Sebelum Tewas, Tolak Tidur di Rumah Majikan
Musibah maut tebing longsor proyek vila di Banjar Pulu, Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Bangli, Kamis (22/8) malam, yang merenggut dua korban nyawa, menyisakan beragam cerita.
BANGLI, NusaBali
Salah satunya, korban Fendi Akhmad, 23, dan Gatot Wahyudi, 45, sempat menolak diajak tidur di rumah majikannya, kemudian membuat api unggun sebelum tewas tertimbun longsor yang terjadi malam sekitar pukul 23.00 Wita.
Kisah ini diungkapkan pemilik proyek vila bertajuk ‘Vila di Atas Awan’, I Ketut Mula, 44, yang notabene Kelian Dinas Banjar Pulu, Desa Songan B, di lokasi TKP, Jumat (23/8). Menurut Ketut Mula, sebelum musibah maut, kedua korban yang merupakan buruh bangunan di proyek vila tersebut, yakni Fendi Akhmad, 23 (asal Randung Mangu, RT/RW 002/003 Desa Randusari, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur) dan Gatot Wahyudi, 45 (asal Randung Mangu RT/RW 003/003 Desa Randusari, Kecamatan Gading Rejo, Pasuruan, Jawa Timur), sempat diminta tidur di rumahnya yang berada tidak jauh dari lokasi proyek.
Namun, kedua korban menolak tidur di rumah Ketut Mula, 44, dengan alasan merasa lebih nyaman tidur di lokasi proyek vila yang berada di tebing perbukitan sebeah utara Gunung Batur tersebut. Selama ini, kedua pekerja tersebut memang selalu tidur di bangunan dapur lokasi proytek yang akhirnya tertimbun longsor.
Setelah menolak tidur di rumah majikannya, korban kemudian bertanya kepada Ketut Mula di mana bisa membeli minuman keras jenis arak? Konon, korban Fendi Akhmad dan Gatot Wahyudi berdalih mau minum arak sekadar untuk penghangat tubuh mereka.
Namun, Ketut Mula tidak menanggapi pertanyaan kedua buruh proyek-nya tersebut. Ketut Mula enggan mengubris pertanyaan soal warung penjual arak, karena tidak ingin ada pekerjanya yang minum-minum hingga mabuk. “Di sini (kawasan Banjar Pulu, Desa Songan B) memang dingin kalau malam. Kedua buruh proyek itu ngakunya berniat membeli arak sekadar untuk menghangatkan tubuh. Tapi, saya tidak gubris pertanyaannya,” cerita Ketut Mula.
Karena tidak mendapat tanggapan, kedua korban pun batal membeli arak. Kemudian, mereka terlihat membuat api unggun di lokasi proyek, Kamis malam. “Saya sempat cek ke lokasi, mereka bikin api unggun di sekitar proyek untuk menghangatkan tubuh,” papar Ketut Mula.
Ketut Mula menceritakan, proyek ‘Vila di Atas Wan’ miliknya yang dibangun di atas lahan keluarga ini sudah digarap sejak 3 bulan lalu. Pengerjaan proyek vila diambil borongan oleh pihak ketiga. Ada beberapa pekerja yang dilibatkan dalam penggarapan proyek ini. Namun, hanya dua pekerja asal Pasuruan yang akhirnya tewas tertimbun ini yang tidur di lokasi proyek. Sedakna pekerja lainnya rata-rata warga lokal asal Desa Songan B dan Desa Songan A, hingga pilih pulang ke rumahnya masing-masing usai kera sore hari.
Sebagai pemilik proyek vila, Ketut Mula sedih dengan musibah maut yang merenggut dua pekerjanya ini. Itu sebabnya, selama proses evakuasi dan identifikasi korban tewas, Jumat kemarin, Ketut Mula lebih banyak terdiam dan duduk di pojokan areal proyeknya.
Menurut Ketut Mula, layaknya krama Bali, pihak keluarga akan melaksanakan upacara pecaruan sebagai upaya pembersihan secara niskala, pasca musibah maut longsor merenggut dua nyawa di areal proyek vina ini. Namun, kapan upacara pecaruan dilaksanakan, masih menunggu dewasa ayu (hari baik).
