Ajak Penonton Mejogedan dengan Jegog
Sanggar Adi Gama, Tegalcangkring
Irama jegog yang cenderung energik, membuat penonton yang mendengar juga bersemangat
DENPASAR, NusaBali
Buat kali pertama Sanggar Adi Gama dari Kelurahan Tegalcangkring, Mendoyo, Jembrana tampil mengisi acara kesenian yang diprogram oleh UPTD Taman Budaya Provinsi Bali, Rabu (28/8) malam. Mereka menampilkan Jegog, kesenian khas Bumi Makepung itu. Sontak saja, panggung Madya Mandala Taman Budaya Provinsi Bali ‘bergetar’ lantaran suara jegog yang menggema.
Malam itu, Sanggar Adi Tama menghentak panggung. Sejumlah gamelan dimainkan antara lain Tabuh Truntungan Dharma Santhi, Tabuh Kreasi Lalah Manis, Tabuh Petegak Klasik Kebyar Deng, Tari Dag Kreasi, serta Tari Jejogedan Jegog khas Jembrana. Gamelannya dibagi menjadi tiga jenis gamelan jegog yakni gamelan klasik, gamelan rekonstruksi, dan gamelan kreasi. Secara umum, menurut sang pembentuk Sanggar Adi Gama, I Wayan Gama Astawa SSn, yang membedakan jenis gamelan ini hanyalah proses dan tekniknya, sedangkan instrumennya tetap jegog.
“Biar orang yang nonton mengerti yang mana klasik, rekonstruksi, dan mana kreasi. Kami tampilkan yang klasik sebagai wujud pelestarian, rekonstruksi sebagai wujud menghadirkan kembali yang sudah hilang, serta yang kreasi sebagai wujud kreativitas,” ungkap Gama.
Tidak kurang dari 25 orang personel Sanggar Adi Gama menghibur penonton. Irama jegog yang cenderung energik, membuat yang mendengar juga bersemangat. Apalagi malam itu juga ada penampilan joged jegog khas Jembrana. Tak pelak, tarian pergaulan ini mengundang penonton untuk menari bersama. Suasana pun memecah keheningan. *ind
Malam itu, Sanggar Adi Tama menghentak panggung. Sejumlah gamelan dimainkan antara lain Tabuh Truntungan Dharma Santhi, Tabuh Kreasi Lalah Manis, Tabuh Petegak Klasik Kebyar Deng, Tari Dag Kreasi, serta Tari Jejogedan Jegog khas Jembrana. Gamelannya dibagi menjadi tiga jenis gamelan jegog yakni gamelan klasik, gamelan rekonstruksi, dan gamelan kreasi. Secara umum, menurut sang pembentuk Sanggar Adi Gama, I Wayan Gama Astawa SSn, yang membedakan jenis gamelan ini hanyalah proses dan tekniknya, sedangkan instrumennya tetap jegog.
“Biar orang yang nonton mengerti yang mana klasik, rekonstruksi, dan mana kreasi. Kami tampilkan yang klasik sebagai wujud pelestarian, rekonstruksi sebagai wujud menghadirkan kembali yang sudah hilang, serta yang kreasi sebagai wujud kreativitas,” ungkap Gama.
Tidak kurang dari 25 orang personel Sanggar Adi Gama menghibur penonton. Irama jegog yang cenderung energik, membuat yang mendengar juga bersemangat. Apalagi malam itu juga ada penampilan joged jegog khas Jembrana. Tak pelak, tarian pergaulan ini mengundang penonton untuk menari bersama. Suasana pun memecah keheningan. *ind
1
Komentar