Mobilnya Terjun di Jembatan, Pensiunan Kasek Tewas
Petaka di Jembatan Tukad Sangsang, Desa Temesi, Kecamatan Gianyar
Kecelakaan maut terjadi di Jalur Utama Gianyar-Klungkung tepatnya Jembatan Tukad Sangsang, Banjar Peteluan, Desa Temesi, Kecamatan Gianyar, Selasa (27/8) siang, ketika mobil Toyota Kijang Rover warna biru metalik bernopol DK 1557 JL menabrak pembatas jembatan, lalu terjun bebas setinggi 10 meter.
GIANYAR, NusaBali
Kecelakaan tunggal ini menawaskan pengemudi mobil, I Nyoman Asta Antara, 63, yang notabene mantan Kepala Sekolah (Kasek) SDN 3 Desa Petak, Kecamatan Gianyar.
Informasi di lapangan, saat kecelakaan maut terjadi, Selasa siang pukul 11.00 Wita, korban Nyoman Asta Antara, asal Banjar Sidan Kaja, Desa Sidan, Kecamatan Gianyar nyetir mobil Kijang Rover DK 1557 JL, tanpa didampingi siapa pun. Mobil korban melaju kencang dari arah barat (Kota Gianyar) menuju jurusan Klungkung.
Menurut kesaksian Saiful Usman, 56, seorang sopir Pick Up pengangkut barang rongsokan yang melaju dari arah berlawanan (timur), mobil Kijang Rover DK 1557 JL yang dikemudikan korban awalnya terlihat melaju kencang. Begitu memasuki lokasi TKP di Jembatan Tukad Sangsang, yang berjarak sekitar 20 meter sebelah barat Pertigaan Gianyar-Klungkung-Bangli, mobil korban tiba-tiba oleng.
Saksi Saiful Usman menyebutkan, kecelakaan diawali dengan suara letusan seperti ban pecah. “Setelah terdengar suara letusan kayak ban pecah, mobil Kijang Rover itu tidak terkendali lajunya, hingga langsung naik ke trotoar dan menabrak pembatas jembatan sisi utara. Habis itu, mobil tersebut langsung terjun ke sungai di bawah jembatan," ungkap Saiful Usman.
Kecelakaan tunggal ini kontan membuat para pengendara lainnya berhenti, kemudian menyaksikan dari atas jembatan mobil korban yang berada di dasar jurang setinggi 10 meter. Tak lama berselang, petugas kepolisian terjun ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi korban bersama-samna warga dan melakukan olah TKP.
Korban Nyoman Asta Antara ditemukan terjepit di dalam, bangkai mobilnya yang ringsek di sungai (Tukad Sangsang). Pensiunan guru SDN 3 Petak, Desa Petak, Kecamatan Gianyar berusia 63 tahun ini berhasil dikeluarkan dari bangkai mobilnya dalam dalam kondisi masih bernapas. Selanjutnya, korban dievakuasi ramai-ramai oleh petugas bersama warga dari dasar jurang.
Kapolsek Kota Gianyar, Kompol I Ketut Suastika, juga ikut terjun membopong tubuh korban untuk dinaikkan ke dalam mobil Pick Up yang kemudian membawanya ke IGD RSUD Sanjiwani. Sayangnya, nyawa korban tidak terselamatkan. Korban meregang nyawa hanya beberapa menit setibanya di RSUD Sanjiwani. Korban meregang nyawea dalam kondisi luka dalam akibat benturan keras.
Kanit Laka Polres Gianyar, Iptu I Ketut Nariawan, mengatakan pihaknya telah melakukan olah TKP dan memeriksa sejumlah saksi terkait kecelakaan maut yang merenggut nyawa korban Nyoman Asta Antara. “Berdasarkan keterangan saksi-saksi, mobil korban melaju dengan kecepatan tinggi, lalu terjadi pecah ban, hingga akhirnya menabrak pembatas jembatan hdan terjun ke sungai,” tandas Iptu Ketut Nuriawan.
Sementara, setelah menjalani poemeriksaan dan dibersihkan di RSUD Sanjiwani, jenazah korban kemarin sore telah dibawa keluarganya ke rumah duka kawasan Banjar Sidan Kaja, Desa Sidan, Kecamatan Gianyar yang berjarak sekitar 4 kilometer arah timur laut dari lokasi TKP. Sedangkan bangkai mobil Kijang Rover DK 1557 JL milik korban, hingga kemarin sore belum dievakuasi dari dasar jurang.