Yang jelas, pasca musibah maut, keluarga Ketut Mula sudah langsung melaksanakan upacara ngulapin di lokasi kejadian pada Sukra Kliwon Pujut, Jumat kemarin. “Ritual ngulapin ini dilakuakn agar arwah pekerja yang meninggal tersebut tidak pergi dari lokasi proyek,” ungkap salah seorang kerabat Ketut Mula kepada NusaBali. *esa.
Kisah ini diungkapkan pemilik proyek vila bertajuk ‘Vila di Atas Awan’, I Ketut Mula, 44, yang notabene Kelian Dinas Banjar Pulu, Desa Songan B, di lokasi TKP, Jumat (23/8). Menurut Ketut Mula, sebelum musibah maut, kedua korban yang merupakan buruh bangunan di proyek vila tersebut, yakni Fendi Akhmad, 23 (asal Randung Mangu, RT/RW 002/003 Desa Randusari, Kecamatan Gading Rejo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur) dan Gatot Wahyudi, 45 (asal Randung Mangu RT/RW 003/003 Desa Randusari, Kecamatan Gading Rejo, Pasuruan, Jawa Timur), sempat diminta tidur di rumahnya yang berada tidak jauh dari lokasi proyek.
Namun, kedua korban menolak tidur di rumah Ketut Mula, 44, dengan alasan merasa lebih nyaman tidur di lokasi proyek vila yang berada di tebing perbukitan sebeah utara Gunung Batur tersebut. Selama ini, kedua pekerja tersebut memang selalu tidur di bangunan dapur lokasi proytek yang akhirnya tertimbun longsor.
Setelah menolak tidur di rumah majikannya, korban kemudian bertanya kepada Ketut Mula di mana bisa membeli minuman keras jenis arak? Konon, korban Fendi Akhmad dan Gatot Wahyudi berdalih mau minum arak sekadar untuk penghangat tubuh mereka.
Namun, Ketut Mula tidak menanggapi pertanyaan kedua buruh proyek-nya tersebut. Ketut Mula enggan mengubris pertanyaan soal warung penjual arak, karena tidak ingin ada pekerjanya yang minum-minum hingga mabuk. “Di sini (kawasan Banjar Pulu, Desa Songan B) memang dingin kalau malam. Kedua buruh proyek itu ngakunya berniat membeli arak sekadar untuk menghangatkan tubuh. Tapi, saya tidak gubris pertanyaannya,” cerita Ketut Mula.
Karena tidak mendapat tanggapan, kedua korban pun batal membeli arak. Kemudian, mereka terlihat membuat api unggun di lokasi proyek, Kamis malam. “Saya sempat cek ke lokasi, mereka bikin api unggun di sekitar proyek untuk menghangatkan tubuh,” papar Ketut Mula.
Ketut Mula menceritakan, proyek ‘Vila di Atas Wan’ miliknya yang dibangun di atas lahan keluarga ini sudah digarap sejak 3 bulan lalu. Pengerjaan proyek vila diambil borongan oleh pihak ketiga. Ada beberapa pekerja yang dilibatkan dalam penggarapan proyek ini. Namun, hanya dua pekerja asal Pasuruan yang akhirnya tewas tertimbun ini yang tidur di lokasi proyek. Sedakna pekerja lainnya rata-rata warga lokal asal Desa Songan B dan Desa Songan A, hingga pilih pulang ke rumahnya masing-masing usai kera sore hari.
Sebagai pemilik proyek vila, Ketut Mula sedih dengan musibah maut yang merenggut dua pekerjanya ini. Itu sebabnya, selama proses evakuasi dan identifikasi korban tewas, Jumat kemarin, Ketut Mula lebih banyak terdiam dan duduk di pojokan areal proyeknya.
Menurut Ketut Mula, layaknya krama Bali, pihak keluarga akan melaksanakan upacara pecaruan sebagai upaya pembersihan secara niskala, pasca musibah maut longsor merenggut dua nyawa di areal proyek vina ini. Namun, kapan upacara pecaruan dilaksanakan, masih menunggu dewasa ayu (hari baik).
Yang jelas, pasca musibah maut, keluarga Ketut Mula sudah langsung melaksanakan upacara ngulapin di lokasi kejadian pada Sukra Kliwon Pujut, Jumat kemarin. “Ritual ngulapin ini dilakuakn agar arwah pekerja yang meninggal tersebut tidak pergi dari lokasi proyek,” ungkap salah seorang kerabat Ketut Mula kepada NusaBali. *esa.
Komentar