Komisi III Sidak ke Perumda Pasar Mangu Giri Sedana
Usul Pasar Beringkit Jadi Pasar Tradisional Modern Dilengkapi Mal
MANGUPURA, NusaBali
Komisi III DPRD Badung melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Mangu Giri Sedana Kabupaten Badung, Senin (26/8). Ada sejumlah persoalan yang menjadi sorotan komisi yang membidangi pendapatan dan aset tersebut, di antaranya masalah overloadnya pegawai, permodalan, dan sarana gedung. Secara khusus Komisi III mengusulkan agar unit Pasar Beringkit dilakukan peremajaan, sehingga pasar yang satu lokasi dengan pasar hewan tersebut bisa menjadi pasar tradisional modern lengkap dengan mal.
Sidak dipimpin Ketua Komisi III DPRD Badung I Putu Alit Yandinata, dihadiri anggotanya I Wayan Sandra, I Made Retha, I Nyoman Satria, I Made Suryanda Pratama, Nyoman Triani, dan Nyoman Graha Wicaksana. Sementara dari pihak Perumda Pasar hadir Dirut Perumda Pasar Mangu Giri Sedana I Made Sukantra beserta jajarannya.
Alit Yandinata usai pertemuan menegaskan bahwa banyak persoalan yang sejatinya perlu dibenahi di Perumda Pasar Mangu Giri Sedana. Persoalan-persoalan tersebut adalah persoalan klasik yang hingga kini belum terselesaikan. “Permasalahan yang dari dulu ada di Perumda Pasar adalah overload SDM, masalah permodalan, dan sarana gedung,” ungkapnya.
Untuk SDM, dia minta Perumda segera mencari solusi, sehingga kelebihan SDM ini tidak terus-terusan menjadi beban perusahaan. Sebagai salah satu solusi, Komisi III mengusulkan agar unit Pasar Beringkit yang notabene unit pasar terbesar milik Perumda dilakukan peremajaan gedung. Dia berharap pasar ini bisa disulap menjadi pasar tradisional modern lengkap dengan mal. Dengan begitu, SDM yang selama ini banyak ‘nganggur’ bisa dioptimalkan untuk diposisikan di pasar ini.
“Dengan begitu, SDM bisa dimaksimalkan, pendapatan pun kita harapkan bisa meningkat. Sehingga pemkab tidak rugi memberikan penyertaan modal Rp 33 miliar,” ujarnya.
“Kami lihat secara hitung-hitungan bisnis sudah sangat tidak rasional (tidak masuk akal). Perumda ini kan menjual jasa bukan barang. Yaitu dengan menyewakan kios dan parkir di sembilan unit pasar yang dikelolanya. Masalahnya masa kios seratus, pegawainya seratus. Loginya di mana dapat untung?” ucap Alit Yandinata. Saat ini ada 224 pegawai Perumda Pasar yang tersebar di sembilan unit pasar di Badung.
Mengenai anggaran untuk menyulap Pasar Beringkit, dia menyebut bisa bersumber dari APBN, APBD, dan atau kerjasama dengan pihak swasta. “Untuk anggaran (bangun gedung dan mal, Red) bisa bersumber dari pusat, daerah, dan swasta. Yang penting bagaimana menggeliatkan pasar itu, sehingga bisa mendapat untung dan mensejahterakan pegawai,” imbuhnya.
Pihaknya tak sependapat apabila untuk mencari untung Perumda harus menaikkan sewa kios. Pasalnya, salah satu tujuan berdirinya Perumda adalah untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil dan UMKM. “Kalau tarifnya dinaikkan berarti tidak berpihak pada UMKM. Makanya kami sarankan agar buat terobosan baru. Kalau dibiarkan seperti ini sampai kapan pun pendapatan Perumda Pasar tidak akan bisa maksimal,” tegas politisi asal Dauh Yeh Cani, Abiansemal ini.
