Paus Pilot Terdampar di Pantai Penimbangan
Bangkai seekor mamalia laut jenis Paus Pilot, ditemukan terdampar di Pantai Penimbangan, Desa Baktiseraga, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, Jumat (23/8) sekitar pukul 06.30 WITA.
SINGARAJA, NusaBali
Temuan bangkai mega fauna itu ditemukan pertamakali oleh anggota Kelompok masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Penimbangan Lestari.
Mamalia laut sepanjang 2,39 meter itu juga memiliki delapan luka berbentuk lubang yang diduga karena dimakan ikan yang ada di sekitarnya saat sudah menjadi bangkai. Hanya saja belum diketahui secara pasti penyebab kematian Paus yang diduga berusia lebih dari 40 tahun.
Ketua Pokmaswas Penimbangan Lestari, Gede Wiadnyana, ditemui di lokasi kejadian mengatakan saat ditemukan, Paus Pilot itu sudah terdampar di pasir. Diduga dibawa arus saat sudah menjadi bangkai. “Awalnya diduga dolphin, ternyata setelah saya share ke Pak Iwan (dosen kelautan Undiksha,red) itu jenis Paus Pilot,” jelas Wiadnyana.
Dirinya pun mengatakan kejadian Paus terdampar di pesisir Penimbangan bukan pertama kali, hal serupa juga pernah terjadi pada tahun 2015 lalu. Seekor ikan paus dengan ukuran lebih besar terdampar, namun masih dalam kondisi hidup. Pihaknya bersama Satpol Air Polres Buleleng saat itu menarik Paus itu kembali ke dalam laut. “Kalau hari-hari tertentu di sini memang sering terlihat ikan ini,” imbuh dia.
Sementara itu Gede Iwan Setiabudi, dosen jurusan Kelautan Undiksha yang juga getol ikut serta dalam upaya konservasi Pantai Penimbangan mengatakan Paus dengan bobot lebih dari 100 kilogram itu adalah Paus Jantan. Dengan panjang 39 meter dengan lingkar badan 116 sentimeter, Paus Pilot itu sudah masuk dalam kategori dewasa. Hanya saja pihaknya mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab kematian mamalia laut yang seharusnya dapat bertahan lebih lama dibandingkan umurnya saat ini, yakni, 40 tahun.
“Kalau mamalia ini bisa hidup lebih lama dan masih bisa lebih besar, hanya saja penyebab kematiannya belum kami ketahui, nanti akan kami lakukan pembedahan dan nekropsi untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya sambil menunggu teman dari FKH Udayana,” jelas Iwan.
Terkait dengan keberadaan dan habitat Paus Pilot, disebut Iwan berada pada laut-laut tropis. Termasuk di perairan Buleleng. Pergerakan mamalia laut ini pun sering kali beriringan dengan dolphin yang juga banyak di perairan Buleleng. Paus Pilot yang tergolong dalam mega fauna di lindungi, meski masih sering ditemukan di tengah laut, jumlahnya masuk dalam kategori fase kritis. Hal tersebut dikarenakan faktor pemburuan, pencemaran laut dan faktor alam lainnya.
Sementara itu setelah dineropsi, bangkai ikan Paus Pilot itu akan ditenggelamkan kembali. Iwan bersama Pokmaswas Penimbangan Lestari juga sudah berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSD) resort Buleleng untuk dikembalikan ke tengah laut.
“Melihat dari fisiknya yang kami duga mati sekitar dua hari yang lalu, kami memang rekomendasi ditenggelamkan kembali ke tengah laut, sesuai SOP penanganan mega fauna terdampar. Karena setelah dikembalikan ke tengah laut dagingnya akan menjadi makanan dan nutrisi di habitat itu,” jelasnya.*k23
Mamalia laut sepanjang 2,39 meter itu juga memiliki delapan luka berbentuk lubang yang diduga karena dimakan ikan yang ada di sekitarnya saat sudah menjadi bangkai. Hanya saja belum diketahui secara pasti penyebab kematian Paus yang diduga berusia lebih dari 40 tahun.
Ketua Pokmaswas Penimbangan Lestari, Gede Wiadnyana, ditemui di lokasi kejadian mengatakan saat ditemukan, Paus Pilot itu sudah terdampar di pasir. Diduga dibawa arus saat sudah menjadi bangkai. “Awalnya diduga dolphin, ternyata setelah saya share ke Pak Iwan (dosen kelautan Undiksha,red) itu jenis Paus Pilot,” jelas Wiadnyana.
Dirinya pun mengatakan kejadian Paus terdampar di pesisir Penimbangan bukan pertama kali, hal serupa juga pernah terjadi pada tahun 2015 lalu. Seekor ikan paus dengan ukuran lebih besar terdampar, namun masih dalam kondisi hidup. Pihaknya bersama Satpol Air Polres Buleleng saat itu menarik Paus itu kembali ke dalam laut. “Kalau hari-hari tertentu di sini memang sering terlihat ikan ini,” imbuh dia.
Sementara itu Gede Iwan Setiabudi, dosen jurusan Kelautan Undiksha yang juga getol ikut serta dalam upaya konservasi Pantai Penimbangan mengatakan Paus dengan bobot lebih dari 100 kilogram itu adalah Paus Jantan. Dengan panjang 39 meter dengan lingkar badan 116 sentimeter, Paus Pilot itu sudah masuk dalam kategori dewasa. Hanya saja pihaknya mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab kematian mamalia laut yang seharusnya dapat bertahan lebih lama dibandingkan umurnya saat ini, yakni, 40 tahun.
“Kalau mamalia ini bisa hidup lebih lama dan masih bisa lebih besar, hanya saja penyebab kematiannya belum kami ketahui, nanti akan kami lakukan pembedahan dan nekropsi untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya sambil menunggu teman dari FKH Udayana,” jelas Iwan.
Terkait dengan keberadaan dan habitat Paus Pilot, disebut Iwan berada pada laut-laut tropis. Termasuk di perairan Buleleng. Pergerakan mamalia laut ini pun sering kali beriringan dengan dolphin yang juga banyak di perairan Buleleng. Paus Pilot yang tergolong dalam mega fauna di lindungi, meski masih sering ditemukan di tengah laut, jumlahnya masuk dalam kategori fase kritis. Hal tersebut dikarenakan faktor pemburuan, pencemaran laut dan faktor alam lainnya.
Sementara itu setelah dineropsi, bangkai ikan Paus Pilot itu akan ditenggelamkan kembali. Iwan bersama Pokmaswas Penimbangan Lestari juga sudah berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSD) resort Buleleng untuk dikembalikan ke tengah laut.
“Melihat dari fisiknya yang kami duga mati sekitar dua hari yang lalu, kami memang rekomendasi ditenggelamkan kembali ke tengah laut, sesuai SOP penanganan mega fauna terdampar. Karena setelah dikembalikan ke tengah laut dagingnya akan menjadi makanan dan nutrisi di habitat itu,” jelasnya.*k23
1
Komentar