Wayan Widia Sabet Peringkat II Guru SMA Berprestasi Nasional
Versi I Wayan Widia SPd MPd, sebelm ditemukannya Pestisida, orangtua zaman dulu sudah punya alat pengusir hama. Salah satunya, alat bunyi-bunyian berupa Sunari untuk mengusir belalang
Ungkap Manfaat Sunari Pengusir Hama Tradisional sebagai Media Pembelajaran Fisika dan Produk Pariwisata
GIANYAR, NusaBali
Guru bidang studi Fisika SMAN 1 Tampaksiring, Gianyar, I Wayan Widia SPd MPd, 47, mencatat prestasi gemilang. Tenaga pendidik asal Lingkungan Sengguan, Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar ini terpilih sebagai Pemenang II Guru SMA Berprestasi Tingkat Nasional 2019. Wayan Widia berjaya berkat karya ilmiah berjudul ‘Pemanfaatan Pengusir Hama Tradisional sebagai Media Pembelajaran Fisika dan Pro-duk Pariwisata’.
Lomba Guru Berprestasi Tingkat Nasional yang meluncurkan Wayan Widia ke tangga runner-up ini diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI di Jakarta, 13-16 Agustus 2019. Dalam ajang tersebut, Wayan Widia harus bersaing dengan guru-guru SMA Berprestasi dari 34 provinsi se-Indonesia.
Wayan Widia sendiri tampil sebagai wakil dari Provinsi Bali. Guru kelahiran Gianyar, 5 April 1972, ini diumumkan sebagai Pemenang II Guru SMA Berprestasi Tingkat Nasional 2019 saat pemberian penghargaan, Jumat (16/8) malam. Guru Fisika yang juga menjabat Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Kurikulum SMAN 1 Tampaksiring ini, menjadi salah satu dari 84 orang yang dinobatkan sebagai Guru & Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat Nasional 2019, mulai jenjang PAUD, SD, SMP, hingga SMA/SMK.
Ditemui NusaBali di SMAN 1 Tampaksiring, Senin (19/8), Wayan Widia mengaku bersyukur bisa tembus peringkat II Guru SMA Berprestasi Tingkat Nasional 2019. Dia berjaya dengan karya ilmiah berjudul ‘Pemanfaatan Pengusir Hama Tradisional sebagai Media Pembelajaran Fisika dan Produk Pariwisata’. Pengusir hama yang dimaksud adalah Sunari.
Selain itu, Wayan Widia juga mempersiapkan kelengkapan lainnya seperti portofolio, publikasi ilmiah penelitian tindakan kelas, artikel, serta prestasinya selama 2 tahun terakhir. Menurut Wayan Widia, proses seleksi hingga meraih prestasi nasional dilakukan sejak September 2018 lalu.
Semua berawal dari penunjukan Wayan Widia sebagai Guru SMA Berprestasi Tingkat Kabupaten Gianyar. Selanjutnya, dia mengkuti seleksi Tingkat Provinsi. Berbekal keahlian sebagai narasumber Diklat, Penilai Angka Kredit Guru Provinsi Bali, Instruktur Nasional IBL di P4TK Bandung, Pembuat Soal Fisika Online Nasional yang diselenggarakan Puspendik, dan sebagai Tim Pengembangan Kurikulum Provinsi Bali, Wayan Widia akhirnya terpilih menjadi Guru SMA Berprestasi Tingkat Provinsi Bali. Dia pun berhak mewakili Bali ke lomba tingkat nasional di Jakarta.
Dalam presentasinya di hadapan juri, Wayan Widia dengan meyakinkan mengulas karya ilmiah ‘Pmanfaatan Pengusir Hama Tradisional sebagai Media Pembelajaran Fisika’. Wayan Widia mengaku mendapat inspirasi dari cara petani tradisional di Bali dalam menanggulangi hama padi di sawah.
“Orangtua kita dulu sudah punya alat pengusir hama sebelum ditemukannya Pestisida. Salah satunya, untuk mengusir belalang, digunakan jenis bunyian yang dinamakan Sunari. Alat ini mengeluarkan suara ketika tertiup angin. Dan, belum ada penelitian ilmiah terkait hal ini,” jelas guru Fisika jebolan S1 Jurusan Fisika Undiksha Singaraja (1996) dan S2 Magister Pendidikan Undiksha Singaraja (2010) ini.