“Lebih baik peremajaan SDM dan peremajaan gedung Pasar Beringkit dulu. Jadikan Pasar Beringkit pasar tradisional modern lengkap mal. Nanti, kalau pasar hewan misalnya tidak buka, maka untuk mengisi kekosongan bisa dialihkan ke pasar tradisional modern dan mal. Dengan begitu, aktivitas pasar bisa tiap hari hidup,” tandasnya. *asa
Komisi III DPRD Badung melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Mangu Giri Sedana Kabupaten Badung, Senin (26/8). Ada sejumlah persoalan yang menjadi sorotan komisi yang membidangi pendapatan dan aset tersebut, di antaranya masalah overloadnya pegawai, permodalan, dan sarana gedung. Secara khusus Komisi III mengusulkan agar unit Pasar Beringkit dilakukan peremajaan, sehingga pasar yang satu lokasi dengan pasar hewan tersebut bisa menjadi pasar tradisional modern lengkap dengan mal.
Sidak dipimpin Ketua Komisi III DPRD Badung I Putu Alit Yandinata, dihadiri anggotanya I Wayan Sandra, I Made Retha, I Nyoman Satria, I Made Suryanda Pratama, Nyoman Triani, dan Nyoman Graha Wicaksana. Sementara dari pihak Perumda Pasar hadir Dirut Perumda Pasar Mangu Giri Sedana I Made Sukantra beserta jajarannya.
Alit Yandinata usai pertemuan menegaskan bahwa banyak persoalan yang sejatinya perlu dibenahi di Perumda Pasar Mangu Giri Sedana. Persoalan-persoalan tersebut adalah persoalan klasik yang hingga kini belum terselesaikan. “Permasalahan yang dari dulu ada di Perumda Pasar adalah overload SDM, masalah permodalan, dan sarana gedung,” ungkapnya.
Untuk SDM, dia minta Perumda segera mencari solusi, sehingga kelebihan SDM ini tidak terus-terusan menjadi beban perusahaan. Sebagai salah satu solusi, Komisi III mengusulkan agar unit Pasar Beringkit yang notabene unit pasar terbesar milik Perumda dilakukan peremajaan gedung. Dia berharap pasar ini bisa disulap menjadi pasar tradisional modern lengkap dengan mal. Dengan begitu, SDM yang selama ini banyak ‘nganggur’ bisa dioptimalkan untuk diposisikan di pasar ini.
“Dengan begitu, SDM bisa dimaksimalkan, pendapatan pun kita harapkan bisa meningkat. Sehingga pemkab tidak rugi memberikan penyertaan modal Rp 33 miliar,” ujarnya.
“Kami lihat secara hitung-hitungan bisnis sudah sangat tidak rasional (tidak masuk akal). Perumda ini kan menjual jasa bukan barang. Yaitu dengan menyewakan kios dan parkir di sembilan unit pasar yang dikelolanya. Masalahnya masa kios seratus, pegawainya seratus. Loginya di mana dapat untung?” ucap Alit Yandinata. Saat ini ada 224 pegawai Perumda Pasar yang tersebar di sembilan unit pasar di Badung.
Mengenai anggaran untuk menyulap Pasar Beringkit, dia menyebut bisa bersumber dari APBN, APBD, dan atau kerjasama dengan pihak swasta. “Untuk anggaran (bangun gedung dan mal, Red) bisa bersumber dari pusat, daerah, dan swasta. Yang penting bagaimana menggeliatkan pasar itu, sehingga bisa mendapat untung dan mensejahterakan pegawai,” imbuhnya.
Pihaknya tak sependapat apabila untuk mencari untung Perumda harus menaikkan sewa kios. Pasalnya, salah satu tujuan berdirinya Perumda adalah untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil dan UMKM. “Kalau tarifnya dinaikkan berarti tidak berpihak pada UMKM. Makanya kami sarankan agar buat terobosan baru. Kalau dibiarkan seperti ini sampai kapan pun pendapatan Perumda Pasar tidak akan bisa maksimal,” tegas politisi asal Dauh Yeh Cani, Abiansemal ini.
“Lebih baik peremajaan SDM dan peremajaan gedung Pasar Beringkit dulu. Jadikan Pasar Beringkit pasar tradisional modern lengkap mal. Nanti, kalau pasar hewan misalnya tidak buka, maka untuk mengisi kekosongan bisa dialihkan ke pasar tradisional modern dan mal. Dengan begitu, aktivitas pasar bisa tiap hari hidup,” tandasnya. *asa
Komentar