Museum Subak Gelar Pameran Foto
Selama ini Museum Subak yang terletak di Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tabanan terkesan kurang ada kehidupan.
TABANAN, NusaBali
Meskipun setiap harinya ada kunjungan namun keberadaannya kurang greget. Untuk menggaungkan keberadaan Museum Subak, digelar pameran foto bertema subak. Pameran diagendakan berlangsung lima hari, Senin (19/8) hingga Jumat (23/8).
Pantauan di Museum Subak, sejumlah foto dipajang di antara anyaman daun kelapa. Dari awal hingga akhir foto yang dipajang menceritakan tentang subak mulai dari mengolah lahan hingga padi tersebut dipanen. Tak lupa juga berbagai foto upacara terkait subak dipasang. Pameran foto tersebut menarik minat wisatawan manca negara (wisman) untuk berkunjung.
Kepala UPTD Musem Subak Kabupaten Tabanan Ida Ayu Pawitrani, mengatakan pameran foto yang digelar menggandeng Tabanan Fotografer (TFG). Kegiatan pameran foto yang dibiayai oleh dana alokasi khusus (DAK) non fisik digelar pada 19–23 Agustus. “Sebelumnya kami gandeng Penyuluh Bahasa Bali, sekarang kami gandeng fotografer di Tabanan,” ujarnya.
Menurut Pawitrani, pameran foto digelar untuk menghidupkan dan menggaungkan keberadaan Museum Subak kepada masyarakat. Sebab selama ini keberadaannya terkesan dipandang sebelah mata. Padahal isi Museum Subak adalah hal penting yang patut dipelajari semua orang. Terutama masyarakat Bali karena selain pariwisata, Bali terkenal dengan subak. “Ya, kami ingin menggaungkan keberadaan museum subak agar masyarakat mengetahui,” tegasnya.
Selama pameran berlangsung seluruh masyarakat umum dipersilakan berkunjung secara gratis ke Museum Subak. Selain bisa melihat foto yang dipajang, masyarakat yang berkunjung bisa melihat ruang pameran di Museum Subak karena dilengkapi dengan alat pertanian mulai dari tradisional dan modern. “Jadi kami sangat bersyukur sekali ada bantuan DAK non fisik ini, sehingga kami bisa buat acara. Sebelumnya belum pernah mengadakan kegiatan ini karena tidak ada dana,” ungkapnya.
Pawitrani menambahkan, setelah pameran foto selesai, dilanjutkan dengan kegiatan Museum Goes to School dan diskusi tentang tika (kalender tradisional) dan janggi (tempurung kelapa yang di bawahnya diisi lubang kecil untuk pengukur waktu dan pengukur sanksi bagi anggota subak). Kegiatan tersebut diagendakan berlangsung pada September mendatang. Kemudian dilanjutkan dengan pameran lukisan sebagai peringatan Hari Museum Indonesia. “Pokoknya kami gelar acara supaya Museum Subak tambah hidup,” tandas Pawitrani. *des
Pantauan di Museum Subak, sejumlah foto dipajang di antara anyaman daun kelapa. Dari awal hingga akhir foto yang dipajang menceritakan tentang subak mulai dari mengolah lahan hingga padi tersebut dipanen. Tak lupa juga berbagai foto upacara terkait subak dipasang. Pameran foto tersebut menarik minat wisatawan manca negara (wisman) untuk berkunjung.
Kepala UPTD Musem Subak Kabupaten Tabanan Ida Ayu Pawitrani, mengatakan pameran foto yang digelar menggandeng Tabanan Fotografer (TFG). Kegiatan pameran foto yang dibiayai oleh dana alokasi khusus (DAK) non fisik digelar pada 19–23 Agustus. “Sebelumnya kami gandeng Penyuluh Bahasa Bali, sekarang kami gandeng fotografer di Tabanan,” ujarnya.
Menurut Pawitrani, pameran foto digelar untuk menghidupkan dan menggaungkan keberadaan Museum Subak kepada masyarakat. Sebab selama ini keberadaannya terkesan dipandang sebelah mata. Padahal isi Museum Subak adalah hal penting yang patut dipelajari semua orang. Terutama masyarakat Bali karena selain pariwisata, Bali terkenal dengan subak. “Ya, kami ingin menggaungkan keberadaan museum subak agar masyarakat mengetahui,” tegasnya.
Selama pameran berlangsung seluruh masyarakat umum dipersilakan berkunjung secara gratis ke Museum Subak. Selain bisa melihat foto yang dipajang, masyarakat yang berkunjung bisa melihat ruang pameran di Museum Subak karena dilengkapi dengan alat pertanian mulai dari tradisional dan modern. “Jadi kami sangat bersyukur sekali ada bantuan DAK non fisik ini, sehingga kami bisa buat acara. Sebelumnya belum pernah mengadakan kegiatan ini karena tidak ada dana,” ungkapnya.
Pawitrani menambahkan, setelah pameran foto selesai, dilanjutkan dengan kegiatan Museum Goes to School dan diskusi tentang tika (kalender tradisional) dan janggi (tempurung kelapa yang di bawahnya diisi lubang kecil untuk pengukur waktu dan pengukur sanksi bagi anggota subak). Kegiatan tersebut diagendakan berlangsung pada September mendatang. Kemudian dilanjutkan dengan pameran lukisan sebagai peringatan Hari Museum Indonesia. “Pokoknya kami gelar acara supaya Museum Subak tambah hidup,” tandas Pawitrani. *des
Komentar