Warga di Tebing Tusan Was-was
Warga tetap bertahan di zona bahaya karena tempat tinggal itu satu-satunya yang mereka miliki.
SEMARAPURA, NusaBali
Puluhan warga yang bermukim di atas tebing wilayah Banjar Kawan, Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, mulai was-was. Karena seiring berjalannya waktu, tebing berupa tanah ini kerap longsor terutama saat musim hujan.
Warga berharap pemerintah bisa membantu untuk membangun dinding penahan tanah (DPT) sehingga tebing tersebut menjadi kokoh. Sediktinya warga yang bermukim di atas tebing sekitar 12 kepala keluarga (KK) dengan 40 jiwa. Bahkan ada rumah warga yang berjarak hanya 1 meter dari pinggir tebing, sehingga mereka merasa khawatir. Di satu sisi, warga tetap bertahan di zona bahaya karena tempat tinggal itu satu-satunya yang mereka miliki.
Kelian Semeton Banjar Kawan, Desa Tusan, Dewa Nyoman Budi Astawa mengatakan, warga di atas tebing itu sangat khawatir bencana tanah longsor, terlebih beberapa waktu lalu sempat terjadi gempa bumi. Permasalahan ini juga sempat disampaikan kepada anggota DPRD Klungkung dari Banjarangkan, yakni I Wayan Widiana, agar membantu dalam mendorong pembangunan DPT. “Kami berharap kepada Pemkab Klungkung untuk memprioritaskan pembangunan DPT,” harap Dewa Astawa, Rabu (21/8).
Tebing di sisi barat Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, tepatnya perbatasan Kabupaten Klungkung - Gianyar, kerap menjadi langganan tanah longsor saat hujan. Longsor material di tebing itu tak hanya rentan menimpa pemakai jalan di bawahnya. Arus lalulintas di jalan setempat pun dibuat macet karena tertutup material longsor. Biasanya material longsor termasuk batang pohon yang tumbuh di tebing.
Pemkab Klungkung melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan menata tebing tersebut berserta titik perbatasan Banjarangkan-Gianyar.
Kabid Cipta Karya, Dinas PUPR Klungkung Anak Agung Duarasoma, mengatakan penataan ini sekaligus untuk mengembangkan destinasi pariwisata di areal Tukad Melangit di bawahnya.
Jelas dia, anggaran untuk menata secara keseluruhan di lokasi ini cukup besar, terutama pembangunan dinding penahan tanah (DPT). Maka penataan dilakukan secara bertahap. Tahun 2019 penataan dianggarkan Rp 2 miliar, untuk membuat saluran air di atas tebing dan spot selfie di bawahnya. Selanjutnya menata pintu masuk di titik perbatasan Banjarangkan -Gianyar.
Agung Duarasoma menambahkan, pembuatan saluran air di atas tebing karena saat terjadi hujan air dari pemukiman warga di atasnya langsung turun ke tebing sehingga rentan memicu longsor. “Kami buat saluran air agar tidak langsung nembak ke tebing, namun mengalir ke samping,” katanya, belum lama ini. *wan
Warga berharap pemerintah bisa membantu untuk membangun dinding penahan tanah (DPT) sehingga tebing tersebut menjadi kokoh. Sediktinya warga yang bermukim di atas tebing sekitar 12 kepala keluarga (KK) dengan 40 jiwa. Bahkan ada rumah warga yang berjarak hanya 1 meter dari pinggir tebing, sehingga mereka merasa khawatir. Di satu sisi, warga tetap bertahan di zona bahaya karena tempat tinggal itu satu-satunya yang mereka miliki.
Kelian Semeton Banjar Kawan, Desa Tusan, Dewa Nyoman Budi Astawa mengatakan, warga di atas tebing itu sangat khawatir bencana tanah longsor, terlebih beberapa waktu lalu sempat terjadi gempa bumi. Permasalahan ini juga sempat disampaikan kepada anggota DPRD Klungkung dari Banjarangkan, yakni I Wayan Widiana, agar membantu dalam mendorong pembangunan DPT. “Kami berharap kepada Pemkab Klungkung untuk memprioritaskan pembangunan DPT,” harap Dewa Astawa, Rabu (21/8).
Tebing di sisi barat Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, tepatnya perbatasan Kabupaten Klungkung - Gianyar, kerap menjadi langganan tanah longsor saat hujan. Longsor material di tebing itu tak hanya rentan menimpa pemakai jalan di bawahnya. Arus lalulintas di jalan setempat pun dibuat macet karena tertutup material longsor. Biasanya material longsor termasuk batang pohon yang tumbuh di tebing.
Pemkab Klungkung melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan menata tebing tersebut berserta titik perbatasan Banjarangkan-Gianyar.
Kabid Cipta Karya, Dinas PUPR Klungkung Anak Agung Duarasoma, mengatakan penataan ini sekaligus untuk mengembangkan destinasi pariwisata di areal Tukad Melangit di bawahnya.
Jelas dia, anggaran untuk menata secara keseluruhan di lokasi ini cukup besar, terutama pembangunan dinding penahan tanah (DPT). Maka penataan dilakukan secara bertahap. Tahun 2019 penataan dianggarkan Rp 2 miliar, untuk membuat saluran air di atas tebing dan spot selfie di bawahnya. Selanjutnya menata pintu masuk di titik perbatasan Banjarangkan -Gianyar.
Agung Duarasoma menambahkan, pembuatan saluran air di atas tebing karena saat terjadi hujan air dari pemukiman warga di atasnya langsung turun ke tebing sehingga rentan memicu longsor. “Kami buat saluran air agar tidak langsung nembak ke tebing, namun mengalir ke samping,” katanya, belum lama ini. *wan
Komentar