Ustaz Somad Tegaskan Tak Perlu Minta Maaf
Ustaz Abdul Somad (UAS) pada Rabu (21/8) memenuhi panggilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menyampaikan klarifikasi mengenai video ceramahnya yang viral dan memicu polemik.
JAKARTA, NusaBali
Pada kesempatan itu UAS menegaskan dirinya tak perlu minta maaf atas kontroversi soal video salib yang beredar luas. Somad menegaskan yang dibicarakannya adalah soal akidah Islam, yang disampaikan di internal umat.
"Bahwa kemudian ada orang yang tersinggung, apakah saya musti meminta maaf... Contoh, dalam Islam dikatakan: Sesungguhnya, maaf, sesungguhnya, maaf, memang bunyi ayatnya begitu, sesungguhnya kafir lah orang yang mengatakan Allah itu tiga dalam satu, satu dalam tiga. Saya jelaskan itu di tengah umat Islam. Otomatis orang luar yang mendengar itu tersinggung atau tidak tersinggung, apakah perlu saya minta maaf. Udah terjawab. Karena ajaran saya," kata Somad dalam jumpa pers di Kantor MUI, Jl Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (21/8) seperti dilansir detik. "Kalau saya perlu minta maaf berarti ayat itu perlu dibuang, nauzubillah," imbuhnya.
Somad mengatakan tak mungkin dia mengatur satu persatu perilaku umat yang menghadiri pengajiannya, termasuk melarang merekam dan menyebarkannya. Tak mungkin pula dia membuat perjanjian agar peserta pengajiannya tak merekam dan menyebarkannya.
"Saya di mana-mana ceramah tak mungkin saya tanya orang satu persatu, matikan hp matikan. Saya di mana-mana ceramah, hp orang hidup, orang merekam, tak bisa saya larang itu karena dia mau mendapat pengajian. Tak mungkin pula saya buat perjanjian semua yang mau masuk ke sini materai enam ribu, tak boleh disebarkan. Payah kali lah ceramah sekarang ini kalau begitu," ujarnya.
Sementara itu MUI berharap isu kontroversial ini tak dibawa ke ranah hukum. "Maka kami memanggil ke sini supaya ini reda dan jangan masuk ke wilayah hukum, tapi masuk ke wilayah yang sifatnya kultural," kata Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi MUI KH Masduki Baidlowi dalam jumpa pers bersama UAS di kantor MUI, Jl Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (21/8).
MUI akan berupaya meredam persoalan UAS terkait ceramahnya tentang salib. MUI menilai, jika tidak diredam, persoalan ini akan merembet dan bisa ditunggangi demi kepentingan politik.
"Pertama ini soal yang peka kalau tidak segera diredam ini bisa menjadi persoalan baru dan akan ada rembetannya dan bisa menjadi perkara yang ditebengi oleh pihak lain sehingga kondisi nasional tidak kondusif. Oleh karena itu, kita harus meredam ini," ujar Masduki.
MUI jelas Masduki akan melakukan silaturahim dengan berbagai tokoh masyarakat, terutama tokoh lintas agama. Terutama kepada tokoh lintas agama seperti Protestan ataupun Katolik.
"Misalnya GMKI yang sudah menyatakan keberatan sehingga melaporkan, GMKI itu kelompok Cipayung. Di dalamnya ada PMII, ada HMI, jadi ada organisasi kemahasiswaan yang lain. Jadi ini nanti persoalan bisa merembet ke mana-mana. Oleh karena itu, untuk menghindari itu harus kita selesaikan secara kultural," papar Masduki. *
"Bahwa kemudian ada orang yang tersinggung, apakah saya musti meminta maaf... Contoh, dalam Islam dikatakan: Sesungguhnya, maaf, sesungguhnya, maaf, memang bunyi ayatnya begitu, sesungguhnya kafir lah orang yang mengatakan Allah itu tiga dalam satu, satu dalam tiga. Saya jelaskan itu di tengah umat Islam. Otomatis orang luar yang mendengar itu tersinggung atau tidak tersinggung, apakah perlu saya minta maaf. Udah terjawab. Karena ajaran saya," kata Somad dalam jumpa pers di Kantor MUI, Jl Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (21/8) seperti dilansir detik. "Kalau saya perlu minta maaf berarti ayat itu perlu dibuang, nauzubillah," imbuhnya.
Somad mengatakan tak mungkin dia mengatur satu persatu perilaku umat yang menghadiri pengajiannya, termasuk melarang merekam dan menyebarkannya. Tak mungkin pula dia membuat perjanjian agar peserta pengajiannya tak merekam dan menyebarkannya.
"Saya di mana-mana ceramah tak mungkin saya tanya orang satu persatu, matikan hp matikan. Saya di mana-mana ceramah, hp orang hidup, orang merekam, tak bisa saya larang itu karena dia mau mendapat pengajian. Tak mungkin pula saya buat perjanjian semua yang mau masuk ke sini materai enam ribu, tak boleh disebarkan. Payah kali lah ceramah sekarang ini kalau begitu," ujarnya.
Sementara itu MUI berharap isu kontroversial ini tak dibawa ke ranah hukum. "Maka kami memanggil ke sini supaya ini reda dan jangan masuk ke wilayah hukum, tapi masuk ke wilayah yang sifatnya kultural," kata Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi MUI KH Masduki Baidlowi dalam jumpa pers bersama UAS di kantor MUI, Jl Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (21/8).
MUI akan berupaya meredam persoalan UAS terkait ceramahnya tentang salib. MUI menilai, jika tidak diredam, persoalan ini akan merembet dan bisa ditunggangi demi kepentingan politik.
"Pertama ini soal yang peka kalau tidak segera diredam ini bisa menjadi persoalan baru dan akan ada rembetannya dan bisa menjadi perkara yang ditebengi oleh pihak lain sehingga kondisi nasional tidak kondusif. Oleh karena itu, kita harus meredam ini," ujar Masduki.
MUI jelas Masduki akan melakukan silaturahim dengan berbagai tokoh masyarakat, terutama tokoh lintas agama. Terutama kepada tokoh lintas agama seperti Protestan ataupun Katolik.
"Misalnya GMKI yang sudah menyatakan keberatan sehingga melaporkan, GMKI itu kelompok Cipayung. Di dalamnya ada PMII, ada HMI, jadi ada organisasi kemahasiswaan yang lain. Jadi ini nanti persoalan bisa merembet ke mana-mana. Oleh karena itu, untuk menghindari itu harus kita selesaikan secara kultural," papar Masduki. *
Komentar