastika, bila kemarau terus berkepanjangan hingga satu bulan ke depan, maka ancaman puso dapat bertambah lagi hingga 181 hektare yang tersebar di lima kabupaten. Yakni, di Buleleng 90 ha, Jembrana 80 Ha, Karangasem 6 Ha, Badung 3 Ha dan Tabanan 2,4 Ha.
"Saat ini luasan 181 hektare tanaman padi itu dalam kondisi kekeringan ringan, sedang hingga berat," kata Suastika.
Adapun upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan tanaman padi dari ancaman puso terutama yang mengalami kekeringan ringan adalah dengan sistem bergilir dalam penggunaan air subak yang debitnya sudah menurun drastis. Dengan estimasi target produksi 6 ton/hektare, maka Bali bisa terancam kehilangan hingga 188 ton padi kering panen dari luas sawah baku yang mencapai 79 ribu hektare.
"Tapi yang sudah pasti kehilangan sekitar 105 ton dari 17,5 hektar sawah yang saat ini kondisinya puso," ujar Suastika. Tahun 2018, realisasi produksi padi kering panen di Bali mencapai 790 ribu ton dengan target produksi 5,6 ton/hektarenya. *
Yakni, di Buleleng mencapai 90 Ha, Jembrana 80 Ha, Karangasem 6 Ha, Badung 3 Ha dan Tabanan 2,4 Ha.
Sedangkan saat ini sudah ada sawah seluas 17,5 Ha di tiga kabupaten di Bali mengalami puso atau gagal panen akibat kekeringan berkepanjangan. Luasan lahan tersebut adalah di Kabupaten Buleleng sebesar 9,5 hektare, disusul Jembrana 7 hektare, dan Kabupaten Karangasem seluas 1 hektare.
"Tanaman padi yang sudah mengalami puso saat ini seluas 17,5 hektare," ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali, Nyoman Suastika, Selasa (13/8).
Menurut Suastika, bila kemarau terus berkepanjangan hingga satu bulan ke depan, maka ancaman puso dapat bertambah lagi hingga 181 hektare yang tersebar di lima kabupaten. Yakni, di Buleleng 90 ha, Jembrana 80 Ha, Karangasem 6 Ha, Badung 3 Ha dan Tabanan 2,4 Ha.
"Saat ini luasan 181 hektare tanaman padi itu dalam kondisi kekeringan ringan, sedang hingga berat," kata Suastika.
Adapun upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan tanaman padi dari ancaman puso terutama yang mengalami kekeringan ringan adalah dengan sistem bergilir dalam penggunaan air subak yang debitnya sudah menurun drastis. Dengan estimasi target produksi 6 ton/hektare, maka Bali bisa terancam kehilangan hingga 188 ton padi kering panen dari luas sawah baku yang mencapai 79 ribu hektare.
"Tapi yang sudah pasti kehilangan sekitar 105 ton dari 17,5 hektar sawah yang saat ini kondisinya puso," ujar Suastika. Tahun 2018, realisasi produksi padi kering panen di Bali mencapai 790 ribu ton dengan target produksi 5,6 ton/hektarenya. *
1
Komentar