Wayan Widia mengaitkan manfaat Sunari dengan mata pelajaran Fisika. “Jadi, ada saling edukasi. Siswa tahu alat tradisional, petani tahu pengetahuan ilmiahnya. Bahwa ada kaitan antara frekuensi bunyi dengan taraf intensitas. Suara yang dihasilkan Sunari sejauh mana bisa mengusik dan mengusir hama belalang? Juga sejauh mana suara Sunari bisa dikatakan efektif mengusir hama, berapa meter jangkauan alat ini?” terang Wayan Widia.
Selain mempresentasikan hasil karyanya, Wayan Widia juga wajib menunjukkan video proses belajar mengajar dalam kelas. Prestasi ini tidak membuatnya berpuas diri. Wayan Widia yang kini sudah berpangkat Pembina Utama Madya/IVd, berencana meningkatkan kemampuan diri. “Planning di tahun 2021 saya harus sudah Golongan IV/e,” katanya.
Wayan Widia punya moto ‘harus menjadi yang teristimewa’. Itu sebabnya, sejak kecil dia termasuk anak yang ulet belajar, meski harus sambil bekerja membantu orangtua. “Saya adalah anak petani. Sejak masuk SD, sudah biasa ngangon bebek (memelihara itik) di sawah sebelum berangkat sekolah,” kenang ayah tiga anak dari pernikahannya dengan Desak Putu Sukarini ini.
Rutinitas serupa juga dilakoni Wayan Widia ketika duduk di bangku SMPN 1 Gianyar. Karena ngangon bebek, nilai akademisnya bahkan tak cukup untuk masuk ke sekolah favorit SMAN 1 Gianyar. “NEM saya waktu itu kurang 0,6. Saya tidak dapat di SMAN 1 Gianyar. Lolosnya di SMAN 1 Sukawati,” jelas Wayan Widia yang kala itu akhirnya pilih masuk ke SMA Wiyata Darma Gianyar.
Kegagalan lolos ke SMAN 1 Gianyar membuat Wayan Widia jengah dan tertantang untuk belajar lebih giat agar jadi teristimewa. Sembari belajar, Wayan Widia juga bekerja paruh waktu ngerot (menyerut) patung kayu. Lulus SMA tahun 1991, Watan Widia pilih kulih ke Undiksha Singaraja. Dia awalnya memilih jurusan Pendidikan Matematika sesuai mata pelajaran favoritnya. Namun, dalam seleksi, dia justru lolos jurusan Pendidikan Fisika.
Nah, ketekunannya belajar mengantarkan Wayan Widia berhasil lulus S1 Undiksha Singaraja dalam waktu singkat 3,5 tahun. Selama kuliah, Wayan Widia mendapatkan beasiswa Supersemar, sehingga tidak merepotkan orangtuanya yang hanya sebagai petani tradisional.
Lulus S1 Undiksha tahun 1995, Wayan Widia mulai mencari lowongan kerja sebagai guru Fisika. Dia diterima sbagai guru honorer bidang studi Fisika di SMAN 1 Denpasar tahun 1996. Mengajar di sekolah favorit, membuatnya kembali semangat mengisi diri.
Setelah setahun jadi guru nonorer di SMAN 1 Denpasar, Wayan Widia diangkat sebagai PNS dengan penempatan di daerah pedalaman Labangka, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 1997. Mengajar di daerah pedalaman, mengharuskannya setiap hari berpapasan dengan babi hutan liar. “Karena pertimbangan banyak orang luar daya tahan tubuhnya tak kuat di daerah pedalaman, saya akhirnya dipindah ke kota kecamatan,” jelasnya.
Setelah pengalaman mengajar di daerah pedalaman NTB selama 2 tahun, Wayan Widia akhirnya pindah ke Bali pada November 1999 dan ditempatkan sebagai guru Fisika di SMAN 1 Tampaksiring, ketika sekolah ini baru memiliki satu angkatan Kelas X. Sejak saat itu, Wayan Widya tidak pernah pindah dari SMAN 1 Tampaksiring.
Hingga saat ini, sudah 20 tahun lamanya Wayan Widia menjadi guru Fisika di SMAN 1 Tampaksiring. Meski lokasinya dekat Istana Kepresidenan, namun SMAN 1 Tampaksiring tidak pernah bisa dilakukan renovasi bangunan besar-besaran. Masalahnya, status lahan sekolah merupakan hak milik Desa Adat Manukaya, Kecamatan Tampaksiring. “Sebenarnya kondisi sekolah sudah memprihatinkan. Tapi, aturan tidak memungkinkan untuk bisa menerima bantuan buat rehab berat, karena lahannya masih milik desa adat,” papar Wayan Widia. *nvi
1
Komentar