Warga Tegallalang Gelar Ngerebeg
Ratusan krama Desa Adat Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, Gianyar khususnya pemuda dan anak-anak berhias 'aeng' saat tradisi Ngerebeg yang digelar pada Buda Kliwon Pahang, Rabu (28/8) siang.
GIANYAR, NusaBali
Tradisi ini diawali dengan berjalan kaki dari Pura Duur Bingin Desa Tegallalang dilanjutkan mengelilingi desa. Tujuan ritual ini untuk menjaga keseimbangan alam semesta beserta isinya. Salah satu tokoh adat desa setempat, I Nyoman Gede Artawan menjelaskan ngerebeg sebagai simbolis butha kala. Dikatakan pesertanya juga bukan dari wilayah Tegallalang saja, melainkan dari segala penjuru juga ikut bagi yang ingin ngayah. “Tradisi ini sebagai perwujudan para butha kala atau wong samar yang ada di sini. Dihadirkan dalam upacara mecaru, sedangkan anak-anak yang berhias raksasa ini simbolisnya dan merupakan tradisi yang diwarisi dari turun temurun,” paparnya.
Ngebereg diawali dari Pura Duur Bingin dilanjutkan mengelilingi empat penjuru desa dengan berjalan kaki. Yaitu terdapat empat pura di desa tersebut sebelum kembali finish di pura setempat. Sebelum dimulai, ratusan peserta makan bersama alias megibung di pelataran Pura Duur Bingin.Tradisi itu juga rutin digelar warga Desa Tegallalang setiap enam bulan sekali. Bahkan salah satu tradisi yang sangat disakralkan.
Dengan atribut yang menyeramkan, tubuh peserta dan ornament hiasan beragam juga sebagai wujud butha kala. Disampaikan juga tradisi tersebut digelar sebelum pelaksanaan upacara di Pura Duur Bingin. Karena diyakini segala bentuk aktivitas warga dipengaruhi berbagai unsur positif dan negatif.
Tradisi tersebut, berlangsung hanya tiga sampai empat jam saja. Dimulai dari pukul 12.00 - 15.00 Wita. Artawan menjelaskan saat ngerebeg hanya berhias nampaknya wong samar. Membawa sebuah penjor dari pohon enau dihiasi juga dengan bunga dan janur. Penjor tersebut diungkapkan sebagai bebaktaan (bawaan) rencangaan tersebut saat malancaran.*nvi
Ngebereg diawali dari Pura Duur Bingin dilanjutkan mengelilingi empat penjuru desa dengan berjalan kaki. Yaitu terdapat empat pura di desa tersebut sebelum kembali finish di pura setempat. Sebelum dimulai, ratusan peserta makan bersama alias megibung di pelataran Pura Duur Bingin.Tradisi itu juga rutin digelar warga Desa Tegallalang setiap enam bulan sekali. Bahkan salah satu tradisi yang sangat disakralkan.
Dengan atribut yang menyeramkan, tubuh peserta dan ornament hiasan beragam juga sebagai wujud butha kala. Disampaikan juga tradisi tersebut digelar sebelum pelaksanaan upacara di Pura Duur Bingin. Karena diyakini segala bentuk aktivitas warga dipengaruhi berbagai unsur positif dan negatif.
Tradisi tersebut, berlangsung hanya tiga sampai empat jam saja. Dimulai dari pukul 12.00 - 15.00 Wita. Artawan menjelaskan saat ngerebeg hanya berhias nampaknya wong samar. Membawa sebuah penjor dari pohon enau dihiasi juga dengan bunga dan janur. Penjor tersebut diungkapkan sebagai bebaktaan (bawaan) rencangaan tersebut saat malancaran.*nvi
1
Komentar