Jenazah korban Nyoman Asta Antara hingga saat ini masih disemayamkan di rumah duka. Rencananya, jenazah korban akan diupacareai Makingsan ring Gni di Setra Desa Adat Sidan pada Radite Wage Krulut, Minggu (31/8) depan. Almarhum Nyman Asta Antara berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Ni Wayan Sulandri, 60, serta 3 anak laki-laki yang semuanya sudah berumah tangga.
Sementara itu, korban Nyoman Asta Antara diketahui mengalami kecelakaan maut dalam perjalanan pulang dari Kota Gianyar menuju rumahnya di Banjar Sidan Kaja, Desa Sidan. Menurut kakak ipar korban, I Made Sarjana, almarhum pulang usai olahraga di Lapangan Astina Raya Gianyar.
Menurut Sarjana, korban Asta Antara memang biasa olahraga hampir setiap hari di Lapangan Astina Raya Gianyar. Hal itu dilakukan sejak pensiun dari jabatan Kepala Sekolah (Kasek) SDN 3 Petak, Kecamatan Gianyar, Desember 2016 lalu. “Biasanya, almarhum hampir setiap hari jalan-jalan ke Lapangan Astina Raya Gianyar mengajak cucunya. Ini tumben cucunya tidak diajak,” ungkap Sarjana saat ditemui di RSUD Sanjiwani, Selasa kemarin.
Disebutkan, saat kecelakaan maut kemarin siang, korban Asta Antara nyetir mobil sendirian, tanpa didampingi siapa pun. Sarjana sendiri mengaku mengetahui kejadian tragis yang menimpa kakak iparnya ini, karena kebetulan melintas di lokasi TKP sesaat pasca kejadian.
"Saya pas kebetulan lewat di Jembatan Tukad Sangsang, melihat orang ramai-ramai di sana. Saat saya berhenti untuk menengok, saya langsung dikasitahu bahwa yang jatuh ke sungai itu adalah adik ipar saya. Katanya sudah dilarikan ke rumah sakit, ya langsung saya ke sini," cerita Sarjana.
Setelah memastikan bahwa korban yang jatuh ke sungai adalah adik iparnya, Sarjana lantas menghubungi istri korban, Ni Wayan Sulandri, yang siang itu masih mengajar di SMKN 1 Ubud di Desa Mas, Kecamatan Ubud. Demikian pula ketiga anak laki-laki korban yang bekerja di Denpasar, semuanya dikontak. *nvi
Informasi di lapangan, saat kecelakaan maut terjadi, Selasa siang pukul 11.00 Wita, korban Nyoman Asta Antara, asal Banjar Sidan Kaja, Desa Sidan, Kecamatan Gianyar nyetir mobil Kijang Rover DK 1557 JL, tanpa didampingi siapa pun. Mobil korban melaju kencang dari arah barat (Kota Gianyar) menuju jurusan Klungkung.
Menurut kesaksian Saiful Usman, 56, seorang sopir Pick Up pengangkut barang rongsokan yang melaju dari arah berlawanan (timur), mobil Kijang Rover DK 1557 JL yang dikemudikan korban awalnya terlihat melaju kencang. Begitu memasuki lokasi TKP di Jembatan Tukad Sangsang, yang berjarak sekitar 20 meter sebelah barat Pertigaan Gianyar-Klungkung-Bangli, mobil korban tiba-tiba oleng.
Saksi Saiful Usman menyebutkan, kecelakaan diawali dengan suara letusan seperti ban pecah. “Setelah terdengar suara letusan kayak ban pecah, mobil Kijang Rover itu tidak terkendali lajunya, hingga langsung naik ke trotoar dan menabrak pembatas jembatan sisi utara. Habis itu, mobil tersebut langsung terjun ke sungai di bawah jembatan," ungkap Saiful Usman.
Kecelakaan tunggal ini kontan membuat para pengendara lainnya berhenti, kemudian menyaksikan dari atas jembatan mobil korban yang berada di dasar jurang setinggi 10 meter. Tak lama berselang, petugas kepolisian terjun ke lokasi kejadian untuk mengevakuasi korban bersama-samna warga dan melakukan olah TKP.
