Warga Linjong Buat Angkutan Siswa
Mengurangi siswa naik motor sendiri ke sekolah dan mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas, warga Banjar Linjong, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli, I Wayan Suparta, berinisiatif membuat angkutan siswa.
BANGLI, NusaBali
Dua mobil elf miliknya dijadikan angkutan siswa. Para siswa dari Desa Tiga dikenakan biaya Rp 8.000 pulang pergi. Pembayarannya fleksibel, bisa harian, mingguan, ataupun bulanan.
Suparta mengaku merintis angkutan siswa sejak tiga tahun lalu. Banyak tantangan yang dihadapi saat pertama mencetuskan angkutan siswa. Terberat adalah mengubah pola pikir orangtua siswa yang mengizinkan anaknya ke sekolah mengendarai sepeda motor sendiri, padahal belum cukup umur. "Saya khawatir pada keselamatan anak-anak, maka berinisiatif menyiapkan kendaraan sabagai angkutan siswa," ungkapnya, Kamis (22/8). Awalnya hanya mengoperasikan satu unit elf dengan kapasitas 20-30 siswa. Angkutan siswa ini setiap harinya langsung menyambangi siswa di rumahnya masing- masing. Begitupula saat pulang langsung diturunkan di depan rumah siswa. "Mobil mulai bergerak menjemput siswa dari pukul 06.00 Wita dan sudah harus sampai di SMPN 1 Susut pukul 07.30 Wita," ujarnya.
Angkutan siswa ini kembali mengantarkan siswa yang masuk siang, mulai berangkat pukul 12.00 Wita. "Siangnya antar siswa sekaligus langsung menjemput siswa masuk pagi. Sorenya sekitar pukul 17.00 Wita kembali menjemput siswa yang masuk siang," kata pria yang akrab disapa Pak Topan ini. Sopir dilarang keras mengangkut penumpang selain siswa agar mereka sekolah tepat waktu. "Kendaraan ini khusus melayani siswa, meski ada yang mau sewa untuk kepentingan lain tidak dilayani. Karena memang tujuan awal hanya untuk melayani siswa," tandasnya.
Suparta awalnya hanya mengangkut siswa dari Banjar Linjong dan sekitarnya. Dia langsung menjadi sopir. "Kalau sudah waktu menjemput siswa, sesibuk apapun pekerjaan saya tinggalkan. Pas lagi cari pakan ternak, kalau sudah jam maka saya tinggalkan,” akunya. Dikatakan, seiring berjalannya waktu ditambah kesadaran para orangtua siswa, maka yang memanfaatkan angkutan siswa semakin meningkat. Lebih mengembirakan lagi yang memanfaatkan jasa angkutan siswa kini datang dari luar wilayah Banjar Linjong seperti siswa dari Banjar Tiga, sebagian dari Banjar Penglumbaran, dan Banjar Buungan. "Khusus untuk siswa asal Banjar Buungan sebelum diangkut mereka kumpul di depan kantor Desa Tiga. Kalau disambangi satu persatu nanti kehabisan waktu dan siswa terlambat," ujarnya.
Sejak setahun terakhir dibarengi dengan penambahan jumlah armada. "Kini ada dua armada yang siap antar jemput siswa," kata Suparta. Ongkos angkut Rp 8.000 PP. Jarak tempuh dari Desa Tiga ke sekolah sekitar 6 kilometer. Sistem pembayaran, ada yang membayar harian, seminggu sekali bahkan sebulan sekali. "Kami tidak saklek, kalau ada siswa yang tidak membayar tidak jadi masalah, tujuan kami hanya ingin siswa bisa berangkat dan pulang sekolah dengan aman," tegasnya.
