Pemda Didorong Punya Inisiatif Transparansi Industri Ekstraktif
Participacing Interest menjadi salah satu isu strategis bagi daerah di sektor migas. Lewat Permen ESDM Nomor 37 Tahun 2016, Pemerintah Daerah dapat ikut perpartisipasi langsung dalam pengelolaan migas.
MANGUPURA, NusaBali.com
Sekretariat Extractive Industries Transparency Initiative (EITI) menggelar diskusi publik ‘Hak Participacing Interest (PI) bagi Badan Usaha Milik Daerah: Pemanfaatan dan Pengelolaannya’ di Bali Dynasti Resort, Kuta, Kabupaten Badung, Kamis (15/8/2019). Diskusi ini digelar untuk mendorong Pemerintah Daerah memanfaatkan inisiatif transparansi industri ekstraktif
EITI sendiri adalah standar global yang bertujuan untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas pada sektor migas dan pertambangan. Sejak tahun 2010, Indonesia secara sukarela telah ikut aktif berpartisipasi sebagai negara pelaksana EITI.
“Sejak menjadi negara pelaksana EITI, Indonesia sudah mempublikasikan enam laporan pelaksanaan EITI yang mencakup informasi penerimaan negara dari industri ekstraktif tahun kalender 2009 hingga 2016,” papar Edi Effendi Tedjakusuma, Ketua Tim Sekretariat EITI.
Dalam diskusi publik ini turut dihadiri pejabat dari Kementerian ESDM, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Sekretariat Daerah Kabupaten Bojonegoro, Asosiasi Daerah Penghasil Migas, PT Pertamina Hulu Energi, PT Migas Hulu Jabar, dan Publish What You Pay Indonesia.
Aturan tentang PI tertuang dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 37 Tahun 2016. Permen ESDM tersebut mengatur tentang ketentuan penawaran PI sebesar 10% pada Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi dan Pemerintah Daerah akan mendapatkan pembagian saham sebanyak 10%.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Montty Girianna menyampaikan, diterbitkannya Permen ESDM 37/2016,merupakan langkah maju bagi pelaksanaan PI.“Daerah dapat ikut berpartisipasi secara langsung dalam pengelolaan migas, termasuk dalam transparansi, tata kelola, dan pengawasan kinerja industri migas di wilayahnya,” ucapnya.
“PI harus dapat dikelola dengan baik agar dapat memberikan keuntungan dan manfaat bagi pemerintah daerah yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pesan Montty yang juga Ketua Tim Pelaksana EITI.
Sementara itu migas masih menjadi salah satu sektor yang berkontribusi besar bagi penerimaan negara. Di tahun 2018, penerimaan negara dari sektor ini mencapai Rp 228 triliun atau 182% dari target APBN 2018 sebesar Rp 125 Triliun. “Penerimaan negara dari sektor migas tersebut diharapkan dapat dirasakan manfaatnya secara maksimal oleh daerah-daerah penghasil migas,” lanjut Montty.
Montty menjelaskan isu PI menjadi salah satu isu strategis bagi daerah di sektor migas. “Ada kemudahan bagi daerah penghasil migas untuk mendapatkan PI 10% karena investasi 10% partisipasi daerah tersebut dapat ditanggung oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS),” paparnya.
Laporan EITI terakhir, lanjut Montty, telah memuat informasi daftar pengalihan PI selama tahun 2016. PI akan tetap menjadi salah satu isu penting dalam upaya transparansi sektor industri ekstraktif yang digulirkan oleh EITI. “Sejalan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang dianut EITI, kami sangat memprioritaskan, agar isu PI dan beberapa isu lainnya yang dapat meningkatkan penerimaan negara dan daerah dari sektor industri ekstraktif, dapat ditindaklanjuti pembahasannya,” tegas Montty.
Montty menerangkan, dalam pelaksanaan PI selama ini, beberapa daerah telah berhasil memanfaatkannya dengan baik, melalui pembentukan BUMD untuk pengelolaan PI. “Namun memang masih ada berbagai tantangan yang dihadapi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam pelaksanaan PI ini,” kata Montty.
Selain itu, Kemenko Perekonomian yang juga mendapat mandat sebagai penanggung jawab pelaksanaan EITI akan terus berupaya mendorong transparansi penerimaan negara dan daerah dari sektor migas. “Informasi tentang penerimaan Dana Bagi Hasil migas dapat diakses secara bebas di laporan EITI. Sejumlah diskusi publik untuk menjembatani kesepahaman tentang DBH pun telah beberapa kali dilakukan di sejumlah daerah,” jelas Montty.
Montty pun berharap forum diskusi ini dapat memberi sumbangan informasi mengenai PI bagi semua pihak, sekaligus menjadi masukan untuk proses transparansi tata kelola industri ekstraktif ke depan. *zky
Komentar