Korban Nyoman Asta Antara ditemukan terjepit di dalam, bangkai mobilnya yang ringsek di sungai (Tukad Sangsang). Pensiunan guru SDN 3 Petak, Desa Petak, Kecamatan Gianyar berusia 63 tahun ini berhasil dikeluarkan dari bangkai mobilnya dalam dalam kondisi masih bernapas. Selanjutnya, korban dievakuasi ramai-ramai oleh petugas bersama warga dari dasar jurang.
Kapolsek Kota Gianyar, Kompol I Ketut Suastika, juga ikut terjun membopong tubuh korban untuk dinaikkan ke dalam mobil Pick Up yang kemudian membawanya ke IGD RSUD Sanjiwani. Sayangnya, nyawa korban tidak terselamatkan. Korban meregang nyawa hanya beberapa menit setibanya di RSUD Sanjiwani. Korban meregang nyawea dalam kondisi luka dalam akibat benturan keras.
Kanit Laka Polres Gianyar, Iptu I Ketut Nariawan, mengatakan pihaknya telah melakukan olah TKP dan memeriksa sejumlah saksi terkait kecelakaan maut yang merenggut nyawa korban Nyoman Asta Antara. “Berdasarkan keterangan saksi-saksi, mobil korban melaju dengan kecepatan tinggi, lalu terjadi pecah ban, hingga akhirnya menabrak pembatas jembatan hdan terjun ke sungai,” tandas Iptu Ketut Nuriawan.
Sementara, setelah menjalani poemeriksaan dan dibersihkan di RSUD Sanjiwani, jenazah korban kemarin sore telah dibawa keluarganya ke rumah duka kawasan Banjar Sidan Kaja, Desa Sidan, Kecamatan Gianyar yang berjarak sekitar 4 kilometer arah timur laut dari lokasi TKP. Sedangkan bangkai mobil Kijang Rover DK 1557 JL milik korban, hingga kemarin sore belum dievakuasi dari dasar jurang.
Jenazah korban Nyoman Asta Antara hingga saat ini masih disemayamkan di rumah duka. Rencananya, jenazah korban akan diupacareai Makingsan ring Gni di Setra Desa Adat Sidan pada Radite Wage Krulut, Minggu (31/8) depan. Almarhum Nyman Asta Antara berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Ni Wayan Sulandri, 60, serta 3 anak laki-laki yang semuanya sudah berumah tangga.
Sementara itu, korban Nyoman Asta Antara diketahui mengalami kecelakaan maut dalam perjalanan pulang dari Kota Gianyar menuju rumahnya di Banjar Sidan Kaja, Desa Sidan. Menurut kakak ipar korban, I Made Sarjana, almarhum pulang usai olahraga di Lapangan Astina Raya Gianyar.
Menurut Sarjana, korban Asta Antara memang biasa olahraga hampir setiap hari di Lapangan Astina Raya Gianyar. Hal itu dilakukan sejak pensiun dari jabatan Kepala Sekolah (Kasek) SDN 3 Petak, Kecamatan Gianyar, Desember 2016 lalu. “Biasanya, almarhum hampir setiap hari jalan-jalan ke Lapangan Astina Raya Gianyar mengajak cucunya. Ini tumben cucunya tidak diajak,” ungkap Sarjana saat ditemui di RSUD Sanjiwani, Selasa kemarin.
Disebutkan, saat kecelakaan maut kemarin siang, korban Asta Antara nyetir mobil sendirian, tanpa didampingi siapa pun. Sarjana sendiri mengaku mengetahui kejadian tragis yang menimpa kakak iparnya ini, karena kebetulan melintas di lokasi TKP sesaat pasca kejadian.
"Saya pas kebetulan lewat di Jembatan Tukad Sangsang, melihat orang ramai-ramai di sana. Saat saya berhenti untuk menengok, saya langsung dikasitahu bahwa yang jatuh ke sungai itu adalah adik ipar saya. Katanya sudah dilarikan ke rumah sakit, ya langsung saya ke sini," cerita Sarjana.
Setelah memastikan bahwa korban yang jatuh ke sungai adalah adik iparnya, Sarjana lantas menghubungi istri korban, Ni Wayan Sulandri, yang siang itu masih mengajar di SMKN 1 Ubud di Desa Mas, Kecamatan Ubud. Demikian pula ketiga anak laki-laki korban yang bekerja di Denpasar, semuanya dikontak. *nvi
Komentar