Guru Ringan Tangan Diadukan ke Disdikpora
Ada siswa yang diduga dipukul pakai gagang sapu hingga menyebabkan lebam. Komite Sekolah pun minta guru ringan tangan dipindah.
Delapan Siswa Jadi Koban Pemukulan
SINGARAJA, NusaBali
Seorang guru yang juga wali kelas III di SDN 2 Sinabun, Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Buleleng diadukan komite sekolahnya ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, Rabu (14/8) kemarin. Komite sekolah pun sepakat meminta dinas untuk memindahkan oknum guru yang bersangkutan karena sering memukuli siswanya di sekolah.
Bahkan di tahun ajaran baru 2019/2020, wali kelas III itu dilaporkan telah melakukan pemukulan kepada delapan orang siswanya. Data itu pun merupakan laporan orang tua siswa kepada komite sekolah. Dengan aksi ringan tangan okum guru itu sejumlah anak di SDN 2 Sinabun disebut mengalami lebam hingga trauma.
Ketua Komite SDN 2 Sinabun, I Nyoman Supartha dihubungi Rabu (14/8) kemarin menjelaskan duduk permasalahan yang menimpa anak-anak mereka bermula dari laporan siswa kepada orangtuanya. Sejumlah anak pun disebutnya sempat mogok sekolah karena takut kena pukul oknum guru itu tadi. “Menurut keterangan orangtua ada yang dipukul pakai gagang sapu, kemarin sudah sempat dimediasi di sekolah, tapi karena ini kejadiannya sudah berulang kami, kami mohonkan kalau bisa dipindahkan saja,” jelas Supartha.
Aksi pemukulan siswa oleh oknum guru itu dilakukan karena sejumlah alasan. Mulai dari anak bandel hingga yang bodoh. “Gurunya melakukan pembelaan, mungkin anaknya ada yang tidak bisa menjawab atau apa, diminta orang tua ikut mengajarkan anak di rumah. Sedangkan orangtua siswa kan macam-macam ada yang tidak bisa menulis membaca juga,” imbuh dia.
Bahkan setelah di telusuri siswa yang menjadi korban tak hanya yang kelas III saat ini, tetapi ada juga yang sudah naik ke kelas IV dan V pernah merasakan tangan oknum guru tersebut.
Supartha menilai aksi kekerasan terhadap siswa dipicu karena over kapasitas satu kelas yang jumlahnya 49 orang. Jumlah siswa satu kelas yang jauh melebihi jumlah ideal disebabkan karena ada penggabungan kelas pararel karena satu guru dipindah tugaskan. “Awalnya kelas I dan II itu ada dua kelas, cuma kemarin tahun ajaran baru satu gurunya pindah jadi kelasnya digabung jadi satu. Intinya sekali dengan surat ini kedepannya anak-anak kami mendapatkan pendidikan yang layak, nyaman dan tidak trauma,” imbuh dia.
Koordinator Wilayah Kecamatan Sawan, Luh Amani, dikonfirmasi terpisah membenarkan kasus tersebut sempat terjadi di wilayah pengawasannya. Hanya saja sejauh ini pihaknya mengklaim segala permasalahan sudah diselesaikan dengan kekeluargaan bersama orangtua siswa, guru dan kepala sekolah termasuk Babinsa dan Bhabinkamtibmas setempat. “Masalahnya sudah clear semua, sudah ada surat damai juga. Termasuk nanti kami akan pertimbangkan untuk pemindahan tugas gurunya, tapi ini juga masih melihat kondisi, karena di sana memang kekurangan guru setelah satu guru kelas dipindahkan. Kami akan berkoordinasi dulu ke Dinas, biar tidak nanti buru-buru tetapi mengganggu proses pembelajaran ke depannya,” jelas Amani.
Terkait aksi kekerasan di sekolah yang dilakukan oknum guru, Amani mengklaim selama ini pihaknya terus memberikan peringatan kepada seluruh guru di Kecamatan Sawan. “Sudah sering saya tekankan biar tidak sampai memukul. Bahkan sudah dikasih saran kalau emosi biar keluar dulu dari ruangan memenangkan diri. Tetapi ini sudah selesai masalahnya dan guru itu juga berjanji tidak mengulangi perbuatannya,” kata Amani.
Sementara itu Kepala Disdikpora Buleleng, Gde Dharmaja yang ditemui di Gedung DPRD Buleleng siang kemarin, mengaku baru menerima informasi terkait peristiwa tersebut. “Suratnya mungkin sudah masuk, tapi saya belum baca. Nanti kami telusuri dulu akar permasalahannya seperti apa,” kata Dharmaja singkat.*k23
Komentar