Sebelumnya para siswa bayar Rp 5.000 - Rp 6.000 PP, namun karena BMM naik terpaksa ongkos dinaikkan. Ditambahkan, dari ongkos angkut yag dikumpulkan dimanfaatkan untuk biaya operasional dan jasa sopir. "Termasuk perawatan kendaraan serta membayar kredit. Satu armada dibeli dengan cara kredit, satu armada lagi bantuan dari salah satu penggiat bela diri Perisai Diri," imbuhnya. Pihaknya berharap ada dukungan dari pemerintah, terutama wilayah yang tidak terlayani angkutan umum. *esa
Suparta mengaku merintis angkutan siswa sejak tiga tahun lalu. Banyak tantangan yang dihadapi saat pertama mencetuskan angkutan siswa. Terberat adalah mengubah pola pikir orangtua siswa yang mengizinkan anaknya ke sekolah mengendarai sepeda motor sendiri, padahal belum cukup umur. "Saya khawatir pada keselamatan anak-anak, maka berinisiatif menyiapkan kendaraan sabagai angkutan siswa," ungkapnya, Kamis (22/8). Awalnya hanya mengoperasikan satu unit elf dengan kapasitas 20-30 siswa. Angkutan siswa ini setiap harinya langsung menyambangi siswa di rumahnya masing- masing. Begitupula saat pulang langsung diturunkan di depan rumah siswa. "Mobil mulai bergerak menjemput siswa dari pukul 06.00 Wita dan sudah harus sampai di SMPN 1 Susut pukul 07.30 Wita," ujarnya.
Angkutan siswa ini kembali mengantarkan siswa yang masuk siang, mulai berangkat pukul 12.00 Wita. "Siangnya antar siswa sekaligus langsung menjemput siswa masuk pagi. Sorenya sekitar pukul 17.00 Wita kembali menjemput siswa yang masuk siang," kata pria yang akrab disapa Pak Topan ini. Sopir dilarang keras mengangkut penumpang selain siswa agar mereka sekolah tepat waktu. "Kendaraan ini khusus melayani siswa, meski ada yang mau sewa untuk kepentingan lain tidak dilayani. Karena memang tujuan awal hanya untuk melayani siswa," tandasnya.
Suparta awalnya hanya mengangkut siswa dari Banjar Linjong dan sekitarnya. Dia langsung menjadi sopir. "Kalau sudah waktu menjemput siswa, sesibuk apapun pekerjaan saya tinggalkan. Pas lagi cari pakan ternak, kalau sudah jam maka saya tinggalkan,” akunya. Dikatakan, seiring berjalannya waktu ditambah kesadaran para orangtua siswa, maka yang memanfaatkan angkutan siswa semakin meningkat. Lebih mengembirakan lagi yang memanfaatkan jasa angkutan siswa kini datang dari luar wilayah Banjar Linjong seperti siswa dari Banjar Tiga, sebagian dari Banjar Penglumbaran, dan Banjar Buungan. "Khusus untuk siswa asal Banjar Buungan sebelum diangkut mereka kumpul di depan kantor Desa Tiga. Kalau disambangi satu persatu nanti kehabisan waktu dan siswa terlambat," ujarnya.
Sejak setahun terakhir dibarengi dengan penambahan jumlah armada. "Kini ada dua armada yang siap antar jemput siswa," kata Suparta. Ongkos angkut Rp 8.000 PP. Jarak tempuh dari Desa Tiga ke sekolah sekitar 6 kilometer. Sistem pembayaran, ada yang membayar harian, seminggu sekali bahkan sebulan sekali. "Kami tidak saklek, kalau ada siswa yang tidak membayar tidak jadi masalah, tujuan kami hanya ingin siswa bisa berangkat dan pulang sekolah dengan aman," tegasnya.
Sebelumnya para siswa bayar Rp 5.000 - Rp 6.000 PP, namun karena BMM naik terpaksa ongkos dinaikkan. Ditambahkan, dari ongkos angkut yag dikumpulkan dimanfaatkan untuk biaya operasional dan jasa sopir. "Termasuk perawatan kendaraan serta membayar kredit. Satu armada dibeli dengan cara kredit, satu armada lagi bantuan dari salah satu penggiat bela diri Perisai Diri," imbuhnya. Pihaknya berharap ada dukungan dari pemerintah, terutama wilayah yang tidak terlayani angkutan umum. *esa
Komentar